Sudirman Said Sebut Nalar Kritis Publik Menurun: Ini Warning

Sudirman Said Sebut Nalar Kritis Publik Menurun: Ini Warning

Matius Alfons - detikNews
Sabtu, 05 Feb 2022 17:45 WIB
Sudirman Said (Dok istimewa)
Foto: Sudirman Said (Dok istimewa)
Jakarta -

Ketua Institut Harkat Negeri, Sudirman Said membahas terkait dokumen Rekomendasi Akademi Jakarta 2022 yang bertajuk 'Cegah Penghancuran Nalar Publik'. Sudirman mewanti-wanti bahwa nalar kritis publik saat ini sudah menurun.

Hal tersebut disampaikan di diskusi Dapur KedaiKOPI yang bertajuk 'Nalar Publik Barang Langka?' yang diselenggarakan pada tanggal 4 Februari 2022 yang lalu. Selain Sudirman Said, turut hadir dalam acara itu Ketua Akademi Jakarta, Seno Gumra Ajidarma, dan Analis Komunikasi Politik, Hendri Satrio.

Sudirman awalnya mengungkap bahwa saat ini pengingkaran atau penghancuran nalar publik sudah menunjukkan tanda yang jelas, cepat, dan pasti. Dia lantas mengambil salah satu contoh yaki terkait naiknya harga minyak padahal Indonesia sangat kaya dengan sawit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebagai publik, kita sering disuguhkan hal-hal yang mengganggu nalar. Contoh, negeri kita sangat kaya dengan sawit, dan eksportir sawit terbesar, tetapi mengapa masyarakat sulit mendapatkan minyak goreng, sehingga pemerintah mengeluarkan subsidi? Itu pun tidak sampai kepada sasaran. Pertanyaannya, apakah ini dapat diterima oleh nalar publik?" katanya seperti dalam keterangannya, Sabtu (5/2/2022).

Lebih lanjut, Sudirman menilai kondisi nalar publik ini lalu diperparah dengan suasana takut mengoreksi yang membelenggu publik. Bahkan, penilaiannya, saat ini kalangan akademis juga menunjukkan gejala serupa, padahal mereka seharusnya menjadi sumber-sumber dari pikiran bebas dan kritis.

ADVERTISEMENT

"Menurunnya sifat kritis menjadi warning, ini soal bangsa, soal besar. Karena tanpa kritis kita akan kehilangan ide terbaik untuk membangun bangsa ini. Keunggulan lahir dari keberagaman dan keberagaman muncul dari kebebasan berpikir dan berpendapat," ucapnya.

Senada dengan Sudirman, Ketua Akademi Jakarta, Seno Gumira Ajidarma, juga menjelaskan saat ini banyak orang yang baik-baik saja tapi tidak berani mengemukakan pendapatnya. Kondisi ketakutan publik inilah, kata dia, yang membuat nalar publik mengalami sedikit kemunduran.

"Banyak orang itu baik-baik saja tapi tidak berani bicara, bahkan berani bicara setidaknya tidak bertentangan, ini merata, atas nama sopan santun, adab dan lain lain. Saya kira ini gejala yang tidak bagus, jadi kita buka, dengan menghapus segala macam sifat yang vulgar tidak etis, segala macam, orang biasa," ujarnya.

Kemudian Pakar Komunikasi Politik, Hendri Satrio, juga sempat melakukan riset terkait hal tersebut. Dia menemukan publik saat ini jauh dari berpihak pada kewajaran. Menurutnya, nalar publik dan kewajaran diterjemahkan sebagai keselamatan, keselamatan untuk diri sendiri dan keselamatan untuk keluarga.

"Kalau saya baca bukunya Pak Sudirman Said, Berpihak Pada Kewajaran. Terus kemarin saya baca dokumen Akademi Jakarta. Kemudian saya merinci kembali FGD yang dilaksanakan Lembaga Survei KedaiKOPI, hasilnya jauh pada berpihak kewajaran. Saya sadari dalam diskusi ini kita semua hidup dalam ketakutan. Sehingga nalar publik tidak digunakan lagi. ketakutan kita mempengaruhi kehidupan kita secara menyeluruh," ungkapnya.

Pria yang akrab disapa Hensat ini pun berharap agar dokumen soal nalar itu dibaca oleh siapa pun calon presiden yang akan maju di tahun 2024 nanti. Sehingga, para politisi ke depannya bisa menggunakan nalar publik dengan cukup baik.

"Mudah-mudahan para politisi yang akan maju 2024 membaca ini. Salah satu survei dari Lembaga Survei KedaiKOPI ada pergeseran bandul politik pada kriteria Capres yang disukai masyarakat, sebelumnya masyarakat ingin presiden yang merakyat. Tetapi saat ini cerdas dan visioner mengalahkan merakyat. mudah-mudahan para capres membaca, sehingga mereka menggunakan nalar publik. Dan mudah-mudahan kemunduran bersama menjadi kemajuan bersama," pungkas Hendri.

(maa/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads