Lantai dua ruko yang terletak di Ciputat, Tangerang Selatan ini tidak luas, kira-kira hanya dapat menampung sekitar 20-an orang saja. Lokasinya ada di jejeran ruko di Jl RE Martadinata, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Saat detikcom mendatangi pada Rabu (6/4/2022), ada sembilan orang anak punk yang mengaji. Ada yang memakai sarung ada yang bercelana jin ada juga yang berpeci tapi ada juga yang bertopi.
![]() |
Tanpa menghiraukan stigma penampilan punk yang penuh tato, Halim tampak fokus mengajar. Di sini, mereka tidak hanya belajar agama tetapi juga diberikan pelatihan keahlian berbagai bidang dan belajar berwirausaha.
"Kita tidak hanya mengajarkan ngaji, baca kitab, baca tulis Al-Qur'an, akhlak, pendidikan rohani," kata Halim kepada detikcom, Rabu (6/4/2022).
Bekal pulang ke dua tujuan
Nampak jelas di tempat ini begitu saya sampai pertama kalinya di bagian depan pondok yang sebenarnya bangunan ruko ini. Pemandangan yang terlihat adalah seorang pria sedang menyerut kayu. Para santri di sini memang diajarkan untuk berkarya nyata selain mengaji kitab suci.
"Juga kewirausahaan, ada pelatihan barista, pelatihan desain grafis, pelatihan komputer, latihan bisnis online. Sehingga mereka tidak hanya mondok tetapi mereka berwirausaha," kata Halim menyebutkan sederet pelatihan di pondoknya.
![]() |
Itulah 'peta jalan pulang' yang disediakan Halim untuk anak-anak jalanan dan anak-anak punk. Peta jalan pulang untuk anak punk di sini menuju dua tempat, yaitu ke keluarganya dan ke Allah SWT.
Pondok Tasawuf Underground menjadi fasilitator untuk mengembangkan anak punk agar dapat kembali kepada dua rumah tersebut. Kata Halim ada pendidikan rohani dan pemberdayaan ekonomi-sosial untuk para anak punk agar dapat menemukan jalan pulangnya.
"Melalui pendidikan rohani agar melepaskan mereka dari narkoba, menyadarkan akan tugas hamba menghadap Allah. Kedua, jalan pulang kepada keluarga, mengembalikan kesadaran mental mereka agar bisa kembali ke masyarakat diterima kembali keluarganya. Itu tidak mudah. Butuh soft skill kemampuan butuh ilmu kemampuan pembelajaran yang khusus," tutur Halim.
![]() |
Di ruko ini juga Pondok Tasawuf Underground memiliki lini usaha yang bergerak pada bidang kafe dan laundry kiloan. Halim mengungkap dari kegiatannya ini mengundang banyak akademikus untuk meneliti pesantren yang diasuhnya.
"Kita juga bekerjasama dengan usaha yang lain kita buka steam mobil kita jualan pisang, bisnis online, jualan sablon dan lain sebagainya. Dari sisi pesantren ini apa yang kita lakukan ini hal yang 'seksi'. Makanya mengundang sampai 30 skripsi, 2 tesis, dan 2 disertasi yang membahas tentang kita. Ini karena konsep pesantren kita tidak biasa," tuturnya.
Baca juga: Saat Anak Kolong dan Punk Mengaji |
Pengembangan diri anak punk di sini tidak hanya membuat anak punk dapat berwirausaha saja. Tetapi juga dapat membuat anak punk meningkatkan kualitas pendidikannya menjadi lebih tinggi.
Mengangkat pendidikan anak jalanan
Halim bercerita bahwa kebanyakan dari anak punk putus sekolah di tingkat SD atau SMP. Tetapi di sini, mereka difasilitasi hingga sampai tingkat perguruan tinggi.
"Kita beri kesempatan mereka untuk mengikuti program paket A, paket B, paket C," kata Halim.
"Bahkan mereka yang sudah menyelesaikan program paket C ini ada yang sudah sampai kuliah," imbuhnya.
![]() |
![]() |
![]() |
Dia menyebut ada tiga orang dari Pondok Tasawuf Underground ini yang sudah kuliah di perguruan tinggi. Di antara mereka ada yang mengambil kuliah ilmu hukum dan tarbiyah (pendidikan). Anak jalanan yang berhasil menjadi anak kuliahan ini membuat teman-temannya lebih bersemangat. Akhirnya, banyak anak jalanan lain yang ikut berusaha mentas dari jalanan, mencari 'jalan pulang' lewat Pesantren Tasawuf Underground.
"Anak-anak mantan punk mantan jalanan ini menginspirasi kawan-kawan mereka yang lainnya," ucap Halim. (dnu/dnu)