Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, resmi ditutup sementara mulai hari ini. Penutupan bandara ini pun menyisakan sedert kisah pilu.
Sebagaimana diketahui, Bandara Halim ditutup sementara selama 3,5 bulan ke depan karena ada revitalisasi. Executive General Manager (EGM) Bandara Halim Perdanakusuma Kolonel Pnb TNI Nandang Sukarna menyebut sudah tidak ada penerbangan lagi mulai hari ini.
"Saat close sudah tidak ada pesawat lagi yang berangkat ataupun menuju ke Bandara Halim Perdanakusuma," kata Nandang saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusuma, Rabu (26/1/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak tanggal 26 Januari 2022 ini, pukul 00.01 dan sampai tadi malam kami menunggu sampai flight perpindahan terakhir, yaitu pesawat yang ke-67 khusus untuk private jet itu, kami tunggu sampai penerbangan terakhir," imbuhnya.
Nandang mengatakan hari ini proses revitalisasi sudah dimulai. Beberapa alat berat penunjang untuk proses revitalisasi juga sudah masuk area bandara.
"Hari ini atau seminggu yang lalu sudah mengadakan uji-uji di area. Alat berat sejak tanggal 18 Januari sudah masuk dan sudah ditempatkan," ujarnya.
Rencananya, kata Nandang, proses pengeboran landas pacu akan dilaksanakan pada Kamis (27/1) besok. "Besok sudah ada pengeboran di area landas pacu dari pihak vendornya, demikian," tambahnya.
Nandang menambahkan proses revitalisasi ini dilakukan guna memperbaiki sarana dan prasarana, baik fasilitas pangkalan maupun fasilitas umum yang ada di Bandara Halim Perdanakusuma.
Selain itu, ini dilakukan untuk meningkatkan jaminan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan para penumpang.
"Sesuai dengan siaran pers dari Kemenhub dan TNI AU, revitalisasi ini untuk memperbaiki fasilitas pangkalan maupun bandara Halim Perdanakusuma. Tujuannya untuk meningkatkan jaminan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan," kata Nandang.
Sementara itu, Nandang mengatakan area lobi bandara tidak termasuk dalam program revitalisasi ini. Sebab, kata dia, area lobi menjadi tanggung jawab pihak swasta.
"Area ini belum, karena bukan menggunakan anggaran negara. Ini dari pihak swasta atau dari pihak pengelolanya. Apakah dari AP II atau pengelola swasta lainnya," ujarnya.
Bagaimana kisah mereka yang terdampak? Klik halaman selanjutnya.
Pilu Sopir Taksi
Para sopir di sekitar Bandara Halim pun mengungkap cerita pilunya karena imbas penutupan bandara ini. Hal itulah yang dialami Arpan (51), salah seorang sopir taksi Puskopau. Penutupan sementara bandara membuat dia dan teman-temannya menganggur sejak pagi alias belum mendapat penumpang.
"Imbasnya sangat berpengaruh pada pengemudi angkutan, terutama taksi reguler. Ya nganggurlah. Belum (ada orderan) sama sekali, tidak ada dari kemarin," kata Arpan kepada detikcom di lokasi, Rabu (26/1/2022).
Arpan mengatakan sejak pagi ada puluhan taksi Puskopau yang siaga di area bandara. Namun, makin siang mereka mulai pergi untuk mencari penumpang di luar bandara.
"Karena mayoritas teman-teman masih beranggapan masih ada pendaratan hari ini. Namun, setelah dikonfirmasi kepada petugas, hari ini tidak ada pendaratan di Halim Perdanakusuma," kata Arpan.
"Tadinya ini sampai ada 40 unit, dua-tiga orang mulai keluar," imbuhnya.
Arpan mengatakan mau tidak mau para sopir harus mencari penumpang di luar bandara. Sebab, mereka harus memenuhi setoran.
"Rp 310 ribu per hari tadinya. Karena ditutup bandara, manajemen mengambil keputusan setoran diturunkan jadi 150 ribu, baru berlaku dari kemarin tanggal 25," kata dia.
"Namun, dengan begitu juga pengemudi juga nggak sanggup, ini udah banyak yang turun. Cuma dengan 150 ribu pun walaupun hanya baru mencoba satu hari, tapi beberapa teman sudah merasa angkat tangan, sudah nggak kuat," lanjut Arpan.
Arpan mengatakan setoran yang tidak dibayarkan akan menjadi utang ke manajemen. Jika sampai 5 hari tidak ada setoran, sopir Puskopau terancam diberhentikan sementara.
