Pedagang tempe dan tahu di Depok, Jawa Barat, menggelar aksi mogok produksi tiga hari sebagai bentuk protes kenaikan harga kedelai. Murjoko (60), pedagang tempe di Pasar Agung, Sukmajaya, Depok, mengaku ketar-ketir jika harus menaikkan harga jual.
"Kalau saya dari perajin belum naik, (besok) masih harga lama. Kita kan mengharapkan bagaimana respons pemerintah. Soalnya yang lalu saja kita demo-demo nyatanya nggak ada tanggapan nggak tahu kalau sekarang," kata Murjoko saat ditemui di lokasi, Rabu (23/2/2022).
Ketakutan Murjoko beralasan karena sempat menaikkan harga saat kedelai melonjak di tahun sebelumnya. Sayangnya, pembeli justru menurun.
"Kalau daging ayam atau yang lainnya kalau dinaikkan masih bisa segala macam. Kita waktu demo pertama yang harga per kuintal kedelai Rp 500 ribu jadi Rp 750 ribu se-Indonesia. Saya jual per potong dari Rp 5.000 sampai Rp 7.000, pelanggan habis pada kabur semua," sambungnya.
Untuk itu, dia masih belum berani menaikkan harga. Namun penjualan tempe dia siasati dengan memperkecil ukurannya.
"Biasanya satu potong kalau ditimbang 6 ons ya mungkin dikurangi jadi 5 ons. Mungkin ukuran panjang pendeknya dikurangi, paling pintar-pintarnya perajin atau gimana lihat besok," tuturnya.
Dia berharap harga kedelai masih bisa turun supaya penjualan tetap stabil. Perajin tempe selama 20 tahun ini juga menyebut kondisi di Pasar Agung jadi sepi lantaran kios tempe-tahu tutup selama 3 hari.
"Pasar (jadi) sepi, kalau terakhir waktu hari Minggu itu ramai banget. Kios tempe-tahu tutup, tapi karena saya (sambil) jualan ayam jadi masuk. Perjanjian tempe kalau harga dinaikkan nggak kuat, (berharap) diturunkan," katanya.
(idn/idn)