Terpilihnya Marcos Jr Jadi Presiden Filipina dan Aksi Bersih-bersih Nama Si Ayah

Terpilihnya Marcos Jr Jadi Presiden Filipina dan Aksi Bersih-bersih Nama Si Ayah

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Rabu, 11 Mei 2022 09:24 WIB
Ferdinand Marcos Jr atau yang akrab dipanggil Bongbong menunjukan formulir pendaftaran pilpres Filipina di Manila, Rabu (6/10/2021). Ia merupakan putra dari mantan diktator Filipina, Ferdinand Marcos.
Marcos Jr (Foto: Rouelle Umali/Pool Photo via AP)
Jakarta -

Ferdinand Bongbong Marcos Jr memenangi Pilpres Filipina. Anak mantan diktator Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos itu menang telak dari pesaing terdekatnya, Leni Robredo. Kenapa anak diktator yang pernah digulingkan karena pemerintahan yang dinilai kleptokrasi bisa terpilih?

Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI), Evi Fitriani, memberikan analisisnya terkait kemenangan Marcos Jr. Evi menyebut budaya politik di Filipina yang hanya dikuasai beberapa klan membuat Marcos Jr bisa memenangi pemilu.

"Jadi di Filipina itu political culture-nya itu sangat patron klien, mereka kan memang liberal, demokrasi, tapi sebetulnya kekuatan-kekuatan politik di Philippines. Jadi kekuatan politik itu berada di tangan klan-klan, keluarga-keluarga yang kuat, keluarga Marcos, keluarga Aquino," kata Evi kepada wartawan Selasa (10/5/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Evi menyebut sejumlah klan yang memiliki kekuasaan politik tersebut juga kuat secara finansial. Mereka disebut juga menguasai kongres hingga parlemen. Jadi, hal itu memudahkan Marcos Jr untuk berkuasa kembali di Filipina seperti ayahnya.

"Jadi mereka kayak tuan tanah itu, terus menguasai akses ke sumber ekonomi dan mereka secara tradisional ya menguasai kongres, menguasai parlemen, dan itu ada di keluarga-keluarga tertentu saja, jadi politiknya mutar-mutar di situ aja sebetulnya," tutur Evi.

ADVERTISEMENT

"Karena mereka memang sistem politiknya sangat terkonsentrasi di tangan beberapa keluarga, klan, political clan," imbuhnya.

Diketahui Ferdinand Marcos terpilih sebagai Presiden Filipina pada 1964. Selama dua dekade masa pemerintahannya, Marcos selalu menggaungkan ancaman komunis revolusioner dan menggunakannya untuk membenarkan aksinya mematikan media dan menangkap beberapa lawan politiknya. Di masa kepemimpinan Marcos, kronisme dan korupsi meluas. Miliaran uang negara disedot ke rekening pribadi Marcos di Swiss.

Pada 1986, Marcos kembali terpilih menjadi Presiden Filipina. Namun pemilu yang diduga dipenuhi kecurangan, intimidasi, dan kekerasan ini menjadi titik klimaks bagi dirinya. Marcos akhirnya diturunkan dari jabatannya dalam Revolusi EDSA (Epifanio de los Santos Avenue) pada tahun yang sama. Bersama istrinya, Imelda, Marcos melarikan diri dari Filipina. Marcos meninggal di pengasingannya di Hawaii pada 1989.

Menurut Evi, walaupun Marcos telah digulingkan pada tahun 1986, Marcos Jr tetap bisa memenangkan Pilpres Filipina. Sebab, keluarga Marcos yang kuat secara financial, juga kuat secara politik akan memudahkan jalan Marcos Jr memimpin Filipina.

"Jadi walaupun Marcos itu waktu itu udah jatuh, tapi karena keluarganya kaya secara politik kuat, anaknya kan tetap jadi gubernur kan, beberapa periode yang lalu menjadi anggota senat dan sekarang akhirnya running lagi," sebutnya.

Simak video 'Anak Diktator Ferdinand Marcos Jr Memenangkan Pilpres Filipina':

[Gambas:Video 20detik]



Simak aksi bersih-bersih nama Marcos pada halaman selanjutnya.

Aksi Bersih-bersih Nama Marcos

Menurut Evi, keluarga telah berupaya membersihkan nama Marcos. Pembersihan nama itu dilakukan melalui kampanye media sejak tahun 2000-an.

"Karena waktu itu walaupun Marcos sudah dijatuhkan, namanya jelak sekali, tapi karena keluarganya kuat tetap aja bisa, buktinya anaknya tetap muncul bahkan kalau saya baca di berita-berita itu ada semacam upaya untuk memperbaiki image yang buruk itu, jadi sejak tahun 2000-an itu ada semacam campaign upaya untuk memperbaiki image yang buruk itu, ini kalau dipakai keluarga Seoharto, bahaya kita," jelasnya.

Evi kemudian menarik kasus ini dengan keluarga Soeharto. Dia menyebut upaya itu juga dilakukan oleh Hutomo Mandala Putra, atau yang lebih dikenal dengan nama Tommy Soeharto, yang mencoba kembali masuk ke dunia politik.

"Kalau kita buat perbandingannya dengan keluarga Soeharto ini terjadi juga sebenarnya, Tommy juga running ya kan, coba-coba masuk lagi. Ini bahaya kan, jadi akhirnya seakan-akan kesalahan masa lalu itu direkonstruksi ulang, ada historical changing, seakan-akan mengubah sejarah, jadi ya di-framing dengan medialah," kata dia.

Lebih lanjut, kemenangan Marcos Jr pada Pilpres Filipina dinilai akibat dukungan di media sosial. Dalam kampanye di media sosial itu, Marcos Jr dinilai berupaya mengubah image ayahnya yang korup.

"Kan kalau saya lihat kemenangan dia kalau saya liat didukung oleh media sosial. Kan itu tinggal hire PR yang canggih aja kan bisa itu, kayak Trump. Pasti kuat sekali PR-nya, karena dia merubah image yang jelek ya, dari keluarga yang dianggap kleptokrasi, kleptokrasi itu kan berarti yang korupsi, yang mencuri uang negara yang diformat ulang image-nya akhirnya dia dipilih oleh rakyat," kata dia.

Evi menyebut Marcos Jr bukanlah orang yang 'bersih'. Sebab, kata dia, Marcos Jr memiliki kasus hukum hingga masalah pajak.

"Kalau saya lihat di beberapa berita sebetulnya dia punya kasus hukum juga ini yang Marcos Jr, dia ada mengemplang pajak juga loh sebetulnya dia itu," katanya.

Selain itu, Evi menilai Marcos Jr berupaya mengubah pandangan negatif keluarganya. Dia dinilai ingin membuktikan bahwa keluarga Marcos tidak kleptokrasi.

"Kalau otoriter mungkin nggak ya, tapi kalau dia dalam tanda kutip bukan yang bersih mungkin aja, karena ada indikasi-indikasi dia ngemplang pajak, mengubah image keluarga dari negatif seakan-akan mereka pahlawan, seakan-akan mereka nggak seburuk yang diproyeksikan bahwa sebetulnya mereka kleptokrasi," sebutnya.

Halaman 2 dari 2
(lir/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads