Vaksin booster apakah harus sama mulai banyak dipertanyakan masyarakat. Hal ini terjadi lantaran pemerintah baru saja mengumumkan kabar dimulainya vaksinasi booster mulai hari ini, 12 Januari 2022.
Adapun vaksinasi ini dilaksanakan sesuai arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Program vaksinasi booster dilakukan gratis dengan prioritas untuk lansia dan kelompok rentan.
Lalu vaksin booster apakah harus sama? berikut ketentuan yang perlu diperhatikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vaksin Booster Apakah Harus Sama: Ini Jawabannya
Dilansir dari laman resmi Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan RI, pemberian vaksinasi booster dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan vaksin yang ada di tahun ini. Hal ini karena jenis vaksin booster akan berbeda dengan persediaan di tahun lalu.
Pemberian vaksin booster akan dikombinasikan sesuai persediaan yang ada dengan mempertimbangkan hasil riset pada peneliti di dalam dan luar negeri serta telah dikonfirmasi oleh BPOM dan ITAGI.
Kombinasi pemberian vaksin booster juga berpedoman pada rekomendasi WHO, di mana vaksin booster diizinkan menggunakan vaksin yang sejenis atau homolog atau juga bisa vaksin yang berbeda atau heterolog.
Adapun pengertiannya yaitu:
- Homolog adalah vaksinasi booster dengan menggunakan jenis vaksin yang sama seperti vaksinasi dosis pertama dan kedua.
- Heterolog adalah vaksinasi booster menggunakan vaksin berbeda dengan dosis pertama dan dosis kedua.
"Hal ini kembali diberikan keleluasaan kepada masing-masing negara untuk bisa menerapkan program vaksin booster yang sesuai dengan kondisi ketersediaan vaksin dan logistik sesuai dengan masing-masing negara pelaksana pemberian vaksin booster," ujarnya.
Beberapa penelitian dalam dan luar negeri menemukan vaksin booster heterolog atau vaksin booster dengan jenis kombinasi yang berbeda menunjukkan peningkatan antibodi yang relatif sama dengan vaksin booster homolog atau vaksin booster dengan jenis yang sama.
Tak hanya itu, hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa vaksin booster setengah dosis menunjukkan peningkatan level antibodi yang relatif sama dengan vaksin booster dosis penuh, dan memberikan dampak KIPI yang lebih ringan.
Vaksinasi booster akan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah seperti Puskesmas, rumah sakit pemerintah, maupun rumah sakit milik pemerintah daerah.
"Dengan adanya vaksin booster gratis ini kami tetap mempertahankan mekanisme vaksin Gotong Royong yang selama ini berjalan dengan kondisi bahwa vaksin ini tetap diterima gratis di masyarakat yang disuntik dan jenis vaksinnya tidak sama dengan vaksin program pemerintah," ucap Menkes
Vaksin booster apakah harus sama kini sudah terjawab. Ada ketentuan khusus untuk kombinasi vaksin booster. Simak penjelasannya di halaman berikutnya.
Vaksin Booster Apakah Harus Sama: Ketentuan Kombinasi
Berikut ketentuan kombinasi vaksin booster yang telah ditetapkan pemerintah:
- Vaksin primer Sinovac atau vaksin dosis pertama dan kedua Sinovac akan diberikan vaksin booster setengah dosis Pfizer atau AstraZeneca.
- Vaksin primer AstraZeneca atau vaksin dosis pertama dan kedua AstraZeneca akan diberikan vaksin booster setengah dosis Moderna.
"Ini adalah kombinasi awal vaksin booster yang akan kita berikan berdasarkan ketersediaan vaksin yang ada, dan juga hasil riset yang sudah disetujui oleh Badan POM dan ITAGI. Nantinya bisa berkembang tergantung kepada hasil riset baru yang masuk dan juga ketersediaan vaksin yang ada," ucap Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Selasa (11/1) secara virtual.
Vaksin Booster Apakah Harus Sama: Ketersediaan Vaksin
Dengan dijalankannya vaksin booster, ketersediaan vaksin pun dipertanyakan. Pemerintah pun memastikan telah memiliki vaksin yang cukup baik dari kontrak pengadaan vaksin tahun lalu di mana pengirimannya akan tiba di awal tahun 2022 ini.
Selain dari mekanisme kontrak, ada pula tambahan vaksin yang cukup signifikan dari vaksin donasi dunia, seperti melalui kerjasama COVAX maupun program kerjasama bilateral.
Melalui kerja sama COVAX, ada komitmen pengiriman vaksin terhadap 20% dari populasi Indonesia. COVAX kemudian mengkonfirmasi pengiriman ditingkatkan menjadi 30% dari populasi Indonesia kira-kira setara vaksinasi untuk 27 juta orang atau kira-kira setara dengan 54 juta dosis vaksin gratis yang bisa diterima pemerintah total dari tahun lalu dan tahun ini.