Kontroversi Rektor ITK soal 'Manusia Gurun' Bikin Mahfud Angkat Bicara

Kontroversi Rektor ITK soal 'Manusia Gurun' Bikin Mahfud Angkat Bicara

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 01 Mei 2022 21:36 WIB
Prof Budi Santosa Purwokartiko
Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko (Foto: dok ist/ Website ITK)
Jakarta -

Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko jadi kontroversi imbas ujarannya yang dituding bernada SARA dan kebencian saat menceritakan pengalamannya terkait wawancara beasiswa LPDP. Ujaran kebencian dan SARA Budi pun disorot sejumlah pihak, termasuk Menko Polhukam Mahfud Md.

Mahfud awalnya menyinggung ungkapan Budi terkait manusia gurun. Dia menyebut tuduhan orang memakai penutup kepala, seperti jilbab, sebagai manusia gurun merupakan sebuah kesalahan.

"Me-muji2 sbg mhs/i hebat hny krn mereka tdk memakai kata2 agamis, "Insyaallah, qadarallah, syiar" sbgmn ditulis oleh Rektor ITK itu jg tdk bijaksana. Itu adl kata2 yg baik bg orng beriman, sama dgn ucapan Puji Tuhan, Haleluya, Kersaning Allah, dll," tulis Mahfud dalam akun twitter resminya @mohmahfudmd, Minggu (1/5/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahfud menuturkan banyak profesor perempuan yang tadinya tidak berhijab menjadi berhijab sejak 1990. Dia menyebut mereka merupakan orang-orang pandai dan toleran.

"Sejak tahun 1990-an banyak sekali profesor2 di kampus besar spt UI, ITB, UGM, IPB, dll yg tadinya tdk berjilbab menjadi berjilbab. Ibu Dirut Pertamina dan Kepala Badan POM jg berjilbab. Mereka jg pandai2 tp toleran, meramu keislaman dan keindonesiaan dlm nasionalisme yang ramah," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Mahfud mengatakan model pakaian islam tidak harus memakai cadar dan gamis tapi memiliki niat menutup aurat dan sopan. Jadi menuduh orang mengenakan jilbab sebagai manusia gurun dinilai sebagai kesalahan yang besar.

"Pakaian yg Islami itu adl niat menutup aurat dan sopan; modelnya bisa beragam dan tak hrs pakai cadar atau gamis. Model pakaian adl produk budaya. Maka itu menuduh orang pakai penutup kepala spt jilbab ala Indonesia, Melayu, Jawa, dll sbg manusia gurun adl salah besar," tulis Mahfud.

Simak selengkapnya klarifikasi Rektor ITK dan isi tulisan bernada SARA di halaman berikutnya.

Lihat Video: Kontroversi Rektor ITK Sindir Manusia Gurun Pengucap 'Barakallah'

[Gambas:Video 20detik]



Rektor ITK Membantah

Rektor ITK Budi Santosa Purwokartiko pun buka suara terkait dirinya yang disebut rasis karena status di media sosial miliknya. Budi Santosa Purwokartiko pun membantah dan menjelaskan tulisan itu adalah opini pribadinya, bukan sebagai rektor ITK.

Dia menegaskan sama sekali tidak berniat merendahkan orang yang menggunakan jilbab. Menurutnya, kebetulan 12 mahasiswi yang dia wawancarai saat itu tidak ada yang berkerudung.

"Mereka itu sangat salah paham. Saya menggunakan (kalimat) yang jadi masalah kan, mereka tidak ada yang pakai kerudung ala manusia gurun kan ya? Jadi maksud saya tidak seperti orang-orang yang pakai tutup-tutup, kaya orang Timur Tengah yang banyak, pasir, angin, panas gitu ya," kata Budi seperti dilansir dari detikSulsel, Sabtu (30/4).

"Itu konsekuensi dari bahasa tulis ya. Mungkin persepsinya akan berbeda-beda ya. Tapi banyak yang memotong, maksudnya men-screenshot kemudian di kasih pengantar seakan-akan saya tidak adil, diskriminatif. Itu yang menurut saya, saya sayangkan. Dan orang tidak membaca tulisan aslinya," sambungnya.

Lebih lanjut, Budi mengatakan dirinya tidak menilai berdasarkan SARA. Dalam wawancaranya terhadap peserta program tersebut pun, menurutnya, tidak ada pertanyaan mengenai agama.

"Padahal saya menilai tidak berdasarkan dia pakai kerudung atau nggak. Nggak ada, karena poin-poin yang dinilai bukan itu. Bahkan pertanyaan mengenai agama aja nggak ada. Jadi anak-anak yang nggak pakai kerudung itu kemungkinan besar juga ada anak-anak muslim ya. Tapi ya kita nggak tau karena kita nggak tanya tentang agama sama sekali. Kita hanya nanya apa yang akan mereka lakukan, programnya apa, nanti kalau pulang kontribusi buat masyarakat apa, buat perguruan tingginya apa, buat bangsanya apa," jelasnya.

Isi Status Medsos Rektor ITK

Diketahui tulisan Budi Santosa itu diunggah di Facebook pribadinya dengan akun Budi Santosa Purwokartiko. Dilihat detikcom, Sabtu (30/4/2022), status Budi itu viral di Facebook dan Twitter.

Berikut isi status Budi yang dinilai rasis itu:

Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri, program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa, jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5% sisi kanan populasi mahasiswa.

Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5 bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145 bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100), luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen.

Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagainya. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang.

Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada 2 cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada 2 tidak hadir, jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar openmind, mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi.

Saya hanya berharap mereka nanti tidak masuk dalam lingkungan yang
- Membuat hal yang mudah jadi sulit
- Bekerja dari satu rapat ke rapat berikutnya tanpa keputusan
- Mementingkan kulit daripada isi
- Menyembah Tuhan tapi lupa pada manusia
- Menerima gaji dari negara tapi merusak negaranya
- Ingin cepat masuk surga tapi sakit tetap cari dokter dan minum obat
- Menggunakan KPI langit sementara urusannya masih hidup di dunia

Semoga tidak tercemar

Halaman 2 dari 2
(maa/fas)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads