Dinilai PKS Tak Akrab dengan Budaya RI, Naga Ada di Wayang hingga Keris

Perspektif

Dinilai PKS Tak Akrab dengan Budaya RI, Naga Ada di Wayang hingga Keris

Danu Damarjati - detikNews
Jumat, 31 Des 2021 13:44 WIB
Politikus Partai Ummat Mustofa Nahrawardaya menyoroti keberadaan patung naga yang berada di Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) Kulon Progo, DIY.
Naga di Bandara Yogyakarta (YIA). (Jalu Rahman Dewantara/detikcom)
Jakarta -

Merespons kehebohan soal patung naga di Yogyakarta International Airport (YIA), PKS menyebut naga bukanlah simbol yang akrab dengan budaya Indonesia. Namun faktanya, simbolisme naga bukanlah barang baru di budaya Jawa, bagian dari Indonesia.

"Kalau naga dipersoalkan asalnya, dalam cerita pewayangan saja ada kok lakon yang mengisahkan naga," kata dosen Fakultas Filsafat UGM yang pernah meneliti filsafat wayang, Iva Ariani, kepada detikcom, Jumat (31/12/2021).

Iva menjelaskan, dalam wayang ada karakter Antaboga berwujud ular naga. Sebagaimana dicatat oleh Jafar Huda Cahyanto dalam tulisan bertajuk 'Tokoh Pewayangan Naga Sang Hyang Antaboga sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Kriya Logam', Antaboga ialah tokoh dewa ular yang disegani. Hyang Antaboga adalah seorang Dewa yang bersemayam di bawah bumi lapis ketujuh dan beristana di Saptapratala.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keris Jawa juga ada ukiran naga," kata Iva Ariani.

Jadi, simbolisme naga akrab dengan budaya Indonesia, tidak seperti yang politikus PKS nilai. Simbolisme naga eksis di pewayangan, arsitektur keraton Jawa, hingga sebagai ornamen di keris. Bahkan keris Pangeran Diponegoro juga bernama Keris Kiai Naga Siluman.

ADVERTISEMENT
Naga Siluman di Keris Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro. (Dok pribadi sejarawan Sri Margana)Naga Siluman di keris Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro. (Dok pribadi sejarawan Sri Margana)
Naga Siluman di Keris Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro. (Dok pribadi sejarawan Sri Margana)Naga Siluman di Keris Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro. (Dok pribadi sejarawan Sri Margana)

Secara etimologi, kata 'naga' berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti ular raksasa. Sebagaimana diketahui, peradaban Jawa memang dipengaruhi peradaban Hindustan, selanjutnya juga dipengaruhi pula oleh peradaban Islam, China, dan lain-lainnya. Bahkan, budaya Indonesia terus menyerap unsur luar negeri sampai sekarang. Jadi apakah naga itu budaya asli Indonesia?

"Kalau kita mau cari budaya asli Indonesia yang 100 persen asli, itu sulit. Ini karena budaya itu selalu bergerak dinamis dan akan memunculkan budaya baru melalui akulturasi dan inkulturasi," kata Iva.

Selain itu, simbolisme naga ada dalam arsitektur Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yakni pada candrasengkala, lebih spesifik adalah sengkalan memet, berupa Dwi Naga Rasa Tunggal.

Sengkalan Dwi Naga Rasa Tunggal (Situs resmi Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat/kratonjogja.id)Sengkalan Dwi Naga Rasa Tunggal (Situs resmi Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat/kratonjogja.id)

"Kalau kita lihat Keraton Jogja saja berasal dari akulturasi tiga budaya besar: Islam, China, dan Hindu. Maka, di Keraton ada simbol-simbol seperti candi, simbol Islam dengan kaligrafi, dan ada patung naga dari China," kata Iva.

Kepala Bagian Humas dan Protokol UGM, Iva AryaniIva Ariani (Usman Hadi/detikcom)

Selanjutnya, naga dalam pewayangan:

Simak Video 'Kata Pihak YIA soal Patung Naga Disorot Politikus Partai Ummat':

[Gambas:Video 20detik]



Naga dalam pewayangan

Pakar budaya Jawa dari Universitas Indonesia (UI), Darmoko, pernah menjelaskan Sang Hyang Antaboga, karakter naga dalam pewayangan, adalah simbol penguasa bumi, sedangkan garuda adalah simbol penguasa langit.

