Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta para orang tua tidak perlu khawatir jika ingin menyekolahkan anaknya di pesantren. Selain itu, MUI meminta pondok pesantren menguatkan tata kelola kepesantrenan guna memberikan pendidikan yang baik bagi anak.
Diketahui, akhir-akhir kasus pelecehan seksual di pondok pesantren saat ini sedang mencuat. Namun, tidak semua pesantren terlibat kasus pelecehan seksual.
"Pesantren tetap pilihan terbaik untuk pendidikan karakter. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengintegrasikan pendidikan formal, informal dan nonformal dengan pendekatan keteladanan serta pengasuhan yang terintegrasi," ujar Ketua Bidang Fatwa MUI Asrorun Ni'am Sholeh kepada wartawan, Sabtu (9/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ni'am mengatakan pengasuhan di pesantren berbasis keteladanan, dengan semangat kebersamaan, kesederhanaan, dan kedisiplinan dengan pembiasaan akhlak baik. Dia pun meminta para orang tua tidak ragu menempatkan anaknya ke pesantren.
"Saya mengimbau kepada segenap orang tua untuk tidak ragu menempatkan anaknya di pesantren sebagai alternatif terbaik tempat pendidikan dan pengasuhan putra-putrinya," ucapnya.
Meski begitu, Ni'am juga meminta para orang tua memahami kondisi pesantren sebelum menempatkan anaknya di sana. Para orang tua diminta memahami mata pelajaran yang diajarkan.
"Hanya saja, sebelum menempatkan anak, orang tua harus memahami dan mengetahui kondisi faktual pesantren, mulai dari siapa saja pengasuhnya, mata pelajaran yang diajarkan, serta aktifitas kesehariannya," kata pengasuh Pesantren Al-Nahdlah itu.
Lantas, apakah MUI punya solusi agar kasus pelecehan seksual tidak lagi terjadi di pesantren? Ni'am menilai salah satu caranya adalah pesantren memperkuat tata kelola dan mengoptimalkan pelayanan pesantren.
"Pengasuh pesantren juga perlu menguatkan tata kelola kepesantrenan untuk mengoptimalkan khidmat dan layanan pendidikan dan pengasuhan," katanya ketika ditanya tentang cara yang bisa membuat Pesantren bisa terbebas dari kasus pelecehan seksual.