Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan dewasa ini membangun moderasi dalam kehidupan beragama menjadi isu penting. Paling tidak ada 4 alasan mengapa moderasi beragama dinilai penting, apa saja?
Bamsoet mengungkapkan hal pertama yaitu Indonesia merupakan negara majemuk dengan dari sekian banyak penduduknya, ada 6 agama berbeda serta 10 aliran kepercayaan.
"Dengan kemajemukan tersebut, moderasi dalam kehidupan beragama akan menjadi faktor kunci terwujudnya harmoni dan kerukunan umat beragama," imbuh Bamsoet dalam acara Dharma Santi Nasional, Minggu (10/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, lanjut Bamsoet, dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, kerukunan umat beragama bukanlah sesuatu yang statis, melainkan terus berkembang secara dinamis.
Ia pun membeberkan data indeks kerukunan umat beragama yang mengalami pasang surut sejak tahun 2017. Di tahun 2017, indeks kerukunan beragama diungkapkan Bamsoet berada di angka 72,27, kemudian di 2018 turun menjadi 70,9.
"Tahun 2019 kembali naik lagi menjadi 73,8, dan 2020 yang lalu turun lagi menjadi 67,46 dan tahun 2021 naik kembali menjadi 72,39 dan saya yakin ke depan dengan kepemimpinan Menteri Agama hari ini akan naik lagi ke atas," katanya.
Bamsoet melanjutkan yang ketiga adalah kehidupan berdemokrasi menjamin kebebasan untuk mengutarakan pendapat dalam segala bidang termasuk dalam keagamaan. Menurut Bamsoet, diskusi keagamaan di ruang publik sangat mungkin akan bersinggungan dengan isu-isu sensitif dan dapat menimbulkan kesalahpahaman karena adanya perbedaan literasi keagamaan.
Menurut Bamsoet, dampak paling ekstrem yang bisa terjadi karena hal tersebut adalah agama disalahgunakan menjadi alat pembenaran untuk melakukan tindakan intoleransi dan kekerasan atas nama agama.
Selanjutnya yang keempat, Bamsoet melihat saat ini isu moderisasi dalam beragama telah menjadi sebuah isu global. Hal ini berkaca dari intoleransi yang telah menyebabkan kebebasan beragama di seluruh dunia menghadapi tekanan.
"Hari toleransi sedunia setiap tanggal 16 November yang telah ditetapkan PBB berangkat dari kenyataan bahwa sikap intoleransi dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam kehidupan beragama adalah ancaman yang harus disikapi bersama oleh komunitas global," imbuh Bamsoet.
Meski begitu, Bamsoet mengungkapkan moderasi dalam kehidupan beragama tidak dimaknai untuk mengabaikan ajaran dan nilai agama, karena sesungguhnya nilai agama akan selalu melekat kehidupan sehari-hari.
Bamsoet mengutarakan tantangan moderasi agama harus disinergikan dan dikolaborasikan dari segenap elemen dari masing-masing umat beragama. Ia juga mengingatkan agar tidak mudah terpengaruh dengan orang-orang yang memakai agama untuk menebar kebencian.
"Jangan percaya kalau ada orang memakai agama untuk menebarkan kebencian, karena sesungguhnya puncak dari agama adalah cinta. Mungkin ada di antara kita yang tidak seiman tapi percaya kita semua satu dalam kemanusiaan," pungkas Bamsoet.
Turut hadir secara virtual Presiden Joko Widodo, Presiden RI ke-5 sekaligus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Megawati Soekarnoputri, Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti, Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa, dan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo.
Hadir secara langsung antara lain, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Anggota MPR/DPR RI I Nyoman Parta dan I Wayan Sudirta, Koordinator Staf Khusus Presiden Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana, Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat yang juga Sekretaris Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, serta Ketua Panitia Nasional Perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944 Brigjen TNI Putra Widiastawa. Hadir pula musisi Dewa Budjana dan Tri Utami.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersamaan dengan Dharmasanti Nasional semakin melengkapi rangkaian Perayaan Hari Suci Nyepi. Dharmasanti adalah acara simakrama atau silaturahmi yang bertujuan membangun kerukunan, kedamaian, dan harmoni antar umat dengan dilandasi sikap moderasi dalam beragama, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat kemanusiaan.
(ega/ega)