Berangkat dari keterpurukan bertubi-tubi, Coki Tobing (40) merintis usaha pembuatan kaki palsu.
Perjalanan hidup Coki diwarnai dengan berbagai ragam peristiwa yang akan menjadi benih kedermawanannya di masa depan. Getir Coki dimulai dari kegagalannya lulus dari kuliahnya di Atma Jaya. Tidak berhenti di situ, Coki terpaksa menjadi tulang punggung keluarga menggantikan ayahnya yang masuk penjara.
"Saya kuliah di Universitas Atma Jaya jurusan Teknik Mesin angkatan 1998. Kemudian saya drop out, tidak selesai kuliah karena finansial keluarga waktu itu orang tua bangkrut. Papa saya dipenjara pada saat itu, jadi tinggal saya dan ibu. Mau tidak mau saya akhirnya harus menggantikan papa jadi tulang punggung keluarga, " ujar Coki dalam program Sosok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama menggantikan sosok ayahnya, Coki yang sudah tidak kuliah lagi harus bisa mencari pekerjaan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia pun pernah menjadi kurir, hingga pengamen.
"Jadi waktu itu rentang dari tahun 2004 sampai tahun 2009 saya akhirnya jadi kurir. Pada saat itu saya merasa ini bukan yang saya mau dalam hidup. Iya, sempat jadi kurir dan ngamen," ujar Coki sambil tertawa.
Kini Coki Tobing dikenal sebagai pemilik dari Dare Prosthetic and Orthotic Service, sebuah bisnis yang memproduksi kaki palsu atau alat bantu gerak bagi kaum difabel. Keberhasilannya tidak lepas dari peran semesta yang memberi kesempatan kedua dalam bentuk beasiswa.
Kala itu, dengan uang beasiswa di kantongnya, Coki memilih melanjutkan kuliah di Jakarta School of Prosthetic and Orthotic. Bukan tanpa dasar, Coki memilih jalur ini karena usaha kaki palsu yang menurutnya masih memiliki peluang lebar.
Usaha yang terus berkembang tidak membuat Coki lupa pada nasibnya di masa lalu. Ia paham benar rasanya terhimpit kebutuhan akibat keterbatasan. Maka, sembari menjalankan bisnisnya, Coki menyisihkan bahan-bahan yang masih tersedia untuk dibuat menjadi kaki palsu bagi orang yang membutuhkan.
"Saya ada material-material yang masih tersimpan,itu saya bikin lagi buat difabel yang butuh. Biasanya saya cek medsos untuk lihat siapa yang memerlukan," ungkap Coki
Dengan modal tekad dan kesetiakawanan, kini Coki berhasil membagikan ratusan kaki palsu gratis bagi para difabel. Baginya, ini merupakan cara yang tepat untuk membayar utang budinya kepada para dermawan yang menyelamatkan hidupnya.
"Karena saya pernah dalam keadaan yang memang tidak bisa ngapa-ngapain, tapi karena kesempatan yang diberikan saya bisa bangkit.
Dan saya harap memang teman-teman difabel yang mendapatkan alat-alat bantu atau kaki palsu ini juga merasa bahwa ini kasih sayang yang Tuhan berikan kepada mereka," tutup Coki.