Bukan hanya fisik, kesabaran serta strategi harus kuat tatkala mendidik anak-anak luar biasa.
Timotius Suwarsito (47), menceritakan jalannya sebagai guru melukis khusus untuk anak-anak penyandang autisme dan difabel. Berpengalaman sejak tahun 2003, kini ia lebih mahir menghadapi dan membaca talenta mereka.
"Ya diawal-awal selesai mengajar itu ya ini sudah biasa ya dicakar, digigit, kena pukul, kena jambak, itu tuh hal yang biasa. Tetapi berjalannya waktu, saya semakin mengerti bagaimana memperlakukan anak-anak seperti ini," ujar Timotius Suwarsito dalam program Sosok.
Mengantongi pengalaman selama 18 tahun, pria yang kerap dipanggil Kak Toto ini sudah menemukan metode manjur untuk mengenal potensi yang ada dalam diri murid-muridnya.
"Jadi kalau murid-murid saya, saya akan mencari tahu dengan test. Lalu saya kasih media, saya lihat dia bagusnya di bagian apa. Di garis kah, di permainan warna, di ekspresi. Nah dari keahlian itu saya kasih pekerjaan mereka untuk membuat karya seni. Sambil saya lihat di mana dia paling terasa sangat ringan, sangat bahagia, dan happy bisa menyelesaikannya dengan sangat bagus," jelas Kak Toto.
Hingga kini, tidak kurang 100 anak autis telah belajar kepada kak Toto. Namanya pun harum di kalangan orang tua yang memiliki anak-anak luar biasa. Tidak jarang Kak Toto dihubungi para pejabat dan Menteri, ia diminta mengajar sanak saudara mereka yang butuh pendidik dengan kemampuan yang Kak Toto miliki.
"Banyak pejabat negara, ketua DPR, cucunya, apa segala macam itu juga jadi murid saya. Mungkin pengusaha-pengusaha top sampai duta besar pun anak-anaknya pernah jadi murid saya. Cuma memang saya tidak begitu hafal mereka siapa, karena saya juga tidak mau cari tahu supaya saya fokus ke anaknya saja bukan ke orang tuanya," tutur Kak Toto.
Bagi Kak Toto, jumlah murid bukanlah prestasi. Ia hanya mengangkat murid sesuai dengan kemampuannya mengajar saja. Demi mempertahankan kualitas dan kedekatan dengan murid sekaligus orang tuanya, tidak jarang Kak Toto menolak permintaan penambahan calon siswa baru.
"Ada (pengalaman menolak ngajar anak pejabat). Waktu itu ya sebenarnya (beliau) itu posisi paling atas lah gitu ya. Cuma waktu itu cara ajudannya telepon saya kurang menyenangkan. Kemudian saya di-push untuk mencari jadwal, saya bilang 'jadwal saya sudah penuh, kalau mau menunggu, waiting list'. Sampai saya atur jadwalnya dan dia tidak mau, ya saya akhirnya tolak," jelasnya.
Saksikan Video kisah Kak Toto selengkapnya di sini
(nis/vys)