Tambah Masalah Pemprov DKI: Hamparan Sampah di Kampung Nelayan

Tambah Masalah Pemprov DKI: Hamparan Sampah di Kampung Nelayan

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 10 Jun 2022 21:05 WIB
Tumpukan sampah terlihat di kampung nelayan yang berdekatan dengan tanggul laut di Cilincing, Jakut. Seperti apa penampakannya? Ini fotonya.
Hamparan sampah di Cilincing (Pradita Utama/detikcom)
Jakarta -

Tugas Pemprov DKI Jakarta kini bertambah lagi. Kini Pemprov diminta menyelesaikan masalah hamparan sampah di kampung nelayan yang berdekatan dengan tanggul laut di Cilincing, Jakut.

Lautan sampah terhampar di proyek tanggul laut raksasa (giant sea wall) di Kalibaru, Cilincing, itu ternyata masalah klasik yang hingga kini belum teratasi.

Pada Februari lalu, detikcom pernah mewawancarai salah seorang warga RT 06 RW 04 bernama Eka Rahmawati (29). Dia bercerita terkait kondisi lautan sampah itu. Menurutnya, sampah-sampah itu sudah ada selama 4 tahun lamanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah lama, dari 2018, empat tahun," kata Eka.

ADVERTISEMENT

Eka mengatakan sebelumnya di kawasan yang masih menjadi bagian laut tersebut tidak ada sampah. Namun, semenjak di bangunnya tanggul laut, warga mulai membuang sampah di sana.

"Nggak (seperti ini awalnya), tadinya laut. Pas dibikin dam (tanggul) begini, orang pada buang sampah seenaknya. Dari mana-mana buang sampahnya ke sini. Sampah pasar, sampah mana, masuknya ke sini," ujarnya.

Eka menuturkan bukan hanya warga sekitar yang membuang sampah. Dia mengatakan warga di luar RW 04 pun membuang sampah ke sana.

"Sampah mana aja masuk ke sini, ada sampah Tanah Merdeka, Gang Macan, pasar, pada masuk ke sini. Ini kan dari mana-mana, karena orang yang buang sampahnya itu dibayar katanya, mereka buang sampahnya ke sini," keluhnya.

Dalam satu hari, kata Eka, kurang lebih 50 truk membuang sampah ke sana. Dia mengatakan warga sebelumnya sempat mengeluhkan kondisi tersebut ke kelurahan setempat.

Sejak Februari lalu, Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Jakut berharap Kementerian PUPR mengebut proyek tanggul laut itu. Diketahui, hamparan sampah tersebut berada di dekat proyek Proyek Pengembangan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara (PTPIN) atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). Kementerian PUPR diharap membangun jalan inspeksi di dekat tanggul.

"Ini kan akibat dari belum diselesaikannya pembangunan jalan inspeksi oleh Kementerian PUPR. Jadi area sini ada beberapa plang ini kawasan PUPR, artinya ini bagian dari kegiatan NCICD," kata Kasudin Lingkungan Hidup Jakarta Utara Achmad Hariadi saat ditemui di lokasi, Kamis (24/2/2022).

Menurutnya, jika program tanggul NCICD ini diselesaikan, tidak akan ada lagi kawasan kumuh di sana.

"Ini bertahap, kita sudah lihat di sebelah kiri itu sudah dilakukan penataan, di RW 06 juga sudah dilakukan penataan. Nantinya lokasi ini tidak akan lagi kumuh bilamana NCICD ini dijalankan," imbuhnya.

Lihat juga video 'Warga Kenya Kerja Keras Kelola Sampah Plastik yang Kini Jadi Ancaman':

[Gambas:Video 20detik]



Sampah Masih Menghampar

Berdasarkan penelusuran terbaru detikcom pada Rabu (8/6), masalah ini belum teratasi. Sampah yang ada di area kampung nelayan itu didominasi oleh sampah plastik. Tumpukan sampah yang memenuhi area kampung nelayan tersebut membuat kawasan di pesisir Jakarta Utara terlihat kumuh dan tidak sehat.

Padahal di area itu warga kerap menjemur ikan asin, udang, hingga teri. Sampah yang ada di area kampung nelayan itu didominasi oleh sampah plastik.

Tumpukan sampah yang memenuhi area kampung nelayan tersebut membuat kawasan di pesisir Jakarta Utara terlihat kumuh dan tidak sehat. Sampah-sampah ini menebarkan bau yang tidak sedap, selain tidak sehat.

Gerindra Minta Pemprov Cari Biang Kerok Masalah Sampah

Sekretaris Komisi D DPRD DKI Syarif mendesak Pemprov DKI mencari biang kerok penumpukan sampah di kampung nelayan Cilincing, Jakarta Utara. Dia memandang ini merupakan permasalahan klasik yang mesti dicarikan solusi penyelesaiannya.

"Iya, segera. Asisten Pembangunan ke Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sumber Daya Air dengan Badan Pengendalian Lingkungan melakukan penelitian, dicari asal sumbernya. Nanti kan timbul cara menyelesaikannya, treatment-nya. Yang punya alat itu kebanyakan SDA," kata Syarif saat dihubungi, Jumat (10/6).

Syarif menduga sampah-sampah itu datang dari lautan yang akhirnya bermuara di kawasan pesisir. Dia lantas mempertanyakan efektivitas alat penyaring yang dipasang berlapis-lapis di sejumlah titik, tapi masih meloloskan sampah.

"Saya kadang bilang, susahlah sampah keluar dari muara karena dicegat terus, tiba-tiba di pinggir muara sampai bibir pantai ada sampah plastik. Saya berpikir, memang di sekitar muara dan perbatasan nggak ada penyaring apa?" ujar Wakil Ketua DPD DKI Gerindra itu.

"Kalau kita lihat misal ada yang lolos kadang-kadang, tapi itu kan berlapis-lapis, nggak (hanya) satu lapis, ada 3-4 (lapis). Misal kita dari arah Sunter sudah ada 2 filter di Cakung Drain kalau nggak salah, bisa dua saringan," sambung Syarif.

Dia menduga tumpukan sampah itu berasal dari daratan. Ada pola membuang sampah plastik di pesisir laut yang menyebabkan terjadinya tumpukan sampah.

"Apalagi plastik, saya bisa sebut kebanyakan sampah yang sengaja dibuang, bukan ngarung entah dari muara. Kebanyakan diduga sampah plastik karena sengaja dibuang di sana," ujarnya.

Halaman 2 dari 3
(rdp/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads