Sudah 272 ton sampah di dekat proyek tanggul laut raksasa (giant sea wall), Cilincing, Jakarta Utara (Jakut), diangkut dalam dua hari ini. Bagaimana cara mencegah warga sekitar membuang sampah sembarangan lagi? Ini usul Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Jakut.
"Solusi utama adalah membangun kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap sampah. Masyarakat pun harus dibuat, harus diberi satu insentif kalau sampah dikumpulkan," kata Kasudin LH Jakut Achmad Hariadi saat ditemui di dekat lokasi tumpukan sampah, Kamis (24/2/2022).
Hamparan sampah tersebut berada di dekat proyek Proyek Pengembangan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara (PTPIN) atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hariadi menyebut usul soal bank sampah ini tak menarik perhatian warga jika tidak ada insentifnya. Dia menjelaskan tujuan pemberian insentif adalah agar masyarakat bisa tahu bahwa mengumpulkan dan memilah sampah juga menghasilkan uang.
"Kalau tidak ada nilai, itu juga tidak menarik. Makanya, bank sampah itu adalah solusi masyarakat mengumpulkan sampah atau memilah, namun juga bernilai ekonomis," ucapnya.
Menurut Hariadi, pihaknya sudah membangun bank sampah. Namun saat ini peran serta masyarakat terhadap bank sampah tersebut belum optimal.
"(Bank sampah) sudah kita bentuk, tinggal dioptimalkan peran serta dan kesadaran masyarakat. Akan kita lakukan edukasi, sosialisasi, sekaligus disiplin petugas gerobak RT/RW dan juga petugas Satpel Lingkungan Hidup Kecamatan Cilincing ini," ujarnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Seperti diketahui, panjang area yang tertimbun sampah di sana mencapai 400 meter. Hariadi mengatakan, sejak Rabu (23/2/2022), total ada 34 unit truk yang diturunkan untuk mengangkut sampah. Selanjutnya sampah tersebut akan dibuang ke TPST Bantargebang.
"Ini totalnya 272 ton dengan rincian hari pertama 18 truk, 144 ton atau 390,24 meter kubik. Hari kedua 16 truk, 128 ton atau 346,88 meter kubik," kata Hariadi kepada detikcom, Kamis (24/2/2022).
Selain melakukan pengerukan, kata Hariadi, pihaknya turut berusaha mengatasi tumpukan sampah yang menyumbat di saluran air.
"Jadi yang paling penting itu. Kegiatan penanganan kita tidak optimalkan pengerukan karena khawatir jalan inspeksi tergerus, tetapi yang paling penting adalah membuka akses air supaya tidak tersumbat," pungkasnya.
Tumpukan Sampah Bersumber dari Warga Sekitar
Dimintai konfirmasi secara terpisah, Lurah Kalibaru Mulyadi mengatakan sampah tersebut bersumber dari warga sekitar, yakni dari dua RW di Kelurahan Kalibaru. Dia menegaskan tidak ada sampah yang bersumber dari luar kawasan tersebut.
"Kalau dari luar nggak ada (yang membuang ke sana). Paling dari RW sekitar, sampah dari RW 04 totalnya ada 6 RT, dan dari RW 15 totalnya 3 RT," kata Mulyadi kepada detikcom, Kamis (24/2/2022).
(zak/zak)