Partai Gerindra mengumumkan secara resmi pemecatan M Taufik hari ini. Gerindra mengungkap 'dosa politik' M Taufik yang dijadikan dasar pemecatan.
Pemecatan Taufik diumumkan siang ini oleh Majelis Kehormatan Partai (MKP) Gerindra. Lalu apa saja dosa politik M Taufik di mata Gerindra?
Gagal Menangkan Prabowo di DKI
Wakil Ketua MKP Gerindra Wihadi Wiyanto menyebut Taufik gagal memenangkan Prabowo Subianto di DKI saat Pilpres 2019. Padahal, ketika itu Anies Baswedan sudah menjadi Gubernur DKI, yang diusung Gerindra bersama PKS.
"Salah satunya adalah pada saat Pilpres 2019 itu DKI kalah, itu jadi catatan juga," kata Wihadi Wiyanto di DPP Gerindra, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa (7/6/2022).
Diketahui, dalam Pilpres 2019, Prabowo berpasangan dengan Sandiaga Uno, yang sebelum jadi cawapres menjabat Wakil Gubernur DKI. Saat 2019, perolehan suara Prabowo-Sandiaga di DKI kalah dari pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin dengan selisih 213.410 suara.
Berikut rekapitulasi penghitungan suara Pilpres 2019 di DKI:
Jokowi-Ma'ruf: 3.279.547
Prabowo-Sandiaga: 3.066.137
Gerindra DKI Tak Punya Kantor
Terkait kondisi DPD Gerindra DKI, terutama soal kantor, juga jadi salah satu 'dosa politik' M Taufik versi Gerindra. DPD Gerindra DKI tidak punya kantor tetap saat Taufik menjabat ketua.
"Dia sebagai Ketua DPD, dan pada saat dia menjabat sebagai Ketua DPD, tidak mempunyai kantor tetap. Jadi kantornya pindah-pindah. Kita partai besar saja kantornya masih pindah-pindah, sedangkan DPD yang lain sudah mempunyai kantor. Ini adalah bukti ketidakloyalan daripada Saudara Taufik," ujar Wihadi.
Simak video 'Gerindra Tegaskan Pemecatan M Taufik Tak Berkaitan dengan Anies':
Simak dosa politik M Taufik versi Gerindra di halaman selanjutnya.
(zak/gbr)