Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, mengatakan pembangunan jalan tol di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) efektif dalam memangkas waktu perjalanan pemudik. Kendati demikian, Djoko juga mendorong infrastruktur transportasi massal juga dibangun secara masif di daerah tujuan mudik untuk meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi.
"Pembangunan tol secara masif di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo cukup membantu memangkas waktu tempuh para pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi cukup signifikan," kata Djoko dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/5/2022).
"Sebelum terhubung jalan Tol Trans Sumatera, waktu perjalanann di kala mudik untuk mencapai wilayah perbatasan Jatim-Jateng kisaran 30 sampai 35 jam. Sekarang, setelah terhubung lama perjalanan kisaran 12 sampai 15 jam," imbuh Djoko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Djoko menilai sudah saatnya Pemerintah mengembangkan transportasi umum di destinasi mudik. Dia mendorong disediakannya anggaran untuk hal tersebut.
"Saatnya pemerintah membenahi transportasi umum di tempat tujuan mudik. Pemerintah dinilai perlu menganggarkan dana alokasi khusus (DAK) untuk pembenahan transportasi umum di daerah-daerah tujuan mudik," ucap Djoko.
Djoko menerangkan, pengembangan transportasi massal di daerah tujuan mudik diharapkan dapat mengurangi jumlah pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi. Dengan demikian, potensi kemacetan berkurang.
"Selama ini, salah satu faktor pendorong banyak pemudik pilih menggunakan kendaraan pribadi, yang menyebabkan kemacetan panjang selama arus mudik saat pulang kampung, adalah ketiadaan transportasi umum yang memadai di kampung halaman," ujar dia.
"Itu mestinya Pemerintah pusat punya dana alokasi khusus (DAK) untuk membenahi transportasi umum di daerah. Kalau itu sudah, kelompok-kelompok kecil ini diangkut pakai bus gratis sekalian. Selain sepeda motor itu, di kampung halaman tidak ada angkutan umum lagi," tutur dia.
Djoko menyampaikan pada negara yang lebih maju dari Indonesia, transportasi massal di daerah tujuan mudik sudah berkembang. Dia lalu memaparkan saat ini baru beberapa kota di Jawa yang transportasi umumnya relatif memadai untuk membantu distribusi para pemudik ke kampung halaman masing-masing.
"Sebagai contoh di Jawa ada Bus Trans Semarang di Semarang, Bus Batik Solo Trans (Solo Raya), Bus Trans Banyumas (Kab. Banyumas), Bus Semanggi Surabaya di Surabaya, Trans Pakuan di Bogor, Trans Yogya di Yogyakarta, Trans Metro Pasundan (Bandung Raya), Bus Trans Jateng atau KRL Solo-Yogyakarta," papar Djoko.
Di luar Jawa, sambung Djoko, daerah yang sudah mengembangkan transportasi umumnya antara lain Trans Metro Deli (Medan), Trans Musi Jaya (Palembang), Trans Banjarbakula (Banjarmasin), Trans Metro Dewat (Denpasar) dan Trans Maminatasa (Makassar).
"Namun, masih banyak daerah lain yang tidak memiliki fasilitas seperti ini, semisal di Pulau Sumatera. Kecenderungannya, para pemudik memilih pulang kampung dengan tol. Atau kalau ke Sumatera, menggunakan sepeda motor," ungkap Djoko.
"Angkutan pedesaan sudah pada mati, itu juga harus dihidupkan kembali, sehingga mereka yang di desa bisa ke kota untuk Lebaran dan sebaliknya," tambah dia.
Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata ini kemudian menjelaskan manajemen prioritas, waktu dan pemberian informasi terkini, mutlak dilakukan untuk memperlancar saat arus mudik dan balik Lebaran 2022. Dia menyampaikan volume kendaraan pada saat arus mudik dan balik tidak jauh berbeda, namun durasi arus balik lebih lama ketimbang arus mudik.
