Sekjen MUI Amirsyah Tambunan merespons permintaan musyawarah anggota ahlul halli wal aqdi (AHWA) Muktamar NU yang meminta Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar tidak rangkap jabatan di organisasi lain. Amirsyah mengatakan Miftachul merupakan sosok yang sangat dibutuhkan di MUI.
"Kiai Miftachul Akhyar sebagai ulama sangat dibutuhkan di MUI yang saat ini sebagai Ketua Umum MUI (2020-2025) hasil Munas ke X di Jakarta. Berkenaan permintaan musyawarah AHWA di Muktamar NU yang meminta Kiai Miftachul Akhyar untuk tidak merangkap jabatan sifatnya usulan jadi tergantung pada kesepakatan PBNU. Hemat saya tidak berimplikasi juga terhadap jabatan Ketum MUI," kata Amirsyah kepada wartawan, Senin (27/12/2021).
Amirsyah berharap Miftachul bisa rangkap jabatan sebagai rais aam PBNU dan Ketum MUI. Sebab, kata Amirsyah, posisi Ketum MUI jauh lebih dahulu diemban Miftachul sebelum terpilih lagi menjadi rais aam PBNU.
"Karena beliau terlebih dahulu menjabat sebagai Ketum MUI sementara keputusan Ahwa baru saja Muktamar NU ke-34. Saya berharap jabatan tersebut dapat dapat dilakukan rangkap jabatan karena sebagai rais aam bersifat kebijakan," ujar Amirsyah.
Miftachul Diminta Tak Rangkap Jabatan
Forum AHWA sebelumnya menyepakati agar Miftachul tak merangkap jabatan di organisasi lain. AHWA meminta rais aam fokus pada pengembangan NU.
"Ada anggota AHWA berpendapat antara lain pendapat itu kalau ingin menjadi rais aam Nahdlatul Ulama 2021-2026 diharapkan untuk tidak rangkap jabatan di organisasi lain. Ada pandangan seperti itu dan itu disetujui oleh seluruh anggota AHWA bahwa rais aam fokus di dalam pembinaan dan pengembangan jamiyah Nahdlatul Ulama ke depan," kata Zainal Abidin.
Hal itu kemudian ditanyakan ke Miftachul Akhyar sebagai rais aam terpilih. Dia siap patuh terhadap arahan tersebut.
"Lalu kami berdiskusi dan berdialog dengan rais aam terpilih, beliau berkata dengan sangat santun sekali sami'na waathona," ujar Zainal Abidin.
Baca selengkapnya di halaman berikutnya.
(knv/tor)