Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid menghadiri Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Kabupaten Badung, Bali, Jumat (25/2). Dalam kegiatan ini, Jazilul mengingatkan soal pentingnya menjaga budaya Indonesia.
Jazilul menyampaikan perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi membuat arus informasi global mengalir cukup deras. Menurutnya, kondisi ini berpotensi menggerus berbagai budaya Nusantara.
Di samping itu, saat ini kebanyakan anak muda lebih mengenal budaya asing dibandingkan budaya sendiri. Misalnya seperti keris, yang seiringnya zaman tidak ada lagi yang mengerti dan menyukai keris.
"Siapa anak muda kita yang mengerti soal keris. Makin jauh saja. Tapi siapa di antara anak kita yang tidak mengerti media sosial, game online sedangkan pusaka yang kita punya, baik berbentuk benda, nilai budaya, lama-lama kita geser. Di dunia global ini, anasir-anasir asing cukup kuat, anak-anak kita lupa dengan dirinya sendiri, lupa jati dirinya, tidak mengerti apa yang mereka punya," ujar Jazilul dalam keterangannya, Sabtu (26/2/2022).
Lebih lanjut, Jazilul mengatakan masyarakat juga perlu menjaga dan melestarikan beberapa nama-nama khas daerah, seperti di Bali I Wayan, Ida Bagus, dan lainnya.
"Ini kalau tidak kita jaga lama-lama hilang. Kita tidak bangga dengan namanya sendiri. Lama-lama bergeser, tak bangga dengan sebutan dirinya sendiri," urainya.
Jazil menilai perkembangan teknologi i tantangan ke depan karena dapat membuat hal-hal positif yang dimiliki bangsa Indonesia perlahan hilang.
"Tak dipungkiri, ada banyak sisi positif dari perkembangan teknologi, tapi disisi lain memiliki dampak negatif sehingga hal-hal yang sifatnya warisan budaya seperti pusaka dianggap kuno, ketinggalan zaman, tak mencerminkan sesuatu yang baru, itu bahaya buat anak-anak kita," katanya.
Meski demikian, Jazilul mengaku kagum dengan keberagaman dan adat istiadat Bali yang masih terjaga. Wakil Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini pun berharap PKB dan Nahdlatul Ulama (NU) bisa menjadi bagian yang menyatu dari adat dan istiadat Bali. Terlebih PKB yang dilahirkan oleh NU, lanjutnya, merupakan partai nasionalis religius yang tidak pilah-pilih kelompok.
"Saya melihat Bali ini luar biasa. Bali merupakan taman sari kemajemukan Indonesia. Bali seperti taman bunga yang semua bisa hidup disini. Merah, kuning, biru, hijau, ini simbol kemajemukan. Kehadiran saya hari ini, sungguh-sungguh bagi saya perasaan yang sangat membanggakan sebagai Wakil Ketua MPR RI yang bertugas menjaga Empat Pilar Kebangsaan," ungkapnya.
"PKB dilahirkan dari para ulama yang diinfakkan untuk menjaga bangsa ini. Kalau ada yang tidak sepakat dengan konsensus kebangsaan, pasti bukan PKB. Kalau ada yang intoleran, dengan tetangga nggak baik, pasti bukan PKB. NU melahirkan PKB untuk menguatkan pilar-pilar kebangsaan, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 yang kalau disingkat PBNU. Ini 4 pilar warisan yang luar biasa," imbuhnya.
Jazilul berharap ke depannya, Bali dapat menjadi taman sari Indonesia. Hal ini sejalan dengan 4 pilar yang dirumuskan oleh para tokoh bangsa zaman dulu. Dengan demikian, cita-cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan kerukunan bangsa yang sangat majemuk dapat terwujud.
"Makanya, di Bali ini supaya benar-benar menjadi taman sari Indonesia, agar warna bunga hijaunya sedikit ditampilkan. Hijau (PKB) sekali-kali menjadi bunga, jangan menjadi daun saja. Mudah-mudahan 2024 nanti, ada bunga warna hijau (anggota DPR RI dari PKB) di Bali untuk bersanding dengan merah, kuning, dan lainnya," tutupnya.
(prf/ega)