"Arus mudik lebih melandai, ditambah lagi ada tradisi Lebaran ketupat di pantai utara Jawa, dan peregangan masuk kerja dan sekolah," kata Djoko.
![]() |
Dia mengatakan pergerakan pemudik pada tahun ini sesuai prediksi Badan Litbang Perhubungan yang terbit di Maret 2022. Pilihan jalur yang dilalui pemudik yakni Tol Trans Jawa 24,1 persen, jalur intas Tengah Jawa 9,7 persen, Tol Cipularang 9,2 persen, jalur lintas pantai utara (pantura) Jawa 8,2 persen dan Trans Sumatera (non tol) 4,7 persen.
"Upaya manajemen prioritas dengan rekayasa lalu lintas yang dilakukan di jalan Tol Trans Jawa berupa ganjil genap, arus searah (one way) dan arus berlawaan arah (contra flow) sudah maksimal," sebut Djoko.
Macet saat Mudik Masalah yang Tak Terhindarkan
Djoko menuturkan rekayasa lalu lintas di jalan arteri secara penuh, seperti di jalur Pantura sulit untuk dilakukan. Sehingga dia menilai wajar ketika durasi perjalanan saat mudik tak bisa diprediksi.
"Kemacetan di saat mudik dan balik Lebaran tidak bisa dihindari. Namun yang terpenting, kemacetan tersebut dapat dikendalikan. Tidak sampai kendaraan berhenti total di jalan, tetap jalan dalam kecepatan rendah. Memang melelahkan bagi pengemudi yang tidak menyiapkan diri secara prima. Jika lelah beristirahatlah, jika ngantuk tidurlah," tutur Djoko.
Djoko kemudian menyoroti perilaku pemudik yang menurutnya kurang tertib. Seperti menepikan kendaraan di tepi jalan, mengangkut pemudik lebih dari dua oeang dengan mobil pikap, bahkan ada yang melintasi median jalan saat sedang diberlakukan rekayasa lalu lintas one way.
"Kedisplinan dan ketaatan pemudik pada aturan lalu lintas masih rendah. Itu semua tergambar begitu jelas baik di sepanjang jalan tol maupun arteri. Masih ada pengendara yang didorong faktor kelelahan menggunakan bahu jalan untuk beristirahat," ujar Djoko.
"Mobil barang (jenis pikap) digunakan untuk mengangkut orang, dan sepeda motor dinaiki lebih dari dua orang. Ada juga pengemudi yang kemudian viral di media sosial karena melintas median jalan tanpa sepengetahuan petugas saat jalur one way diberlakukan," lanjut dia.
![]() |
Dia mendorong aparat penegak hukum menindak pemudik yang tak tertib. Djoko menuturkan perilaku pemudik yang seperti itu dapat membahayakan keselamatan.
"Tidak ada penindakan dari aparat hukum karena konsentrasi petugas semata-mata terfokus pada kelancaran arus mudik dan arus balik. Tentunya, fenomena pelanggaran-pelanggaran lalu lintas itu sangat mengancam keselamatan dan dapat membahayakan orang lain," kata Djoko.
Dia meminta aparat meningkatkan lagi kampanye keselamatan berlalu lintas, terutama mendekati masa mudik Lebaran. Di sisi lain, Djoko memaparkan jumlah kecelakaan lalu lintas tahun ini menurun dibandingkan 2019 berdasarkan data PT Jasa Raharja.
"Pada periode 25 April 2022 sampai 5 Mei 2022 tercatat ada 4.107 kecelakaan lalu lintas dan 568 korban di antaranya wafat. Periode yang sama di tahun 2019 terdata 5.713 kecelakaan lalu lintas dan 1.123 orang wafat. Dengan kata lain, jumlah kasus kecelakaan lalu lintas menurun 28 persen. Kasus warga yang wafat turun 49 persen," pungkas Djoko.
Simak juga 'Rayu Pengusaha AS, Jokowi Sebut RI Penghasil Nikel Terbesar Dunia':