Gabriel Boric (35) terpilih menjadi presiden termuda Cile mengalahkan calon presiden sayap kanan, Jose Antonio Kast. Boric dinilai memiliki tantangan dalam mengejar pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan demi mencapai kemakmuran rakyat Cile.
"Pelajaran yang paling penting apa yang kita lihat di Cile setelah lebih 200 tahun merdeka. Bahwa tidak hanya dapat mengejar pertumbuhan semata saja dalam kerangka untuk mencapai kemakmuran," kata Direktur Eksekutif Megawati Institute, Arif Budimanta dalam diskusi virtual bertajuk 'Fenomena Demokrasi/Politik di Chile: Terpilihnya Presiden Milenial Gabriel Boric' yang digelar oleh Megawati Institute, Kamis (30/12/2021).
Arif mengatakan rakyat Cile saat ini mengharapkan keadilan dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Keadilan itu, kata Arif, di antaranya adalah pemerataan kesempatan untuk memperoleh akses pendidikan hingga layanan publik yang baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetapi kalau melihat pengalaman kolonialisme yang ada di Cile maka kemudian yang diharapkan oleh rakyat Cile adalah keadilan yang diutamakan untuk kemudian mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Nah keadilan dalam hal ini adalah pemerataan kesempatan, pemerataan kesempatan dalam mendapatkan akses ekonomi. Misal tanah, modal, pendidikan maupun publik services yang lainnya," ujarnya.
Salah satu program Boric, kata Arif adalah perbaikan dana pensiun untuk warganya. Dia menyebut Boric harus mengatur ulang dana pensiun yang saat ini dinilai belum mencukupi.
"Dalam konteks kerakyatan tadi itu karena aktivitas pensiun diatur secara privat di sana rata-rata para pensiun itu 130-150 USD per bulan dan itu sangat tidak mencukupi untuk menjalankan kehidupan yang layak. Maka kemudian agenda dari Boric dalam pemerintahannya adalah mengatur ulang masalah yang terkait dengan pensiun ini. Sehingga kemudian di hari tua, para masyarakat di Cile tidak berada di dalam kesulitan hidup ataupun terlantar," katanya.
![]() |
Pengurangan Jam Kerja Buruh
Sementara itu, Peneliti Sigmaphi, Reno Koconegoro mengatakan ada beberapa agenda yang menjadi tantangan Boric ke depannya dalam memimpin Cile. Agenda itu adalah memperbaiki ketimpangan hingga mengurangi jam kerja bagi buruh.
"Agenda Boric ke depan ada beberapa yang perlu kita highlight misalnya dengan garis ideologinya tentu kita tahu memperbaiki ketimpangan, hal-hal sosial. Tetapi secara teknikal dia juga menurunkan jam kerja dari sebelumnya 45 jam menjadi 40 jam. Artinya ada relaksasi bagi para buruh di Cile. Ke depan di bawah kepemimpinan Boric," kata Reno.
Selain itu, Boric juga disebut berkomitmen untuk memblokir pertambangan yang kontroversial di Cile. Reno menyebut tantangan Boric juga ada pada memperbaiki sistem pendidikan.
"Boric juga berkomitmen memblokir proyek-proyek pertambangan yang kontroversial yang dinilai menghancurkan kehidupan masyarakat dan lingkungan. Kemudian skema hutang pendidikan juga akan dibatalkan tentu saja uangnya juga diperoleh dari pajak dari kelompok super kaya," jelas dia.
"Dalam merespons perubahan iklim dia juga memiliki komitmen untuk meningkatkan investasi hijau. Terakhir akan berkomitmen untuk penyusunan konstitusi yang lebih progresif dan partisipatif," lanjutnya.
Lihat juga video saat 'Indonesia-Cile Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan':
Soal Kudeta
Lebih lanjut, Reno juga menjelaskan kemungkinan Cile bernasib sama dengan beberapa presiden sebelumnya dikudeta. Dia menilai potensi itu ada, akan tetapi sangat kecil karena saat ini masyarakat telah memiliki pengalaman politik yang baik.
"Banyak pihak yang melihat apakah kemenangan Boric ini akan bernasib sama masa lalu. Bahwa potensi itu tetap ada, tetapi publik sekarang memiliki pengalaman politik yang lebih well prepared ketika Boric terpilih," kata Reno.
Reno kemudian menyinggung kudeta Presiden Salvador Allende pada tahun 1973 lalu. Dia menilai publik telah memiliki pengalaman dengan kudeta itu sehingga siap secara politik ketika ada potensi Boric dikudeta.
"Jadi kudeta Allende ini, ada karena pengalaman Allende dikudeta, jadi publik Cile jadi siap secara politik, ketika Boric nanti akan ditekan setelah menjabat, jadi kemungkinan itu banyak dianalisis sebagai kemungkinan yang relatif kecil ya, karena persiapan politik yang lebih matang dari publik Cile dibandingkan sebelumnya," tutur dia.
Selain itu, Reno menilai Boric kemungkinan tidak bernasib sama dengan Allende. Sebab Boric memiliki pendukung yang luas dari berbagai kalangan.
"Kedua basis pendukung Boric juga dinilai lebih luas karena dia berasal dari kalangan muda dan mampu mengakomodasi berbagai macam elemen politik yang non tradisional tadi, seperti kalangan independen, feminis dan seterusnya," sebut dia.
