Peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, memprediksi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), yang terdiri dari Partai Golkar, PAN, dan PPP, akan menjadi koalisi yang solid. Arya menyebut tidak mudah bagi ketiga partai itu untuk mencari koalisi baru.
"Soal KIB ini seperti partai masuk kandang harimau karena kalau sudah masuk tidak bisa keluar. Karena kalau keluar sudah berdarah-darah, sudah babak belur. Jadi gitu juga KIB, jadi ini inisiatif baru yang partai ini sudah tanda tangan," kata Arya di Jakarta Selatan, Jumat (15/7/2022).
Dia mengatakan itu dalam diskusi Talkshow Lembaga Komunikasi dan Informasi (LKI) Partai Golkar dengan tema 'Peta Koalisi Pasca Kelahiran KIB'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arya melihat akan ada dampak buruk bagi satu dari ketiga partai itu jika memutuskan keluar dari KIB. Bahkan, partai itu akan dianggap tidak berkomitmen terhadap kesepakatan politik.
"Kalau ada partai yang coba-coba main mata dengan partai lain atau nggak komit dengan kesepakatan awal, kalau ini terjadi dampaknya akan buruk dengan partai tersebut. Image-nya akan buruk dianggap sebagai partai lompat pagar atau partai yang nggak komit pada kesempatan politik," ujar Arya
Untuk itu, menurutnya, koalisi yang dibangun Golkar, PAN, dan PPP dalam KIB akan solid. Terlebih, hal tersebut akan berdampak juga pada image partai kepada publik.
"Jadi pasti image-nya akan buruk. Jadi makannya saya duga ini mungkin akan solid karena partai kalau dia keluar itu pertaruhannya bagi image partai akan buruk sekali, apalagi bagi publik ya," ucap Arya.
"Pertaruhan image partai bagi publik itu akan dicap 'oh ini partai nggak komitmen pada kesepakatan politik'," sambungnya.
Arya kemudian bicara soal kesempatan partai untuk membangun koalisi usai memutuskan keluar dari KIB. Dia menilai tidak mudah bagi partai itu untuk mencari koalisi baru.
"Nah yang kedua relasinya dengan partai lain nggak mudah loh ini KIB sudah bikin kesepakatan, terus satu partai karena deadlock keluar. Memang mudah nyari teman koalisi sekarang? Nggak mudah juga," jelas Arya.
"Misalnya partai X mau ke mana dia? Ke NasDem? Koalisi NasDem sudah kuat. Mau ke PDIP? Belum tentu juga PDIP, mungkin last minute akan menentukan. Mau ke Gerindra? Gerindra situasinya Pak Prabowo lagi stagnan. Jadi pilihannya mau ke mana? Jadi ini masuk kandang harimau, nggak bisa keluar," tambahnya.
Lebih lanjut, Arya menyoroti pertemuan-pertemuan yang kerap kali dilakukan oleh elite partai. Dia menyebut pertemuan itu hanya sebagai silaturahmi sebelum salah satu partai memberikan penyataan politiknya.
"Nah kalau ada pertemuan itu saya lihat itu sebagai silaturahim aja karena kalau key player-nya belum memberikan statement politik, itu nggak akan ada perubahan. Itu pertemuan biasa aja," ujarnya.
Lihat juga video 'PAN: Ada Partai yang Dilirik KIB, Masih 50:50 Bergabung atau Tidak':
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.