Pelatih Belitong FC Ardiles Rumbiak menyesalkan tindakan rasisme yang diterima dirinya dan pemainnya kala bertanding melawan Persikota di Stadion Benteng, Kota Tangerang, Rabu (23/2) lalu. Pemain yang dimaksud Ardiles ialah Rivaldo Wally alias Valdo.
"Saya dan Valdo, kita berdua orang Papua. Saya sangat kecewa hari ini dengan pendukung Persikota Tangerang dan pemain-pemain Persikota. Mereka menyebutkan kita monyet, mereka bilang kita--(menyoraki)--dengan suara suara yang seperti monyet, pasti semua tahu ya saya kira itu semua tindakan rasisme," ujar Ardiles dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (25/2/2022).
Menurutnya, tindakan rasisme ini bukan hanya menyangkut dua pribadi saja, tapi masyarakat Papua secara luas. Ardiles meminta Persikota Tangerang untuk menghargai keberagaman perbedaan ras, suku dan agama di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dan pemain saya Valdo ini, kita ini orang Indonesia, jadi tolong dihargai. Rambut kita krinting, kulit kita hitam tapi kita tetap orang Indonesia. Saya sangat kecewa, keluarga saya sangat kecewa, nama besar Papua tercoreng dengan rasisme hari ini, saya bicara tegas ini," tambah Ardiles.
Secara tegas Ardiles meminta agar rasisme dihentikan, khususnya dalam dunia persepakbolaan. Untuk itu, Ardiles mengatakan pihaknya akan mengadukan hal ini ke PSSI.
"Tolong berhentikan rasisme di dunia sepak bola Indonesia, tolong berhentikan. Dari Sabang sampai Merauke, kita sama-sama Indonesia. Pasti saya buat (laporannya), atas nama pribadi, karena ini menyangkut harkat dan martabat kita orang Papua," ucapnya.
Tanggapan Persikota Tangerang
Dihubungi terpisah, Manajer Persikota Tangerang, Mahdiar membantah tuduhan rasisme. Mahdir mengaku bingung atas tuduhan rasisme tersebut.
"Kita dari awal pertandingan sebagai tuan rumah semua kita hormati tim tamu atau lawan-lawan kita. Saya bingung apa yang disampaikan Belitong FC atas apa yang terjadi," ujar Mahdiar saat dihubungidetikcom, Jumat (25/2/2022).
Menurutnya, Belitong FC terlalu berlebihan dengan menganggap teriakan--yang dianggap sumir--itu sebagai tindakan rasisme. Persikota Tangerang sebagai tuan rumah merasa tidak pernah ada permasalahan apa pun sepanjang pertandingan berjalan.
"Apa yang mereka dengar juga mereka masih sumir, mereka jelaskan sendiri di IG mereka 'menyerupai' lah mereka juga masih sumir kok. Apa yang mereka tangkap ini kan jadinya perspektif masing-masing yang subjektif banget. Tetapi apa yang mereka gembar-gemborkan ini udah berlebihan," ucapnya.
Di halaman selanjutnya: penjelasan panitia pelaksana.
Penjelasan Panitia Pelaksana
Panitia pelaksana pertandingan Liga 3 2021 mengaku tidak mendengar teriakan rasisme dari tribun penonton. Dia hanya mendengar sorakan saja dan menurutnya tidak bernada rasis.
"Tidak ada suara rasisme karena suaranya yang saya dengar cuman 'wuuu...wuuu...wuuuu' gitu doang. Tidak tahu kalau ada rasisme, tidak tahu suaranya," ujar Wakil Ketua Panpel, Acep Suwardiman, saat dihubungi detikcom, Jumat (25/2).
Sementara itu, Acep membantah bahwa pertandingan Persikota Vs Belitong FC yang digelar Rabu (23/2) berakhir ricuh. Menurutnya, Belitong FC juga tidak sengaja melakukan perusakan terhadap fasilitas stadion.
"Enggak sih kalau ricuh. Bukan perusakan, dia pas mau ke kamar ganti dia nendang pinggir tembok karena pintunya kaca kan kena, kendor sedikit ya hancur berantakan pecah. Jadi kena getaran ya kacanya pecah," katanya.
Acep tidak mengetahui pasti siapa yang menendang hingga pintu kaca ini pecah, karena saat kejadian sedang mengamankan wasit dari amukan pemain Belitong FC. Menurutnya, tim Belitong FC tidak terima dengan kepemimpinan wasit yang tidak adil.
"Kita tidak tahu yang nendang siapa karena saya kan di luar ngamanin wasit. Ketidakpuasan dengan wasit emosi lah sesaat namannya. Kita juga gitu kan kalau jadi pelatih kalau kita kesel tonjok aja juga, udah gitu," tambahnya.