Dikisahkan, Antaboga sangat sakti dan bisa menjelma menjadi wujud manusia. Gempa bumi adalah peristiwa alam yang diakibatkan oleh polah Sang Hyang Antaboga yang marah dan menggerakkan ekornya. Antaboga bukanlah dewa yang jahat. Dia bahkan menyelamatkan para ksatria Pandawa Lima dari kebakaran bikinan Sengkuni dan Kurawa. Ini adalah kisah pewayangan lakon 'Bale Sigala-gala'.

"Antaboga yang menjelma menjadi garangan (musang Jawa) kemudian menolong Pandawa dan Dewi Kunti. Antaboga membawa mereka semua menyelamatkan diri dari kebakaran lewat gorong-gorong," kata Darmoko kepada detikcom, 23 Oktober 2020.

Lewat gorong-gorong, Antaboga mengevakuasi Pandawa dan Dewi Kunti menuju Saptapratala, dunia bawah.

Wayang Antaboga, Anantaboga, atau Nagaraja. (Creative Commons/Tropenmuseum via Wikimedia Commons)Wayang Antaboga, Anantaboga, atau Nagaraja. (Creative Commons/Tropenmuseum via Wikimedia Commons)

Bukan hanya Antaboga, ada karakter naga dalam pewayangan bernama Nagagini. Karakter ini pernah diadopsi JK Rowling menjadi 'Nagini' dan dipakai di layar lebar 'Fantastic Beast 2. Nagagini adalah ular naga besar, putri Antaboga.

Selain Antaboga dan Nagagini, ada pula Antareja. Dia adalah cucu Antaboga dan anak pasangan Bima-Nagagini.

Nagagini yang masih belum menjelma menjadi gadis cantik, berbicara kepada ayahandanya, Sang Hyang Antaboga. (Creative Commons/I Ketut Gede/Leiden University Digital Library)Nagagini yang masih belum menjelma menjadi gadis cantik, berbicara kepada ayahandanya, Sang Hyang Antaboga. (Creative Commons/I Ketut Gede/Leiden University Digital Library)

Karakter Antareja tidak memiliki padanan dalam Epos Mahabharata versi India lantaran Antareja adalah kreasi pujangga Jawa sendiri yang dimasukkan ke kisah Mahabharata.

Dalam buku 'Kitab Primbon Jawa Sebaguna' karangan R Gunasasmita, ular tidaklah tercitra sebagai makhluk jahat. Dia menuliskan, ular mungkin memang menakutkan dan menjijikkan, namun ular membawa pertanda baik.

"Jika seekor ular masuk ke dalam rumah, maka hal tersebut merupakan pertanda baik karena si pemilik rumah akan memiliki kedudukan dalam masyarakat sehingga sangat dihormati dan disegani," tulis Gunasasmita.

Selanjutnya, penilaian PKS:

Penilaian PKS

Keberadaan patung naga di Yogyakarta International Airport (YIA), Kulon Progo, menuai sorotan. PKS menilai wajar keberadaan patung naga di YIA memicu sorotan, karena naga tidak dikenal sebagai simbol budaya Indonesia.

"Pertama, wajar ada pertanyaan. Karena naga bukan simbol yang akrab dengan budaya Indonesia," kata Mardani, kepada wartawan, Kamis (30/12).

Mardani mengatakan lebih baik diisi oleh simbol yang memiliki akar budaya Indonesia sehingga sekaligus bentuk edukasi budaya lokal.

"Bagus jika ke depannya instalasi seninya yang punya akar budaya. Bisa wayang atau bentuk edukasi lainnya misal Masjid Agung Kudus yang sangat harmoni antara budaya Islam dan lokal," ujarnya.

Mardani Ali Sera. (Screenshot video Mardani Ali Sera).Mardani Ali Sera. (Screenshot video Mardani Ali Sera)

Sebelumnya, patung naga di Bandara YIA itu disorot oleh politikus Partai Ummat Mustofa Nahrawardaya. Lewat akun Twitternya, @TofaTofa_id, Mustofa mempertanyakan pemilihan naga sebagai wujud patung tersebut.

"Pemandangan baru di Yogyakarta Internasional Airport (YIA) hari ini, Kamis (30/12/2021). Masih gresss... patung naga raksasa di pintu keluar Bandara. Kenapa bukan Patung Garuda atau Patung Pahlawan yg dipasang di sini? Ada temen di Yogyakarta tahu?" tulis Mustofa.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads