Koalisi Indonesia Bersatu yang diinisiasi oleh Partai Golkar, PPP dan PAN resmi dideklarasikan sejak pekan lalu. Koalisi yang secara hitung-hitungan bisa mengusung calon presiden sendiri ini belum punya kandidat resmi. Di sisi lain, PKB yang tak tergabung dalam koalisi disebut layak memajukan calon presiden.
Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam memberi analisis pembentukan koalisi partai politik setelah Koalisi Indonesia Bersatu resmi muncul. Dia memprediksi Koalisi Indonesia Bersatu bisa berubah seiring waktu.
"Koalisi ini saya sebut 'koalisi tentatif' yang sewaktu-waktu dapat berubah. Tentu motivasinya selain menaikkan bargaining, juga dapat diterjemahkan untuk menggalang atau untuk menyiapkan perahu kandidat capres dan cawapres," kata Arif saat diskusi Menebak Poros Koalisi Pilpres 2024 yang diselenggarakan Relawan Gaspoll (Gus Muhaimin Asik Poll) seperti dalam keterangannya, Jumat (20/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arif memprediksi Pilpres 2024 mendatang akan diikuti maksimal empat pasang capres-cawapres, atau minimal tiga pasang. Poros koalisi pertama yakni Koalisi Indonesia Bersatu jika mereka tetap konsisten. Poros kedua diprediksi bakal diinisiasi Partai NasDem yang kemungkinan akan menggaet Partai Demokrat dan PKS. Sedangkan poros ketiga diprediksi akan dipimpin oleh PDI Perjuangan yang akan menggandeng Gerindra.
"Posisi PDI Perjuangan saya kira akan tetap berkoalisi, meskipun secara syarat administrasi telah memenuhi jika mereka akan mengusung pasangan sendiri. Jika tidak berkoalisi, PDI Perjuangan tentu akan kerepotan terkait dengan figur yang akan dicalonkan dan juga tantangan di Parlemen di kemudian hari," kata Arif.
Soal posisi PKB, Arif menjelaskan partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar atau Cak Imin ini belum memperlihatkan arah politiknya. Dia memprediksi PKB bisa saja bergabung dengan koalisi bentukan PDI Perjuangan dan Gerindra.
"Sebagaimana terjadi selama ini, kecenderungan PKB akan berkoalisi dengan PDI Perjuangan. Soal figur capres dan cawapresnya tentunya akan dapat terlihat seiring lobi politik. Sebab di ketiga parpol ini semua berkeinginan maju, seperti Puan Maharani, Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar," kata Arif menjelaskan.
Survei yang dilakukan IndoStrategi Research and Consulting pada Februari 2022 menemukan pasangan ideal capres dan cawapres ke depan adalah kombinasi sipil-militer. Selain itu, pasangan tersebut juga harus mendapatkan ceruk dukungan dari luar Jawa dan basis massa NU (Nahdliyin).
"Tantangan pasangan capres-cawapres adalah bagaimana dapat memperbesar ceruk dukungan dari berbagai dimensi. Baik itu dari luar Jawa maupun dari ceruk massa NU. Ini sangat penting karena kandidat incumbent tidak ikut kontestasi, yang memungkinkan semua pasangan akan berebut suara di ceruk-ceruk suara besar," kata Arif.
Ketika ditanya tentang potensi kandidat dari basis massa NU, Arif menyitir hasil polling Ketua PBNU Mohammad Syafi' Alieha, di mana dimenangkan Muhaimin Iskandar, yaitu sebesar 42%. Hal itu dapat mengindikasikan Muhaimin Iskandar sebagai orang asli NU memiliki kesempatan dan layak untuk maju sebagai capres.
"Saya sering mengatakan di berbagai media, peluang Cak Imin maju pasti ada. Bahkan ada juga yang telah mendeklarasikan pasangan Prabowo-Muhaimin. Jika dilihat dari syarat dukungan parpol, kedua tokoh itu sangat memungkinkan maju," ujar Arif.
Dia menambahkan, tantangan pasangan Prabowo-Muhaimin ini adalah bagaimana elektabilitas keduanya jika dipasangkan. "Ini menjadi PR dan tugas relawannya. Namun jika dilihat dari ceruk massa, Prabowo dan Muhaimin bisa mengombinasikan basis nasional dan religius (tradisional) sehingga bisa menggaet dukungan pemilih dari dua segmen besar tersebut," ujarnya.