Gempa magnitudo (M) 6,6 yang guncang Banten pada Jumat (14/1) menimbulkan berbagai dampak. Selain itu, gempa susulan tercatat beberapa kali terjadi.
Sebelumnya gempa tercatat dengan kekuatan M 6,7, yang kemudian diperbarui menjadi M 6,6, di Banten mengguncang Jakarta hingga Lampung. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan tidak adanya indikasi kenaikan permukaan air laut imbas gempa tersebut.
"Berdasarkan data monitoring kami, ada tide gauge, kemudian ada juga buoy (sistem peringatan tsunami) BPPT, di situ tidak ada indikasi kenaikan air muka laut," kata Dwikorita dalam konferensi pers virtual, Jumat (14/1).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwikorita mengatakan tidak adanya kenaikan permukaan air laut itu juga disaksikan langsung oleh Kepala Stasiun Geofisika Tangerang, yang saat itu melakukan pengawasan.
"Kepala Stasiun Geofisika Tangerang juga di sana, melaporkan tidak terjadi kenaikan muka air laut," ungkapnya.
Karena itu, menurut Dwikorita, prediksi bahwa gempa M 6,6 yang berpusat di 52 km arah barat daya dari Sumur, Banten, ini tidak menimbulkan potensi tsunami benar adanya.
Namun sejumlah kerusakan rumah warga terjadi. BMKG juga mencatat adanya 32 kali gempa susulan.
Simak halaman selanjutnya
32 Kali Gempa Susulan
BMKG mencatat ada 32 kali gempa susulan yang terjadi di Banten sejak gempa M 6,6 mengguncang Banten. Gempa susulan paling besar adalah M 5,7.
"Data saya itu menunjukkan gempa susulan sejak kemarin siang itu sudah 32 kali, itu paling gede itu M 5,7, paling kecil M 2,5," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono saat dihubungi detikcom, Sabtu (15/1/2022).
Daryono mengatakan gempa ini merupakan salah satu megathrust Selat Sunda. "Ya, termasuk," katanya.
Daryono mengatakan pihaknya selalu berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Dia juga mengatakan BMKG dan pihak terkait terus melakukan upaya mitigasi.
"Ya, selalu, kita selalu koordinasi dengan kabupaten, provinsi, kota, untuk upaya mitigasi ini. Dan kita sudah banyak kegiatan yang kita lakukan," ujarnya.
Potensi Gempa M 8,7 di Zona Megathrust Selat Sunda
BMKG juga menyebut adanya potensi gempa sebesar magnitudo 8,7 di Banten. Namun kapan potensi gempa tersebut terjadi tidak dapat diprediksi.
"Sebenarnya gempa kemarin itu bukan ancaman sesungguhnya ya, ancaman sesungguhnya itu ada di magnitudo 8,7, tapi entah kapan kami nggak tahu, tapi nggak bisa diprediksi," kata Daryono.
Daryono mengatakan semua pihak sebaiknya segera menyiapkan mitigasi untuk kemungkinan menghadapi potensi gempa itu. Dia mengimbau masyarakat tidak panik.
"Jadi kita harus menyiapkan mitigasi dengan baik di Selat Sunda, Banten, Lampung, Jawa Barat, Bengkulu. Jadi kita menyiapkan itu," katanya.
"Tapi kita nggak usah terlalu pusing dan ketakutan, tapi ini dalam ketidakpastian kita masih bisa melakukan upaya mitigasi," katanya.
1.543 Rumah di Pandeglang Terdampak
BPBD Pandeglang mencatat data kerusakan rumah warga yang terkena guncangan gempa Banten 6,6 M. Hingga pukul 18.15 WIB (15/1), BPBD mencatat ada 1.543 rumah yang rusak.
"Ada penambahan karena memang pendataannya terus berlangsung. Sekarang sudah mencapai 1.543 untuk rumah warga yang rusak," kata Plt Kepala Pelaksana BPBD dan Damkar Pandeglang Girgi Jantoro, Sabtu (15/1/2022).
Adapun rinciannya, 888 rumah rusak ringan, 372 rusak sedang, dan 283 rumah warga rusak berat. Sebarannya juga masih terjadi di 28 kecamatan di Pandeglang.
"Itu hasil rekapitulasi yg disampaikan oleh para Camat. Nanti akan ada proses verifikasi dan validasi kembali," tuturnya.
Dari puluhan kecamatan itu, BPBD mencatat kerusakan parah terjadi di delapan kecamatan. Yaitu Kecamatan Sumur, Munjul, Cimanggu, Jiput, Panimbang, Angsana, Mandalawangi dan Carita.
15 Kecamatan di Lebak Terdampak
Kerusakan juga terjadi di Lebak. BPBD Lebak mencatat ada 15 kecamatan dari 28 kecamatan di Kabupaten Lebak yang terdampak.
"Total 15 kecamatan di Kabupaten Lebak yang terdampak," kata Kepala BPBD Lebak, Febby Rizky Pratama, Sabtu (15/1/2022).
Dari 15 kecamatan terdampak, kata Febby, ada 123 rumah rusak. Rinciannya, 12 rumah rusak berat, 12 rusak sedang, dan 99 rusak ringan.
"Paling parah berada di Kecamatan Cihara, Kecamatan Lebak Gedong, dan Kecamatan Malimping," ujarnya.
Kemudian sekolah rusak bertambah. Dari tiga sekolah yang tercatat, sekarang menjadi lima sekolah terdampak.
"Lima sekolah itu yaitu Man 3 Lebak, SMPN 3 Wanasalam, SDN 1 Sukaresmi, MAN Gunung Kencana, SMP Satap 9 Bayah, dan Madrasah Ibtdaiyah Matla'ul Anwar Kecamatan Bayah," ujar Febby.