Seorang Anak di Tasik Meninggal Usai 2 Hari Divaksin, Dinkes Beri Penjelasan

Seorang Anak di Tasik Meninggal Usai 2 Hari Divaksin, Dinkes Beri Penjelasan

Faizal Amiruddin - detikNews
Selasa, 18 Jan 2022 01:31 WIB
Doctor vaccinating for a boy on blue background.
Ilustrasi (Getty Images/iStockphoto/baona)
Tasikmalaya -

Seorang anak berusia 10 tahun di Kota Tasikmalaya meninggal dunia beberapa hari setelah mendapatkan vaksinasi COVID-19. Dinkes Kota Tasikmalaya memberikan penjelasan soal meninggalnya anak tersebut.

Bocah tersebut merupakan warga Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya, meninggal, Senin (17/1/2022), sekitar pukul 18.00 WIB. Sebelumnya dia mendapatkan vaksinasi, Sabtu (15/1), di sekolah.

Kejadian ini menimbulkan kesedihan mendalam bagi keluarga. Kedua orang tua tampak terpukul dengan kejadian yang menimpa anaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ayahnya tampak terbaring di ruangan tengah rumah, larut dalam suasana dukacita. Senin malam itu juga jenazah anak yang dikenal aktif dan periang itu dimakamkan.

"Hari Sabtu anak itu terlihat baik-baik saja. Saya melihatnya bersepeda," kata Abud tetangga korban.

ADVERTISEMENT

Nanang paman korban, juga membenarkan bahwa Sabtu kondisi anak tersebut terlihat baik-baik saja. Dia pergi ke sekolah untuk mendapatkan vaksinasi dan sepulang sekolah bermain seperti biasa.

"Nah Sabtu malam dia mulai merasakan demam. Kemudian Minggu malam dibawa ke rumah sakit. Ternyata Senin malam meninggal dunia," kata Nanang.

Dia juga membenarkan bahwa tim medis menduga korban meninggal akibat DBD. "Ditangani oleh 4 dokter, semua menyatakan meninggal akibat DBD. Memang saya melihat di tangannya ada bintik-bintik merah," kata Nanang.

Sementara itu kabar mengenai meninggalnya anak tersebut setelah mendapatkan vaksinasi menyebar di lingkungan masyarakat setempat. Kejadian meninggalnya anak beberapa hari setelah mendapatkan vaksinasi itu menimbulkan banyak pertanyaan.

"Yang membuat heran, di lingkungan kami selama ini belum ada kejadian kasus DBD. Makanya heran mengapa tiba-tiba disebut meninggal akibat DBD," kata Abud.

Penjelasan Dinkes Kota Tasikmalaya

Kejadian meninggalnya seorang anak usia 10 tahun di Kecamatan Purbaratu dua hari setelah vaksinasi langsung mendapatkan penanganan dan pengawasan dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat mengatakan bahwa kejadian itu bukan merupakan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) murni. Melainkan sebuah kasus yang tergolong KIPI koinsiden.

"Bukan KIPI murni, tapi dalam istilah medis dinamakan KIPI koinsiden. Jadi ini adalah KIPI yang terjadi karena ada penyakit yang mendasarinya," kata Uus, Senin (17/1) malam.

Dia menambahkan KIPI koinsiden ini berarti fatalitas atau penyebab utama kematian bukan karena imunisasi atau vaksinasi yang diterima oleh pasien. "Jadi fatalitasnya belum bisa dipastikan karena imunisasi," kata Uus.

Simak selengkapnya, di halaman selanjutnya:

Lihat juga Video: Majalengka Kebut Vaksin Anak Sekaligus Persiapkan Booster Lansia

[Gambas:Video 20detik]




Lebih lanjut Uus menjelaskan saat datang ke rumah sakit, korban dalam kondisi kejang dan terjadi penurunan kesadaran. Kondisinya terus memburuk sebelum akhirnya meninggal dunia.

"Setelah kejadian kami menggelar rapat dengan tim dokter. Tim KIPI, dokter anak, dokter ICU dan lainnya," kata Uus.

Mereka menyimpulkan bahwa kejadian ini adalah kasus Expanded Dengue Syndrome (EDS), sebuah penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue. "Fatalitas disebabkan oleh expanded dengue," kata Uus.

Dia mengatakan konklusi medis itu diambil atau disimpulkan merujuk kepada hasil tes demam berdarah NS1 yang menunjukkan hasil positif. "Hasil NS1 ini menjadi bukti yang tak bisa disanggah bahwa korban terjangkit virus dengue," kata Uus.

Hasil pemeriksaan lain yang menunjang pendapat medis itu adalah hasil pemeriksaan SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase). "SGOT dan SGPT di anak ini 1.000. Artinya terjadi kegagalan liver akut," kata Uus.

Terkait mengapa saat mendapatkan vaksinasi anak itu terlihat baik-baik saja, Uus menduga saat itu tubuh anak dalam masa inkubasi infeksi virus dengue, sehingga belum menunjukan atau merasakan gejala gangguan kesehatan.

"Intinya kami berharap masyarakat bisa memahami, bahwa kasus ini bukan KIPI murni. Penyebab fatalitasnya bukan akibat vaksinasi. Jangan takut untuk divaksinasi," kata Uus.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads