Hari Peringatan Konferensi Asia Afrika diperingati setiap bulan April. Indonesia merupakan salah satu negara yang berpartisipasi dalam pencetusan, persiapan, dan penyelenggaraan konferensi tersebut.
Lantas, bagaimana sejarah penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika? Yuk, simak informasi selengkapnya berikut ini.
Sejarah Peringatan Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika (KAA) lahir dari perasaan senasib yang dialami oleh negara-negara di kawasan Asia dan Afrika akibat Perang Dunia II, karena lahirnya dua blok kekuatan besar yang semakin memanas. Kemudian, perwakilan negara-negara di kawasan tersebut membentuk solidaritas Asia Afrika agar keluar dari penjajahan.
Melansir dari situs Asian African Museum, ide penyelenggaraan KAA lahir dari ajakan Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala kepada para Perdana Menteri U Nu (Birma), Jawaharlal Nehru (India), Ali Sastroamidjojo(Indonesia), dan Mohammed Ali (Pakistan). Undangan tersebut bermaksud untuk mengajak pertemuan secara informal di negaranya.
Indonesia Sebagai Tuan Rumah KAA Tahun 1955
Hari Peringatan Konferensi Asia Afrika jatuh pada 18 April. Berdasarkan hasil pertemuan kelima negara peserta Konferensi Bogor yang menjadi sponsor Konferensi Asia Afrika, Indonesia dipilih menjadi tuan rumah KAA pada tahun 1955. Presiden Indonesia, Soekarno, menunjuk Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya KAA.
Pada 11 Januari 1955, dibentuk Panitia Interdepartemental yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal Sekretariat Bersama, dengan anggota-anggota dan penasehatnya berasal dari berbagai departemen. Panitia ini dibentuk guna membantu persiapan-persiapan konferensi tersebut.
Konferensi Asia Afrika berhasil diselenggarakan pada tanggal 18 April 1955 di Bandung, dengan 29 negara ikut berpartisipasi. Rangkaian KAA dibuka dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang berkumandang di Gedung Merdeka Bandung. Kemudian Presiden Soekarno memberikan pidato pembukaannya yang berjudul "Let a New Asia And a New Africa be Born" yang artinya Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru.
Sekitar pukul 10.45 WIB sidang dibuka. Secara aklamasi, Perdana Menteri Indonesia terpilih sebagai Ketua Konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama, Roeslan Abdulgani juga dipilih sebagai Sekretaris Jenderal Konferensi. Hasil sidang KAA dituangkan dalam komunike akhir yang berisi:
- Kerja sama ekonomi
- Kerja sama kebudayaan
- Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri
- Masalah rakyat jajahan
- Masalah-masalah lain
- Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional
Deklarasi yang tercantum pada komunike tersebut, selanjutnya dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung. Hal tersebut menjadi pernyataan politik yang berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.
Persiapan Hari Peringatan Konferensi Asia Afrika 2022 di Bandung
Dikutip dari situs Pemerintah Daerah Bandung, Hari Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-67 akan diselenggarakan di kota Bandung dengan berbagai kegiatan. Asia Africa Festival yang merupakan acara tahunan sejak 2015 juga akan dilaksanakan tahun ini, dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisi pandemi COVID-19.
Hari Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-67 Tahun 2022 mengusung tema 'Pulih Bersama Bangkit Perkasa (Recover Together, Recover Stronger)'. Tema ini hadir sebagai pengenalan kepada publik tentang peringatan KAA sekaligus komitmen dari Museum KAA dalam mengemban visi untuk melestarikan nilai-nilai KAA yang bersumber dari Dasasila Bandung.
Kegiatan lain terkait Hari Peringatan Konferensi Asia Afrika 2022 adalah sebagai berikut.
- Pengibaran 109 bendera negara peserta Konferensi Asia Afrika dan bendera PBB
- Jamuan teh petang bersama saksi sejarah KAA
- Peluncuran perangko peringatan 67 tahun KAA
- Peluncuran komik dan maskot KAA
- Konser sahabat Museum KAA.
Demikian sejarah dan tema dari Hari Peringatan Konferensi Asia Afrika 2022.
(kny/imk)