Kisah Kejinya Si Pembunuh Berantai 'Twitter'

Hitamnya Hitam

Kisah Kejinya Si Pembunuh Berantai 'Twitter'

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Minggu, 06 Mar 2022 07:09 WIB
Suspect Takahiro Shiraishi covers his face with his hands as he is transported to the prosecutors office from a police station in Tokyo on November 1, 2017. 
The 27-year-old Japanese man, who was arrested after police found nine dismembered corpses rotting in his house, has confessed to killing all his victims over a two-month spree after contacting them via Twitter, media reports. / AFP PHOTO / JIJI PRESS / STR / Japan OUT
Foto: Takahiro Shiraishi si pembunuh Twitter (AFP PHOTO / JIJI PRESS / STR / Japan)
Tokyo -

Media sosial bisa menjadi alat yang berbahaya di tangan seorang penjahat. Seorang pria Jepang bernama Takahiro Shiraishi memakai Twitter untuk menjadi pembunuh berantai.

Seperti dilansir South China Morning Post, kasus ini menghebohkan publik Jepang pada tahun 2017. Saat itu Shiraishi ditangkap pada 31 Oktober 2017. Laporan media menyebut Shiraishi telah mengaku membunuh 9 orang. Dia mengaku telah membunuh kesembilan orang itu dalam waktu dua bulan, yakni antara Agustus hingga September 2017.

Shiraishi menghubungi korban-korbannya via Twitter dan membujuk mereka untuk bertemu dengan iming-iming dia akan membantu mereka untuk bunuh diri. Dilaporkan bahwa nyaris seluruh korban yang dihabisi Shiraishi pernah mengungkapkan keinginan untuk bunuh diri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada polisi setempat, seperti dilaporkan sejumlah media lokal yang mengutip sumber kepolisian, Shiraishi mengaku dirinya membunuh para korban 'pada hari yang sama dia bertemu' dengan mereka.

Dari sembilan orang yang dihabisinya, hanya satu yang berjenis kelamin laki-laki. Shiraishi menyebut pria itu terpaksa dibunuh karena mencurigai hilangnya kekasihnya, yang telah terlebih dahulu dibunuh oleh Shiraishi.

ADVERTISEMENT

Shiraishi membunuh pria tersebut, karena dia terus menanyakan soal keberadaan kekasihnya. Shiraishi khawatir pria itu akan melaporkan peristiwa hilangnya sang kekasih kepada polisi.

Membunuh Para Wanita Muda

Shiraishi mengakui para korbannya kebanyakan wanita muda, berusia sekitar 20-an atau atau masih remaja. Shiraishi juga mengaku dirinya memutilasi jenazah para korbannya di dalam kamar mandi, dengan menggunakan sebuah gergaji. Polisi telah menemukan gergaji yang dimaksud di dalam apartemen Shiraishi.

"Awalnya, butuh waktu tiga hari untuk memutilasi satu jenazah, tapi mulai dari korban kedua, saya bisa melakukannya dalam sehari," demikian pengakuan mengerikan Shiraishi seperti dikutip sumber tersebut.

Terbongkarnya aksi keji Shiraishi ini berawal dari penyelidikan hilangnya seorang wanita berusia 23 tahun. Wanita yang hilang ini diketahui menulis pesan berbunyi 'Saya mencari seseorang untuk mati bersama saya' via Twitter. Polisi kemudian menemukan keterkaitan wanita itu dengan Shiraishi.

Polisi menemukan 9 jenazah korban yang telah dimutilasi, termasuk dua potongan kepala, di apartemen Shiraishi yang ada di kota Zama, pinggiran Tokyo. Potongan tubuh korban disimpan di dalam kotak-kotak pendingin yang diletakkan tersebar di apartemen Shiraishi. Total ada 240 potongan tulang manusia yang ditemukan dari apartemen kecil itu.

"Saya tidak bisa membuangnya (jenazah itu) karena takut ketahuan," tutur Shiraishi kepada polisi setempat.

Simak selengkapnya di halaman berikut

Saksikan juga: Kisah Coki, Mantan Kurir Penyambung Harapan Difabel

[Gambas:Video 20detik]



Dihukum Mati

Tiga tahun kemudian, pada 2020, Takahiro Shiraishi (30) yang dijuluki 'pembunuh Twitter' menjalani sidang. Ia divonis hukuman mati.

Pengacara Shiraishi berargumen bahwa kliennya seharusnya menerima hukuman penjara karena para korbannya, yang berusia 15-26 tahun, menyatakan niat bunuh diri dan setuju untuk dibunuh.

Namun dalam sidang putusan pada Selasa (15/12/2020) waktu setempat, menurut seorang pejabat pengadilan Tokyo yang enggan disebut namanya kepada AFP, 'hukuman mati dijatuhkan' kepada Shiraishi.

"Tak satupun dari sembilan korban yang setuju untuk dibunuh, termasuk persetujuan diam-diam," tegas hakim dalam putusannya, seperti dilaporkan televisi nasional NHK.

"Sungguh sangat menyedihkan bahwa nyawa sembilan orang yang masih muda ini direnggut. Martabat para korban diinjak-injak," imbuh sang hakim.

NHK melaporkan bahwa 435 orang hadir untuk menyaksikan sidang putusan, meskipun pengadilan hanya memiliki 16 kursi untuk umum.

Saksikan juga: Kisah Coki, Mantan Kurir Penyambung Harapan Difabel

[Gambas:Video 20detik]



Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads