Anggota Komisi III DPR RI Fraksi PDIP, Arteria Dahlan didesak banyak pihak meminta maaf terkait usulan mencopot Kajati berbicara bahasa Sunda saat rapat. Arteria menyebut pernyataan itu bukan mendiskreditkan atau melarang penggunaan bahasa daerah.
Awalnya Arteria menjelaskan terkait konteks pernyataannya dalam rapat kerja bersama Jaksa Agung, Senin (17/1/2022) yang lalu tersebut. Dia menyatakan sebetulnya hendak menyampaikan Jaksa Agung agar melakukan mutasi, promosi, hingga demosi dilakukan secara objektif.
"Saya ingin mengatakan begini, kami, ya saya pribadi, Jaksa Agung, dan institusi kejaksaan, para JAM (Jaksa Agung Muda) semua ini, ya kita punya komitmen yang kuat bagaimana reformasi birokrasi ya, penyusunan mutasi, promosi, demosi, penempatan jaksa tinggi, penempatan kepala kejaksaan negeri, Karo-Karo, semuanya dilaksanakan dengan suatu merit sistem yang terukur jelas objektif transparan dapat dipertanggungjawabkan," kata Arteria kepada wartawan di gedung DPR/MPR, Jakarta.
Arteria menjelaskan, di tengah upaya membangun birokrasi yang objektif itu, ada beberapa pihak yang melakukan gempuran dengan mengedepankan 'Sunda Empire' atau berlatar belakang Sunda. Meski begitu, dia tetap meyakini memang ada orang-orang Sunda di dalam institusi Kejaksaan Agung yang betul-betul berkompetensi.
"Nah, di saat kita sudah membuat yang bagus ini, ada gempuran yang namanya Sunda Empire. Kita katakan sekalipun ada orang Sunda yang duduk sebagai Kajati, duduk sebagai Karo, sebagai Kajari, atau jabatan-jabatan strategis itu bukan karena Sunda-nya, tapi karena suatu mekanisme yang membuat dia terpilih mekanisme yang begitu objektif dan transparan," ujarnya.
Arteria lantas menyinggung satu-dua orang jaksa yang disebutnya memang memanfaatkan kedekatan dengan menunjukkan diri sebagai orang Sunda kepada Jaksa Agung, ST Burhanuddin. Seketika itulah, kata dia, upaya-upaya membangun birokrasi yang objektif musnah.
"Nah, ini sudah kita coba bangun dua tahun ini, nah, tapi memang akan disayangkan pada satu- dua jaksa yang masih coba memperlihatkan kedekatan dengan Jaksa Agung dengan cara-cara yang kurang pas, kurang patut. Kerja-kerja kita dua tahun ini untuk meyakinkan bahwa mereka-mereka itu adalah pilihan yang tepat, ya seketika itu musnah, kembali lagi isunya 'Sunda Empire', isunya ternyata yang begini-begini (manfaatkan kedekatan orang Sunda) yang naik, itu yang membuat kami melakukan kritisi," ujarnya.
Tak Larang Bahasa Daerah
Atas dasar itulah, Arteria menegaskan tidak ada maksud menyinggung atau mendiskreditkan orang Sunda. Dia meminta masyarakat tidak menafsirkan maksud baiknya secara berbeda.
"Tidak ada kaitannya, tidak ada mendiskreditkan orang Sunda. Kami juga ingin publik bisa melihat 15 menit video saya, ini jangan dipotong-potong nanti ya, sampaikan apa adanya. Yang kita lakukan justru saya memberikan keberpihakan kepada para pemilik dan pemegang jabatan strategis di kejaksaan yang orang Sunda, yang saya katakan mereka adalah pilihan-pilihan yang tepat. Buktinya apa, kejaksaan kan berjalan dengan baik. Nah, ini yang kita coba kritisi. Jadi jangan ditafsirkan yang berbeda," kata Arteria.
"Kalau dicermati baik-baik, tidak, tanyakan pada Jaksa Agung-nya, kepada institusi kejaksaan, pastinya mereka mengatakan yang dikatakan saya itu yang benar. Kita tidak melarang bahasa daerah, kita yang membuat undang-undangnya, kita tidak melarang itu, tapi mempertontonkan dengan secara sengaja sehingga jaksa-jaksa yang lain merasa 'Oh, kalau gitu, nanti yang dikatakan Sunda Empire terbukti' itu yang membuat kita gerah," ujarnya.
Simak Video 'Penampakan Baliho 'Arteria Dahlan Musuh Orang Sunda' di Dekat Gedung Sate':
(maa/gbr)