Ketua Umum NasDem Surya Paloh mendiskusikan duet pemersatu bangsa pada Pilpres 2024 dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ketua DPP PAN Saleh Partaonan Daulay menyebut sejumlah nama duet pemersatu bangsa versinya.
"Saya kira ada banyak misalkan nasionalis-religius dipadukan, sebut saja Ganjar Pranowo digabung dengan Erick Thohir, Ganjar dengan Zulkifli Hasan, atau Airlangga mungkin dengan Erick Thohir itu bisa saja," ujar Saleh kepada wartawan, Jumat (24/6/2022).
Saleh mengatakan polarisasi bisa dihindarkan jika pasangan calon presiden-wapres 2024 lebih dari dua. Dia mengatakan hal itu bisa menghindari 'perang' antarkubu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bahkan setuju, menilai pasangan calon itu minimal tiga, idealnya empat. Kalau tiga berarti kan tarungannya tidak face to face," tutur Saleh.
"Sangat sulit untuk saling menjelekkan dan menghakimi di medsos (jika paslon lebih dari dua), juga (medsos) jadi lebih ramah. Kan kemarin (Pilpres 2019) karena cuma ada dua jadi saling caci maki," sambungnya.
Saleh mengapresiasi usulan Surya Paloh. Menurutnya, usulan itu merupakan indikasi adanya keinginan menghindari polarisasi.
"Usulan Pak Surya Palo itu boleh-boleh saja dan sah-sah saja. Namun bukan berarti partai-partai lain tidak berhak juga memberikan usulan," jelas Saleh.
Usulan Surya Paloh
Sebelumnya, Surya Paloh mengakui dirinya mengusulkan skema duet calon presiden-calon wakil presiden kepada Jokowi. Surya Paloh ingin pemimpin bangsa ke depan bisa menghilangkan polarisasi.
Dalam tanya jawab dengan wartawan usai pertemuan bersama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono di NasDem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (23/6), Surya Paloh mengakui sangat menaruh perhatian terhadap isu polarisasi.
"Amat sangat," kata Surya Paloh menegaskan dirinya amat menaruh perhatian terhadap isu polarisasi.
Surya Paloh mengapresiasi munculnya usulan duet seperti Anies Baswedan-Puan Maharani, Ganjar Pranowo-Anies Baswedan, hingga Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar. Surya Paloh mengaku dirinya tidak punya kepentingan apa pun di Pilpres 2024 selain ingin polarisasi hilang.
Surya Paloh pun ditanya apakah salah satu komposisi duet capres-cawapres tersebut datang darinya. Surya Paloh mengakui hal itu.
"Saya? Itu saya akui iya. Jadi apa yang bisa saya sumbangkan dengan hati, dengan kejujuran, apa yang saya pahami yang insyaallah barangkali itu bermanfaat bagi kepentingan kemajuan bangsa ini. Saya pikir itu yang saya prioritaskan," ujar Surya Paloh.
Simak selengkapnya di halaman berikut
Saksikan Video 'Menebak Maksud Penunjukan Ganjar Baca Rekomendasi Capres':
Duet Pemersatu Bangsa Versi NasDem
Waketum NasDem Ahmad Ali mengatakan skema itu muncul saat Paloh berdiskusi dengan Jokowi. Dia mengatakan Paloh saat itu menyinggung nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
"Artinya, pikiran Pak Surya bahwa hari ini ada figur yang menonjol, yang kita kira, kalau kita mau objektif menilainya bahwa ada Anies dan ada Ganjar," kata Ali kepada wartawan.
Ali juga menjelaskan alasan Surya Paloh memilih Anies dan Ganjar. Menurut dia, Anies dan Ganjar punya ceruk massa berbeda, yang diharapkan bisa mencegah polarisasi.
"Kalau dua figur ini dipersatukan, ini akan paling tidak meminimalisir munculnya polarisasi pada pemilihan presiden yang akan datang," imbuhnya.
Ali menekankan bahwa Surya Paloh bukan mengusulkan duet pemersatu kepada Presiden Jokowi. Menurutnya, bahasa yang lebih tepat ialah mendiskusikan.
"Lebih tepatnya mendiskusikan. Pak Jokowi tentunya punya tanggung jawab yang sama untuk kemudian melihat ke depan pemimpin atau anak bangsa yang kemudian pas," imbuhnya.
Ahmad Ali menuturkan predikat duet pemersatu bagi Anies-Ganjar merupakan pandangan NasDem. Anggota DPR RI itu pun sadar bahwa tak semua orang setuju.
"Pikiran kita itu pasangan yang ideal kalau kemudian itu bisa dipasangkan. Ya artinya duet pemersatu, bisa jadi. Itu kan menurut kita, tapi kan belum tentu diaminkan oleh orang lain karena orang lain bisa berpandangan lain," ucap Ali.