"Karena di sini kan sistemnya utang. Kalau pada hari ini tidak bisa setor hanya dapat sekian, setoran nya jadi hutang, begitu juga seterusnya. Kalau kita sampai hutang 5 atau 6 hari, kita akan di berhentikan sementara, kalau kita mau kerja lagi, kita harus bayar itu, beratnya di situ," ujarnya.
Bahkan, menurut Arpan, ada beberapa sopir yang sudah lebih dulu menyatakan berhenti dan balik ke kampung. Mereka yang pulang khawatir tidak dapat memenuhi setoran seperti biasa.
"Ada sebagian bertahan, tapi teman-teman yang memang tidak memiliki gantungan di akan memilih turun dan pulang kampung sementara. Mungkin berani di kampung. Beberapa orang sudah pulang ke daerah Kuningan, ke Brebes," kata dia.
"Cuma ya kita-kita disini, yang berdomisili di daerah Jabodetabek ini kita mau ke mana, kita serba terjebak, dilanjutkan menambah luka, tidak dilanjutkan malah setengah mati," imbuhnya.
Seperti yang direncanakan Kamto (40). Dia berencana pulang kampung jika situasi tidak lagi memungkinkan.
"Saya akan pulang kampung ke Cianjur. Saya lihat situasi di sini udah nggak bisa, jadi pulang," ujar Kamto.
Kamto berharap manajemen Puskopau bisa memberikan solusi terbaik bagi para supir imbas penutupan sementara Bandara.
"Sementara mudah-mudahan pihak manajemen kami bisa memberikan solusi terbaik bagi kami nantinya sebelum itu dibuka. Apalagi sebentar lagi masuk ke bulan Ramadhan, terus lebaran. Kebutuhan untuk yang berkeluarga itu sangat tinggi. Kita tidak berpikir untuk diri kita, tapi anak istri," kata dia.
Lebih lanjut, dia berharap pengerjaan revitalisasi Bandara Halim Perdanakusuma bisa diselesaikan sesuai target yang sudah ditentukan, yakni selama 3.5 bulan. Dengan demikian, dia dan sopir lainnya bisa kembali beroperasi dengan normal.
"Mudah-mudahan waktu yang telah ditentukan, mudah-mudahan tepat, tidak molor proyeknya, agar Halim-nya dibuka kembali, kami bisa berorientasi di Halim," ujarnya.
Curhat Pemilik Warung Makan
Buntut sepi pengunjung, sejumlah tempat makan di kawasan bandara juga terancam tutup sementara. Salah satu pemilik tempat makan, Amad (50), mengeluhkan penutupan tersebut. Sebab, dia dan pemilik tempat makan lainnya tetap harus membayar uang sewa ke PT Angkasa Pura II.
"Iya, ada keluhan, cuma dikurangi berapa persen itu," kata Amad saat ditemui detikcom, Rabu (26/1/2022).
"Kita bayar ke Angkasa Pura. Dikurangi dari total bulanan. Bulanan normal Rp 5 juta per bulan. Sekarang di kurangi, jadi Rp 2 juta," imbuhnya.
Pantauan detikcom di lokasi pukul 12.00 WIB, Rabu (26/1/2022) beberapa tempat makan di samping lobi bandara tutup. Namun beberapa lainnya masih buka.
Menurut penuturan Amad, beberapa pemilik tempat makan memilih untuk tutup sejak peraturan revitalisasi Bandara Halim Perdanakusuma diresmikan. Amad mengaku juga akan menutup tempat makannya dan pulang kampung ke Cilacap, Jawa Tengah.
"Saya juga nanti bakal tutup. Sekarang masih buka, seminggu lagi rencananya tutup. Saya juga beresin ini dulu, nanti kalau udah beres, saya pulang," ujarnya.
Sebelumnya, Amad sempat mengajukan keluhan soal wajib bayar sewa tersebut. Namun, kata Amad, harga yang ditentukan sudah tidak bisa dikurangi lagi.
"Udah nggak bisa (dikurangi) kata mereka. Kecuali kita ngajukan diri untuk tutup permanen. Makanya susah juga, nggak ada pendapatan tapi tetap bayar." pungkasnya.
Belum tahu sampai kapan tempat makannya akan tutup. Namun Amad mengatakan akan buka kembali mengikuti regulasi proses revitalisasi Bandara Halim Perdanakusuma.