Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menuliskan catatan menyentuh sebagai tanda mengikhlaskan kepergian putranya, Emmeril Khan Mumtadz (Eril). Dalam catatan itu, Emil, sapaan akrab Ridwan Kamik, mengenang kebaikan dari Eril semasa hidupnya.
Catatan Ridwan Kamil itu ditulis dalam unggahan di akun Instagramnya. Tak hanya catatan, foto-foto kegiatan Emil, seperti meyantuni anak yatim pun diunggah oleh Ridwan Kamil.
"Ijinkan saya selaku ayahanda Eril, untuk memberi kesaksian atas kiprah dan semangat hidupnya selama ini," tulis Ridwan Kamil dalam keterangan unggahannya, Minggu (5/6/2022).
"Saya tahu betul, Eril jika masih ada, pasti tidak terlalu senang jika amal atau kebaikannya diceritakan," katanya.
Emil ingin menunaikan hak dari Eril. Karena itu pula alasan Emil dan keluarga telah mengikhlaskan Eril.
"Inilah berjuta alasan juga, kenapa kami sudah sangat mengikhlaskan kepergiannya," katanya.
Berikut catatan lengkap Ridwan Kamil yang diunggah:
Kapan Kita Pulang?
Kisah tentang Eril, anak lelaki kesayangan kami. hakekatnya adalah cerita tentang kita semua. Hakekat bahwa semua dari kita, pasti akan pulang. Dengan waktu, tempat dan cara yang kita tidak akan pernah selalu tahu.
Hidup di dunia ini sesungguhnya adalah tentang perjalanan bukan tujuan. Dan seperti cerita setiap perjalanan, kisah selalu dimulai dari sebuah titik awal. Dan kisah akan selesai di sebuah titik akhir. Dan untuk setiap yang datang, pasti akan ada saatnya untuk kembali pulang.
Agar perjalanan selamat, maka petunjuk jalan dan bekalnya harus kita siapkan. Petunjuk jalan adalah keimanan. Bekal perjalanan adalah anafauhum linnas, yaitu tas berisi pahala amal-amal kebaikan kita.
Itulah hakekat cerita Ananda Eril.
Kami sekeluarga sudah mengikhlaskan, bahwa sesungguhnya ia sudah selesai dengan perjalanannya. Paripurna hidupnya dengan segala amalnya. Ia berpulang kepada pemilik sesungguhnya sesuai jadwalnya.
Jadwal yang sudah tertulis di kitab takdir Allah yaitu Lauhul Mahfudz.
Seandainya kami bisa bertukar tempat. Seandainya. Pastilah itu yang setiap orang tua akan lakukan.
Namun, logika manusia tidak sama dengan ketetapan takdir. Dan jika terdengar cucuran tangis ibunya setiap malam, dan raungan tak bersuara ayahnya, itu semata karena hati kami hancur berkeping-keping.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
(aik/imk)