Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati Soekarnoputri membuka Seminar Pancasila bertajuk 'Bung Karno, Pancasila dan Jiwa Bangsa Indonesia' yang diselenggarakan di Kota Eindhoven, Belanda secara virtual. Dalam sambutannya, ia menekankan tentang pentingnya perlindungan dari pengaruh ideologi lain, termasuk bagi WNI yang berada di luar negeri.
"Salah satu janji negara sebagaimana termaktub dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi bangsa dan segenap tumpah darah Indonesia. Salah satu hal yang harus dilindungi negara itu adalah perlindungan warga negara Indonesia dari segala kemungkinan pengaruh ideologi-ideologi bangsa lain termasuk terhadap warga negara Indonesia yang berada dan tinggal di luar negeri," tegas Megawati dalam keterangannya, Minggu (26/6/2022).
Oleh karena itu, Megawati menyambut baik penyelenggaraan Seminar Pancasila bagi masyarakat Indonesia di luar negeri ini. Ia berharap di manapun warga Indonesia berada, hendaknya nilai-nilai Pancasila harus tetap dibawa dan senantiasa melekat dalam pikiran, hati, dan jiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tugas Khusus Megawati untuk Puan Maharani |
"Ini harus dicamkan karena kita telah bersepakat bahwa Pancasila adalah falsafah dan ideologi negara, pemersatu bangsa Indonesia, perjanjian luhur pendiri bangsa, dan menjadi cita-cita bangsa Indonesia," jelasnya.
Dalam kegiatan yang berlangsung Sabtu (25/6) itu, turut hadir Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah sebagai narasumber. Basarah menjelaskan sejatinya Pancasila adalah ideologi perdamaian bagi bangsa Indonesia dan bagi bangsa-bangsa lainnya di muka bumi. Menurutnya, jika diamalkan dalam praktik berbangsa dan bernegara, Pancasila akan menciptakan perdamaian dalam masyarakat Indonesia dan dalam tatanan masyarakat dunia.
Lebih lanjut, ia menerangkan Pancasila bagi bangsa Indonesia merupakan ideologi pembebasan sekaligus ideologi perdamaian yang bersifat universal. Pancasila dapat digunakan secara internasional guna menghadirkan nilai kemanusiaan dalam wujud perdamaian dunia. Sebab tiada bangsa yang dapat menolak nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Kebangsaan, Demokrasi dan Keadilan Sosial.
Pancasila, kata Basarah, adalah lima dasar negara yang tidak berpangkal kepada gagasan Manifesto Komunis atau Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat. Pancasila adalah pengangkatan ke taraf yang lebih tinggi, satu hogere optrekking daripada Declaration of Independence dan Manifesto Komunis.
"Sehingga Pancasila ini adalah karya jenius dan visioner, bukan hanya bagi bangsa Indonesia tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain di dunia" ujar Basarah yang juga dosen Universitas Islam Malang (Unisma) ini.
Bersambung ke halaman selanjutnya. Langsung klik
Bahkan, dalam konstitusi Iran dan Tunisia ada tertulis istilah Non Blok yang mengakui diambil dari pemikiran Bung Karno. Ia mengatakan Tunisia juga mengakui bahwa kemerdekaannya diinspirasi oleh Bung Karno.
Dubes Zuhairi menambahkan dirinya sebagai duta besar di Tunisia melakukan penerjemahan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 ke dalam bahasa Arab untuk menyebarluaskan ajaran Bung Karno. Hal ini dilakukannya karena nilai-nilai Pancasila adalah solusi bagi dunia Islam dan dunia internasional.
"Oleh karena itu, kita bangga memiliki Bung Karno sehingga pemikiran dan perjuangan Bung Karno harus terus menerus kita hidupkan agar menjadi warisan penting bagi dunia," tutur Zuhairi.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Indonesia untuk Belanda Mayerfas mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan terlibat aktif dalam menyelenggarakan acara seminar ini.
"Kita harapkan melalui seminar ini kita bisa memperdalam dan mengkaji lebih jauh lagi mengenai Pancasila sebagai warisan Bung Karno dan Pendiri Bangsa lainnya yang menjadi jiwa bangsa Indonesia. Kita harus meyakini nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," pungkasnya.
Sebagai informasi, kegiatan seminar ini diikuti oleh masyarakat Indonesia di Belanda, Aktivis Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda, pimpinan organisasi keagamaan, pengamat Indonesia, dan pengurus Dewan Perwakilan Partai Luar Negeri (DPLN) PDI Perjuangan Belanda dan Eropa.