Seorang remaja berbaju dan celana berwarna merah tampak terduduk di jalanan. Kakinya terlihat terlilit rantai besi.
Seorang warga yang merekam video menggunakan ponselnya menghampiri dan bertanya soal kondisinya. Dia datang dari arah belakang.
Anak baru gede (ABG) yang terduduk di konblok itu pun menoleh. Tampak ada semacam kain hitam yang melingkar di kepalanya dan berada di atas pelupuk mata ABG tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu kakinya kenapa dirantai gitu?" tanya perekam.
"Digembok," kata ABG itu.
Badan bocah tersebut juga terlihat sangat kurus. Baju dan celana yang dipakainya juga terlihat lusuh.
"Siapa yang gembok?" tanya perekam.
"Bunda," jawab ABG tersebut.
ABG itu lalu menampilkan gestur tangan yang diarahkan ke mulut seakan meminta makan. Belakangan terungkap, ABG tersebut dalam kondisi kelaparan dan kurang gizi.
Kejadian itu terjadi di Jatikramat, Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat. Belakangan diketahui juga ABG itu berinisial R (15).
Ia dirantai oleh ayah kandungnya, P (40) dan ibu tirinya, A (39). Bocah itu disebut berhasil kabur dari sekapan.
ABG Dievakuasi, Ortu Diperiksa Polisi
Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Hengki mengatakan pihak RT/RW serta Bhabinkamtibmas, terang Hengki, sudah berdiskusi dengan orang tua R. Kesepakatan awal, R akan dibawa ke panti asuhan Miftahul Abidin di daerah Mustikajaya, Bekasi.
R akan dibawa ke rumah sakit untuk dicek kesehatannya sebelum dititipkan ke panti asuhan. Sementara itu, kedua orang tua R diperiksa polisi.
"Dua orang tua inisial P dan A sedang diperiksa karena ada barang bukti yang diamankan rantai dan lain-lain," kata Kombes Hengki saat konfirmasi detikcom, Kamis (21/7).
Dia mengatakan R mengalami kekurangan gizi. Hengki mengatakan R terlihat lahap ketika dia mengajak ABG itu makan bersama.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Nyanyian Lara Korban Sampaikan Keluhan
Lara yang dialami disampaikan R lewat nyanyian. Polisi berkoordinasi dengan lembaga terkait untuk mendalami keterangan yang disampaikan korban.
"Kesehatannya dan kondisi fisik kurus ya. Tapi masih sangat cerdas, dia masih bisa bernyanyi, menyampaikan keluhan melalui menyanyi," kata Kombes Hengki.
R telah divisum RSUD Chasbullah Abdul Majid Kota Bekasi. Namun hasil visum tersebut belum keluar dari RS.
Selain visum, polisi juga bakal memeriksa beberapa saksi untuk mengusut kasus ini. Saat ini status kedua orang tua korban masih saksi.
Tak Alami Gangguan Mental
Orang tua korban tega merantai R karena menyangka ABG tersebut memiliki keterbelakangan mental atau berkebutuhan khusus. Mereka tega mengekang R agar pergerakannya terbatas. Mirisnya, ibu tiri R diketahui bekerja sebagai relawan dan guru anak berkebutuhan khusus (ABK).
"Ayahnya bekerja sebagai sopir pribadi, kemudian ibunya bekerja sebagai tenaga relawan atau guru dari anak anak berkebutuhan khusus. Untuk ibunya sendiri, yang ini bukan ibu kandung dari anak tersebut," kata Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota Kompol Ivan Adhitya kepada wartawan, Jumat (22/7).
Namun pernyataan ortu korban dibantah Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi (Kak Seto) usai meninjau langsung R di RSUD Chasbullah Abdul Majid Kota Bekasi. Seto menyebut tidak ada keterbelakangan mental yang dialami anak.
"Jadi manakala kami melihat reaksi pertama, saya lihat kalau ini dibilang keterbelakangan mental, memang agak sulit untuk diterima. Saya sendiri juga terkejut begitu melihat anak ini tetap merupakan anak yang cerdas yang daya ingatnya bagus, komunikatif, dan sebagainya," kata Seto, Jumat (22/7).
Seto menyebut perilaku korban yang demikian diduga disebabkan berbagai faktor, salah satunya penderitaan jangka panjang yang dialaminya. Mulai dari kekerasan yang dialaminya hingga permasalahan kurang gizi. Akibat tekanan tersebut, akhirnya berdampak pada kondisi psikologis korban.