Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat konsentrasi partikulat PM 2,5 di Jakarta hari ini ada di atas level 77 Β΅g/m3 (mikrogram per meter kubik). Artinya, kualitas udara Jakarta hari ini masuk kategori tidak sehat.
Dilihat di situs BMKG, Jumat (24/6/2022), konsentrasi partikulat PM 2,5 di tertinggi di Jakarta hari ini terjadi pada pukul 03.00 WIB yakni sebesar 100,9 Β΅g/m3. Konsentrasi partikulat PM 2,5 ini diukur di stasiun BMKG Kemayoran Jakarta.
Konsentrasi partikulat PM 2,5 di tertinggi di Jakarta hari ini:
- 03.00 WIB sebesar 100,80 Β΅g/m3
- 04.00 WIB sebesar 84,40 Β΅g/m3
- 05.00 WIB sebesar 93,80 Β΅g/m3
- 06.00 WIB sebesar 97,80 Β΅g/m3
- 07.00 WIB sebesar 103,30 Β΅g/m3
- 08.00 WIB sebesar 85,50 Β΅g/m3
- 09.00 WIB sebesar 77,70 Β΅g/m3
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut kategori kualitas udara berdasarkan Perban Nomor 2 Tahun 2022 tentang Penyediaan dan Penyebaran Informasi Kualitas Udara yang mengatur terkait pewarnaan dan rentang konsentrasi per jam PM 2,5:
- rentang nilai 0-15 Β΅g/m3 dengan kategori Baik,
- 16-65 Β΅g/m3 dengan kategori Sedang,
- 66- 150 Β΅g/m3 dengan kategori Tidak Sehat,
- 151 - 250 Β΅g/m3 dengan kategori Sangat Tidak Sehat dan
- lebih dari 250 Β΅g/m3 dengan kategori Berbahaya.
"Menurunnya kualitas udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya disebabkan oleh kombinasi antara sumber emisi dari kontributor polusi udara dan faktor meteorologi yang kondusif untuk menyebabkan terakumulasinya konsentrasi PM 2,5," kata Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Urip Haryoko, dalam keterangannya, Jumat (24/6/2022).
Dia menjelaskan, berdasarkan PP RI No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, nilai baku mutu udara ambien untuk PM2.5 dalam waktu pengukuran 24 jam sebesar 65 Β΅g/m3. Kemudian diperketat dengan PP RI No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, nilai baku mutu udara ambien PM2.5 selama 24 jam yaitu sebesar 55 Β΅g/m3.
Hasil pantauan konsentrasi PM 2,5 di BMKG Kemayoran menunjukkan bahwa sepanjang bulan Juni 2022 ini konsentrasi rata-rata PM 2,5 berada pada level 49.07 Β΅g/m3. Konsentrasi PM 2,5 mengindikasikan perbedaan pola antara siang dan malam hari.
"Konsentrasi PM 2,5 cenderung mengalami peningkatan pada waktu dini hari hingga pagi dan menurun di siang hingga sore hari. Khusus pada beberapa hari terakhir PM 2,5 mengalami lonjakan peningkatan konsentrasi dan tertinggi berada pada level 148 Β΅g/m3 pada tanggal 15 Juni 2022," jelasnya.
Dia mengatakan tingginya konsentrasi PM 2,5, dibandingkan hari-hari sebelumnya juga dapat terlihat saat kondisi udara di Jakarta secara kasat mata terlihat cukup pekat/gelap.
BMKG mencatatan, pada 16-17 Juni konsentrasi PM 2,5 cenderung turun dibandingkan konsentrasi yang cukup tinggi pada 15 Juni. Namun terjadi kenaikan konsentrasi PM 2,5 pada tanggal 18 Juni hingga mencapai 147,5 Β΅g/m3.
Penyebab Polusi Udara
Buruknya kualitas udara dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
1. Konsentrasi PM 2,5 di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi baik yang berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, maupun dari sumber regional dari kawasan industri dekat dengan Jakarta. Emisi ini dalam kondisi tertentu yang dipengaruhi oleh parameter meteorologi dapat terakumulasi dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi yang terukur pada alat monitoring pengukuran konsentrasi PM 2,5;
2. Proses pergerakan polutan udara seperti PM 2,5 dipengaruhi oleh pola angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Angin yang membawa PM 2,5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain sehingga menyebabkan terjadinya potensi peningkatan konsentrasi PM 2,5. Pola angin lapisan permukaan memperlihatkan pergerakan massa udara dari arah timur dan timur laut yang menuju Jakarta, dan memberikan dampak terhadap akumulasi konsentrasi PM 2,5 di wilayah ini;
3. Peningkatan konsentrasi PM 2,5 memiliki korelasi positif atau hubungan yang berbanding lurus dengan kadar uap air di udara yang dinyatakan oleh parameter kelembapan udara relatif. Pada beberapa hari terakhir, tingginya kelembapan udara relatif menyebabkan peningkatan proses adsorpsi yang dalam istilah teknisnya merujuk pada perubahan wujud dari gas menjadi partikel. Proses ini menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi PM 2,5 yang difasilitasi oleh kadar air di udara;
4. Selain itu, kelembapan udara relatif yang tinggi dapat menyebabkan munculnya lapisan inversi yang dekat dengan permukaan. Lapisan inversi merupakan lapisan di udara yang ditandai dengan peningkatan suhu udara yang seiring dengan peningkatan ketinggian lapisan. Dampak dari keberadaan lapisan inversi menyebabkan PM 2,5 yang ada di permukaan menjadi tertahan, tidak dapat bergerak ke lapisan udara lain, dan mengakibatkan akumulasi konsentrasi partikulat yang terukur di alat monitoring.
5. Penyebab lain memburuknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya adalah adanya stagnasi pergerakan udara yang menyebabkan polutan udara yang telah terakumulasi di wilayah ini tidak beranjak dan berimbas pada kondisi yang cenderung bertahan lama. Kondisi stagnasi udara ditandai oleh kecepatan angin rendah yang tidak hanya berimbas pada akumulasi PM 2,5, tetapi juga dapat memicu produksi polutan sekunder udara lain seperti ozon permukaan (O3), yang keberadaannya dapat diindikasikan dari penurunan jarak pandang.
"Masyarakat diimbau untuk menggunakan pelindung diri seperti masker yang sesuai untuk dapat mengurangi tingkat paparan terhadap polutan udara di luar ruangan," ucap Urip.
Masyarakat diimbau pula untuk terus memperoleh dan memanfaatkan informasi dan prediksi cuaca maupun iklim terkini melalui situs, medsos, atau call center BMKG.
Simak juga 'BMKG Ungkap Kronologi Memburuknya Kualitas Udara di Jakarta':