Rumah Sakit Brawijaya Depok, Jawa Barat salah meng-input data sehingga membuat warga di Tangerang Selatan (Tangsel) ditetapkan positif COVID-19. Anggota Komisi IX DPR RI minta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan investigasi karena kejadian itu sudah berulang kali.
"Kesalahan mengirim hasil tes usap PCR ini kembali berulang. Seharusnya Kemenkes memperkuat sistem pengawasan terhadap laboratorium yang melakukan testing. Kesalahan tersebut harus segera diinvestigasi apakah hanya sekadar human error atau ada alasan lain," ucap anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetiyani, saat dihubungi, Jumat (11/2/2022).
Politikus PKS tersebut meminta agar masalah-masalah salah input data segera diselesaikan. Jangan sampai kepercayaan warga menurun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan sampai timbul kegaduhan yang tidak perlu pada saat kita membutuhkan energi menghadapi pandemi," katanya.
"Apalagi menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan dan upaya penanganan pandemi," ucapnya.
Beberapa pihak terkait perlu turun tangan. Kemenkes diminta berkoordinasi dengan Pemda untuk membina laboratorium dan fasilitas kesehatan di masa pandemi.
"Koordinasi antara Kemenkes, Dinkes kota/kabupaten, dan organisasi profesi diperlukan dalam rangka pembinaan laboratorium kesehatan yang semakin 'menjamur' di masa pandemi," ucapnya.
Netty mengakui izin dan pengawasan secara langsung ada di tangan pemerintah daerah. Namun bukan berarti Kemenkes tinggal diam.
"Fungsi pembinaan dan pengawasan tetap harus dilakukan oleh Kemenkes. Mengingat testing adalah instrumen yang digunakan untuk case finding menetapkan status, seseorang, dan menegakkan diagnosis," ucapnya.
Simak juga 'Alasan Adanya Kesalahan Data Status Tes Covid-19 di PeduliLindungi':
Warga Tangsel 'Divonis' Positif COVID Tanpa Tes
Seorang karyawan swasta, Jamaludin (36), kaget menerima pemberitahuan dia positif COVID-19. Padahal dia mengaku tidak pernah melakukan swab PCR sama sekali.
Jamaludin mengaku pada Rabu (9/2/2022) menerima pesan WhatsApp dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menyatakan dia positif COVID-19. Dia lalu mengecek ke aplikasi PeduliLindungi.
"Saya mengecek aplikasi PeduliLindungi dan mendapatkan hasil PCR positif dari laboratorium RS Brawijaya, Depok. Sebelumnya tidak pernah melakukan PCR swab sekalipun di RS Brawijaya Depok," kata Jamaludin saat dihubungi, Jumat (11/2).
Rumah Sakit Brawijaya Depok mengaku salah. Pihak RS memberi penjelasan penyebab hal itu terjadi.
"Jadi memang kami akui ada salah peng-input-an data karena namanya sama, tanggal lahirnya sama. Kalau kami di rumah sakit kan pencocokan datanya berdasarkan nama, jenis kelamin dan tanggal lahir," kata Supervisor on Duty (SOD) Marketing Rumah Sakit Brawijaya Wahyuana Kumala kepada wartawan.
Wahyuana mengatakan petugas di laboratorium keliru soal data warga bernama Jamaludin dengan tanggal lahir yang sama. Padahal, dua nama tersebut berbeda alamat.
Wahyuana meminta maaf kepada pihak yang dirugikan atas kejadian tersebut.
"Kami akui ada kesalahan dan kami sudah meminta maaf," imbuhnya.