Mengurangi Ketimpangan
Peneliti LP3ES, Fachru Nofrian juga menyebut tantangan Boric saat memimpin Cile adalah mengurangi ketimpangan. Dia menilai ketimpangan itu disebabkan oleh paradoks ekonomi.
"Apa yang terjadi di Cile dan apa yang menjadi tantangan Gabriel adalah memang ada ketimpangan tapi disebabkan oleh... ada paradoks, ekonomi indikatornya cukup baik dari sisi finansial bisa distabilkan, tetapi dengan konsekuensi tidak adanya deindustrialisasi yang kemudian menjadi sumber inequality," kata Fachru.
Fachru menyebut indikator ketimpangan itu juga terjadi di Indonesia. Dia menilai mengatasi ketimpangan itulah yang menjadi tantangan Boric di Cile ke depannya.
"Sebenarnya itu karakteristik kapitalisme finansial yang sebenarnya terjadi juga di Indonesia, nah itu menjadi tantangan sendiri oleh Gabriel," katanya.
Refleksi Boric untuk Milenial RI
Sementara itu, Alumnus SPPB Megawati Institute, Gusti Raganata berbicara refleksi presiden milenial ini untuk kaum muda Indonesia. Menurutnya, saat ini potensi adanya presiden milenial di Indonesia sangat minim karena terbentur dengan partai politik.
"Kalau di Indonesia kita melihat minimnya partai untuk anak Indonesia sehingga sangat jarang sekali melihat milenial itu bisa meraih presiden dalam waktu dekat ini," kata Gusti.
Dia menambahkan bahwa Boric bukanlah tokoh politik baru di Cile. Boric, kata Gusti, telah menjadi elite sejak menjadi mahasiswa.
"Sebetulnya Boric ini sudah menjadi elite sejak mahasiswa, karena beliau berkuliah di kampus yang terbaik dan telah memimpin gerakan kiri dan ini mempermudah jalannya sebagai presiden," tuturnya.
Pada saat pemilihan, Boric disebut tidak pernah mengeluarkan jargon calon presiden milenial. Gusti menyebut, Boric juga diserang sebagai tokoh yang minim pengalaman.
"Ketika pemilu itu hampir tidak ada dia menggunakan istilah jargon milenial, dia tidak memakai istilah itu, dia diserang tidak berpengalaman, atau butuh banyak belajar. Tapi sebetulnya dia sudah berpengalaman saat memimpin gerakan mahasiswa 2011 yang gerakannya lintas unsur," ujar Gusti.
"Boric ini juga seorang politisi dan aktivis yang memiliki pemikiran yang tajam sehingga dia tidak perlu menjual milenialnya untuk menang dan itu yang menurut saja menjadi refleksi bagi milenial Indonesia tidak perlu menunjukkan milenialnya, tapi apa idenya yang bisa menyelesaikan masalah strukturan di sebuah negara," kata Gusti.
Gagasan Milenial RI Tak Ditangkap Partai
Menurut Gusti, kaum milenial Indonesia banyak memiliki gagasan. Akan tetapi, gagasan itu tidak ditangkap oleh partai politik.
"Sebetulnya milenial Indonesia banyak gagasan sayangnya gagasan ini tidak ditangkap oleh partai. Terlihat 5 besar partai penguasa Indonesia didominasi DPP dikuasai senior, bahkan DPP-nya dari 5 partai tersebut, hampir generasi 2010-2015 itu masih sedikit, kalaupun ada di masih punya hubungan darah dengan politisi senior," ujar Gusti.
Gusti menambahkan bahwa gagasan kaum milenial Indonesia lebih banyak dituangkan menjadi star-up. Menurutnya gagasan itu tidak menyelesaikan masalah struktural yang ada di Indonesia.
"Gagasan-gagasan tadi milenial Indonesia lebih banyak jadi start-up yang sebetulnya tidak menyelesaikan masalah struktural yang ada di Indonesia," jelasnya.
Gusti menyebut bahwa saat ini ada partai alternatif untuk anak muda di Indonesia. Akan tetapi, gagasan dari partai yang menampung anak muda itu belum ada yang menyelesaikan masalah struktural.
"Walaupun ada partai alternatif anak muda hampir tidak memiliki elektabilitas yang tinggi justru masalah pro-status quo. Saya belum pernah melihat gagasan yang benar-benar fresh dan progresif yang bisa menyelesaikan masalah struktural," katanya.
Boric Jadi Presiden Termuda Cile
Calon presiden sayap kanan Cile Jose Antonio Kast mengakui kekalahan dari saingannya, politikus sayap kiri Gabriel Boric pada hari Minggu (19/12).
"Saya baru saja berbicara dengan Gabriel Boric dan mengucapkan selamat kepadanya atas kesuksesan besarnya," cuit Kast. "Mulai hari ini dia adalah Presiden terpilih Cile dan pantas mendapatkan semua rasa hormat dan kerja sama konstruktif kita. Cile selalu yang pertama."
"Kita satu," cuit Boric tak lama setelah kemenangannya dalam pemilu dikonfirmasi. "Kita adalah harapan. Kita lebih ketika kita bersama. Kita melanjutkan!"