Pelaksana acara luar ruangan di paruh tahun kedua pantas merasa waswas. Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan di pengujung tahun 2021 dan 2022 cukup tinggi. Ditambah lagi, hujan saat ini tidak dapat diprediksi, bisa turun kapanpun tanpa melihat musim lagi.
Tercatat, perubahan curah hujan meningkat signifikan dari tahun ke tahun. Kini, angka tertinggi curah hujan Indonesia bisa mencapai 2500mm per tahun atau meningkat 500mm dari tahun-tahun sebelumnya.
Maka, tidak heran bila sebagian warga menggantungkan nasib perhelatan luar ruangan yang mereka adakan kepada pawang hujan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa keberadaan profesi ini selalu hidup akibat kebutuhan yang selalu ada. Apalagi persaingan yang tidak terlalu ketat akibat jumlah mereka yang sedikit, membuat profesi penghalau hujan tidak akan mati.
Baca juga: Pesan Pawang Hujan Online, Ini Rate Harganya |
Dalam sudut pandang teknologi, hujan dipelajari agar dapat dimodifikasi. Budi Harsoyo, Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di bawah naungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengendalikan hujan.
"Pertama tentu keberadaan objek awan itu sendiri, karena modifikasi cuaca ini memerlukan awan, karena kalau tidak ada awan kami tentu tidak bisa memberikan hasil di hari itu, singkatnya no cloud no seeding," ungkap Budi dalam program Sudut Pandang.
Keberadaan angin menjadi faktor penentu berikutnya. Arah, lokasi, dan kekuatan angin perlu dipertimbangkan agar penentuan lokasi seeding dapat lebih akurat.
"Kalau awan ada di daerah belokan angin daerah konvergensi, maka akan terjadi perlambatan angin dan biasanya di situ dan menjadi pusat pertumbuhan awan. Faktor ketiga adalah kelembapan udara basah, maka dengan ada penguapan cukup kuat, , radiasi meningkat ditambah kelembapan mendukung, potensi pertumbuhan awan-awan konvektif begitu tinggi," lanjut Budi.
Tidak hanya dari sisi teknologi, nyatanya faktor-faktor itu juga dinilai penting oleh pawang hujan tradisional. Angin juga disematkan dalam rentetan doa, sehingga arah hujan dapat dibelokkan.
Seorang pawang hujan bernama Eko Budi Sumantri menjelaskan, setiap ilmu tidak bisa dibandingkan. Maka, dalam menjalankan aksinya, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan, "Saya tulis nomor satu syarat pawang hujan mas Eko sejak 2007 satu tidak ada garansi, dua saya berzikir selama di lokasi, tiga klien tidak boleh menunjukkan ramalan cuaca dari BMKG, karena itu mempengaruhi fokus saya."
Kredibilitas profesi, baik dengan latar belakang teknologi maupun tradisi adalah nilai yang perlu dijaga. Keduanya mengungkapkan, ada usaha besar agar berhasil menggeser hujan.
Budi Harsoyo menjelaskan, akurasi tinggi menjadi nilai lebih laboratorium TMC. Sehingga, banyak pihak yang masih menaruh kepercayaan kepada timnya.
"Kita tidak mengarahkan angin awan, Titik keberhasilan TMC ini adalah ketepatan menjatuhkan hujan dari awan bergerak terbawa angin. Misal untuk pengisian waduk, kita akan membiarkan awan-awan konvektif, awan-awan cumulus yang berpotensi menjadi hujan, bergerak menuju daerah tangkapan air, begitu dia sudah masuk atau kira-kira akan masuk, kita akan lihat kecepatan angin berapa, terus tingkat pertumbuhan awan berapa, segera kami melakukan rencana penerbangan dan kita semai, sehingga sesegera mungkin dia bisa jatuh," tutup Budi
(vys/ids)