Pengadilan Sesat ala AS: Dihukum Mati karena Berkulit Hitam

Pengadilan Sesat ala AS: Dihukum Mati karena Berkulit Hitam

Andi Saputra - detikNews
Minggu, 13 Mar 2022 17:04 WIB
Walter McMillan (sumber foto: egj.org)
Walter McMillan (sumber foto: egj.org)
Jakarta -

Warga Alabama, Amerika Serikat (AS), Walter McMillian, dihukum mati dengan tuduhan pembunuhan terhadap seorang perempuan kulit putih Ronda Morrison. Belakangan terungkap hukuman mati dijatuhkan karena kebencian rasis terhadap warga kulit hitam. Akhirnya vonis pengadilan yang berjalan sesat itu dianulir setelah sidangnya dibuka kembali.

Sebagaimana dikutip dari website michigan.law.umich.edu, Minggu (13/3/2022), kasus ini terjadi pada 1986. Di mana Morrison ditemukan tewas di ruko cucian Jackson Cleaners. Beberapa bulan kemudian, polisi menangkap Ralph Myers atas tuduhan kasus pembunuhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari mulut Ralph Myers meluncur nama seorang Afrika-Amerika, Walter McMillian (46). Ralph Myers menyatakan ia ke tempat cucian itu bersama Walter McMillian. Pada saat itu, Walter McMillian memasuki ruko sendirian.

ADVERTISEMENT

Tiba-tiba Ralph Mayers mendengar letupan dan segera berlari ke gedung. Ralph Mayers mengaku melihat Walter McMillian berdiri di atas mayat Ronda Marisson dengan motif perampokan.

"Karena kasus tersebut menghasilkan publisitas yang luar biasa di Monroe County, di mana populasi kulit putih adalah 60 persen, persidangan dipindahkan ke Baldwin County, di mana orang kulit putih terdiri dari 86 persen populasi," ujarnya.

Sidang dimulai pada 15 Agustus 1988 dan hanya berlangsung satu setengah hari. Komposisi juri adalah 11 kulit putih dan 1 Afrika-Amerika.

Anehnya dalam sidang itu, semua juri 'memakan' semua kesaksian Ralph Mayers. Atas perbuatannya itu, Ralph Mayers dihukum 30 tahun penjara.

Bagaimana dengan Walter McMillian?

Juri merekomendasikan hukuman seumur hidup. Tetapi hakim mengesampingkan rekomendasi juri dan memilih menjatuhkan hukuman mati pada 19 September 1988. Hukuman mati itu kemudian dikuatkan di tingkat banding pada 1991.

Hakim mengesampingkan seluruh kesaksian 6 saksi yang dihadirkan Walter McMillian. Di mana keenamnya menyatakan bersama Walter McMillian pada saat kejadian pembunuhan itu.

Kasus mulai terungkap saat pendiri Equal Justice Initiative (EJI) di Montgomery, Alabama, Bryan Stevenson, mendampingi kasus itu. Bryan Stevenson memutar ulang seluruh kaset rekaman kesaksian Ralph Mayers.

"Myers mengeluh dengan pahit bahwa dia dipaksa untuk melibatkan McMillian, yang tidak dia kenal, untuk kejahatan yang tak satu pun dari mereka lakukan," bebernya.

Akhirnya pendampingan yang dilakukan Bryan Stevenson membuahkan hasil. Pada 23 Februari 1993, Pengadilan Banding Pidana Alabama memerintahkan untuk kembali mengadili perkara itu.

Pada 2 Maret 1993, jaksa akhirnya mencabut dakwaannya terhadap McMillian dan hakim memvonis bebas Walter McMillian.

Setelah bebas, Walter McMillian menggugat Sheriff setempat untuk meminta ganti rugi. Tapi upaya itu gagal. Akhirnya, Walter McMillian mendapatkan ganti rugi dari pejabat di kotanya dengan jumlah yang tidak dipublikasikan pada 2001.

"Setelah McMillian dibebaskan pada tahun 1993, dia bekerja keras untuk mendidik orang-orang tentang hukuman mati, berbagi pengalamannya dengan siswa, kelompok masyarakat, dan pejabat terpilih di seluruh negeri. Kasusnya menarik perhatian publik pada keyakinan yang salah, dan lebih banyak orang dibebaskan pada tahun-tahun setelah pembebasannya," demikian pernyataan yang dikutip dari eji.org.

Pada 3 Maret 1993, The New York Times menulis hukuman mati itu dijatuhkan karena didasari rasis, bukan keadilan.

Walter McMillian walked out of a courtroom here today a free man after prosecutors conceded that he had spent six years on Alabama's Death Row because of perjured testimony and evidence withheld from his lawyers. Whether he was also put there for being a black man who violated the racial and sexual taboos of the small-town South is only one of the issues swirling around a case that has evoked not only distinctly Southern but also far broader questions of race and justice.

Pada 1 April 1993, McMillian berbicara kepada Komite Kehakiman Senat AS agar mengakhiri hukuman mati.

"Saya sangat terganggu dengan cara sistem kriminal memperlakukan saya dan kesulitan yang saya alami dalam membuktikan bahwa saya tidak bersalah," katanya kepada panitia. "Saya juga khawatir tentang orang lain. Saya percaya ada orang lain di bawah hukuman mati yang seperti saya tidak bersalah," kata McMillian.

Walter McMillian meninggal pada 2013. Baru-baru ini, kasus itu di atas diangkat ke layar lebar dengan bintang Jamie Foxx, Michael B. Jordan, Brie Larson, Rafe Spall, dan Tim Blake Nelson.

Halaman 2 dari 2
(asp/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads