Krisis air bersih terjadi di Kampung Marlina Elektro RT 10 RW 17, Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut). Hingga kini, permasalahan itu belum sepenuhnya selesai.
"Kalau keluhan masyarakat sampai sekarang masih sama, air masih mati-hidup mati-hidup. Kurang-lebih ada 20-an (rumah)," kata Ketua RT 10 RW 17, Yuli (60), kepada detikcom, Senin (17/1/2022).
"Di RT 10, ada Gang Swadaya I, Gang Swadaya II, Gang Swadaya III. Jadi Gang Swadaya III itu total nggak ada yang nyala sama sekali," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuli mengatakan kondisi krisis air ini belum terbantu pelayanan darurat dari PAM Jaya. Sebelumnya, PAM Jaya mengatakan akan mengirimkan mobil tangki air.
Namun Yuli mengatakan hingga kini masih belum terealisasi.
"Belum dikirim sama sekali sampai sekarang. Di RT 10 belum ada pengiriman air melalui tangki. Pernah ngomong, 'Pak, besok saya ngirim ya, Pak', katanya. Tapi nggak ada sampai sekarang," ujarnya.
Yuli menambahkan, pihaknya kurang setuju dengan bantuan tangki air karena kurang optimal. Selain itu, lanjutnya, sebagian besar warganya tidak memiliki jerigen dan penampungan air.
"Kalau dikirim air malah jadi bumerang buat kita, sebelah sini aja (RT 08, RT 02) yang nyerang (datang mengambil air dari tangki). Kalau warga sini kan nggak mau, nggak punya jerigen saya, nggak punya penampungan," kata dia.
![]() |
Yuli juga menepis pernyataan PAM Jaya bahwa dari total 159 pelanggan di Kampung Marlina, sebanyak 92 persen sudah teratasi. Sebagai ketua RT, Yuli tidak setuju dengan hal tersebut.
Dia mengatakan pihak PAM Jaya tidak merata dalam melakukan pendataan. Sebab, hingga kini warganya masih mengalami krisis air.
"Karena ini Marlina, karena RT 02, RT 08 kan nggak ada masalah, nggak pernah mati. Kan (permukiman di) Marlina ada (deret) kanan-kiri. Di RT yang lain masih susah," katanya.
Demo Jika Air Mati Sepekan
Lebih lanjut, Yuli mengatakan pihaknya sudah berulang kali berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Bahkan, kata Yuli, dia dan warga lainnya sering demo ke PAM Jaya jika air mati selama satu pekan.
"Kita sampai seminggu aja gak nyala, demo datangi ke PALYJA. Alasannya ada perbaikan yang di depan lah, ada yang di pusatnya lah. Kita selaku demo ke sana kalau matinya lama," kata dia.
Setelah berdemo, saluran air normal kembali. Namun Yuli mengatakan hal itu hanya bertahan selama tiga hari dan kembali macet.
"Habis didemo itu, air nggak usah pakai mesin nyala. Apa coba sebabnya? Nggak usah pakai mesin, air nyala. Tiga hari, sisanya kembali seperti semula, mati-hidup mati-hidup" ujarnya.
Yuli berharap pemerintah dan PAM Jaya serius dalam menangani krisis air di kampungnya. Yuli mengatakan dia dan warga lainnya hanya menginginkan air mengalir normal seperti biasanya.
"Saya merasa membayar. Boleh kata nggak usah dikasih air (gratis), (biar bayar) yang penting air jalan," imbuhnya.
Janji Wagub DKI
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengakui kawasan utara Jakarta tak terlepas dari sulitnya mengakses air tanah.
Riza memastikan Pemprov DKI akan mencari solusi dengan memaksimalkan pompa. Dia juga meminta warga melapor ke pemerintah setempat jika kesulitan mengakses air bersih.
"Jadi di situ kami akan maksimalkan melalui PAM. Kalau masih ada warga yang kesulitan, silakan laporkan ke kelurahan setempat," ujar Riza kepada wartawan, Minggu (16/1).
Dia tak ingin Jakarta yang notabene Ibu Kota Negara Indonesia mengalami krisis air.
"Kami pastikan seluruh warga Jakarta, termasuk di utara tidak akan kesulitan mendapatkan air bersih. Ini Ibu Kota Jakarta, kami pastikan tidak boleh ada warga yang kesulitan dapatkan air bersih," tegasnya.