KSP Minta Dugaan Rasis Pertandingan Bola di Stadion Benteng Ditindak Tegas

KSP Minta Dugaan Rasis Pertandingan Bola di Stadion Benteng Ditindak Tegas

Kanavino Ahmad Rizqo - detikNews
Jumat, 25 Feb 2022 20:48 WIB
Deputi V Kepala Staf Kepresidenan RI Jaleswari Pramodhawardani (Foto: KSP)
Deputi V Kepala Staf Kepresidenan RI Jaleswari Pramodhawardani (Foto: dok. KSP)
Jakarta -

Kantor Staf Presiden (KSP) menyesalkan adanya dugaan tindakan rasisme yang ditujukan kepada pemain dan pelatih asal Papua di pertandingan sepakbola Belitong FC vs Persikota Tangerang di Stadion Banteng Tangerang. KSP menyatakan dugaan tindakan rasisme tersebut tidak dapat diterima dengan alasan apa pun.

"Aksi verbal dan visual yang mengindikasikan penghinaan terhadap individu atau kelompok mana pun tidak dibenarkan. Tindakan yang dilakukan dengan latar belakang perbedaan ras dan suku merupakan aksi rasisme yang harus ditindak tegas, baik terhadap pelaku maupun klub di mana pelaku bernaung," kata Deputi V Kepala Staf Kepresidenan Jaleswari Pramodhawardani dalam keterangan tertulis, Jumat (25/2/2022).

KSP, sebagai lembaga yang salah satu fokusnya mengawal isu-isu terkait Papua, mengingatkan penyelenggara Liga 3 Indonesia agar memperhatikan serius insiden dugaan rasisme tersebut. KSP meminta ada langkah penindakan agar kasus tidak terulang di masa depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita semua dipersatukan sebagai bangsa Indonesia dengan berbagai latar belakang suku dan ras. Segala bentuk tindakan yang merendahkan martabat dengan sentimen suku dan ras adalah penodaan terhadap komitmen kesatuan dan persatuan bangsa, yang juga merupakan pelanggaran hukum," tegas Jaleswari.

Sebelumnya diberitakan, pertandingan Persikota Tangerang melawan Belitong FC di Stadion Benteng Reborn, Kota Tangerang, berakhir ricuh. Kericuhan diduga dipicu teriakan menirukan suara monyet kepada pemain Belitong FC yang dianggap rasis.

ADVERTISEMENT

Belitong FC mengunggah video yang merekam suara menirukan suara monyet itu melalui akun Instagram @belitong.fc. Teriakan menirukan suara monyet itu terjadi saat pemain dari Belitong FC sedang menggocek bola.

"Apakah kalian dengar suara menyerupai suara monyet pada rekaman video di atas? Ya suara tersebut berulang kali terdengar hampir sepanjang laga kemarin. Semoga kejadian ini tidak berulang di kemudian hari, demi kemajuan sepak bola Indonesia 🇮🇩. #saynotoracism #IndonesiaSATU," demikian caption video yang diunggah akun Belitong FC, dilihat Jumat (25/2).

Terkait teriakan yang menirukan suara monyet itu, panitia pelaksana mengaku tidak mendengar teriakan rasisme dari tribun penonton. Dia hanya mendengar sorakan saja dan itu pun tidak bernada rasis.

"Tidak ada suara rasisme karena suaranya yang saya dengar cuma 'wuuu... wuuu... wuuuu' gitu doang. Tidak tahu kalau ada rasisme, tidak tahu suaranya," ujar Wakil Ketua Panpel Acep Suwardiman saat dihubungi detikcom, Jumat (25/2).

Penjelasan soal Kaca Pecah

Sementara itu, Acep membantah bahwa pertandingan Persikota vs Belitong FC yang digelar Rabu (23/2) berakhir ricuh. Menurutnya, Belitong FC juga tidak sengaja melakukan perusakan terhadap fasilitas stadion.

"Nggak sih kalau ricuh. Bukan perusakan, dia pas mau ke kamar ganti dia nendang pinggir tembok. Karena pintunya kaca, kan kena, kendur sedikit, ya hancur berantakan, pecah. Jadi kena getaran ya kacanya pecah," katanya.

Acep tidak mengetahui pasti siapa yang menendang hingga pintu kaca ini pecah, karena saat kejadian sedang mengamankan wasit dari amukan pemain Belitong FC. Menurutnya, tim Belitong FC tidak terima atas kepemimpinan wasit yang tidak adil.

"Kita tidak tahu yang nendang siapa karena saya kan di luar ngamanin wasit. Ketidakpuasan dengan wasit, emosional sesaat namanya. Kita juga gitu kan kalau jadi pelatih. Kalau kita kesel, tonjok aja juga, udah gitu," tambahnya.

(knv/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads