Permintaan anggota ahlul halli wal aqdi (AHWA) agar Rais Aam PBNU Kiai Miftachul Akhyar tak merangkap jabatan membuat kemungkinan besar posisi ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) bakal dilepas. Fokus pengembangan NU menjadi alasan kuat Miftachul diminta agar tak merangkap jabatan.
Miftachul Akhyar Terpilih Jadi Rais Aam
Miftachul terpilih kembali menjadi Rais Aam PBNU lewat musyawarah anggota ahlul halli wal aqdi (AHWA) di Muktamar ke-34 di Lampung. Keputusan AHWA ini disampaikan oleh salah satu anggota AHWA, Zainal Abidin, di depan forum pleno di GSG Universitas Lampung.
"Bahwa yang menjadi Rais untuk PBNU 2021-2026 KH Miftachul Akhyar," kata anggota AHWA Zainal Abidin di Lampung, Jumat (24/12/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut sembilan nama AHWA yang menentukan rais aam PBNU:
1. Dimyati Rais
2. Mustofa Bisri
3. Ma'ruf Amin
4. Anwar Mansur
5. TG Turmudzi
6. Miftachul Akhyar
7. Nurul Huda
8. Ali Marbun
9. Zainal Abidin
Miftachul Diminta Tak Rangkap Jabatan
Forum AHWA juga menyepakati agar Miftachul tak merangkap jabatan di organisasi lain. AHWA meminta rais aam fokus pada pengembangan NU.
"Ada anggota AHWA berpendapat antara lain pendapat itu kalau ingin menjadi rais aam Nahdlatul Ulama 2021-2026 diharapkan untuk tidak rangkap jabatan di organisasi lain. Ada pandangan seperti itu dan itu disetujui oleh seluruh anggota AHWA bahwa rais aam fokus di dalam pembinaan dan pengembangan jamiyah Nahdlatul Ulama ke depan," kata Zainal Abidin.
Hal itu kemudian ditanyakan ke Miftachul Akhyar sebagai rais aam terpilih. Dia siap patuh terhadap arahan tersebut.
"Lalu kami berdiskusi dan berdialog dengan rais aam terpilih, beliau berkata dengan sangat santun sekali sami'na waathona," ujar Zainal Abidin.
Dalam sambutannya, Miftachul merasa seperti orang yang salah minum obat setelah ditetapkan jadi Rais Aam PBNU.
"Saya tidak tahu apa yang akan saya sampaikan rasanya hanya seperti seorang yang salah meminum obat yang lolak lolok," ucap Mitachul Akhyar di Lampung, Jumat (24/12).
Dia menerima keputusan musyawarah anggota AHWA dengan lapang dada. Miftachul Akhyar yakin bahwa dirinya mampu bekerja secara kolektif dengan para kader NU yang lain.
"Yang diputuskan kami tidak membantah dan itu memang keadaannya. Tapi kami yakin bahwa kami tidak akan bekerja sendiri kami akan bekerja secara kolektif," kata Miftachul Akhyar.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Posisi Ketum MUI
Musyawarah AHWA meminta Miftachul Akhyar tak rangkap jabatan di organisasi lain. Artinya, Miftachul juga kemungkinan besar harus melepaskan jabatan Ketua Umum MUI yang diembannya sejak 2020. Lantas siapa yang bakal jadi suksesornya?
Seperti diketahui, Ketua Umum MUI biasanya diisi oleh sosok dari NU atau Muhammadiyah. Jika Ketua Umum MUI dari NU, biasanya posisi Sekjen MUI dari Muhammadiyah. Begitu pun sebaliknya.
Sebagai contoh, dua periode terakhir kepengurusan MUI, posisi ketum diisi oleh tokoh dari NU. Ma'ruf Amin menjadi Ketum MUI pada 2015-2020 dan Sekjennya adalah Anwar Abbas.
Sedangkan pada periode selanjutnya, Miftachul Akhyar terpilih menjadi ketum. Sedangkan sekjennya adalah Amirsyah Tambunan.
Kini kemungkinan besar posisi Ketum MUI bakal ditinggalkan Miftachul Akhyar setelah ada arahan dari AHWA. Jika melihat struktur MUI, saat ini terdapat dua wakil ketua umum, yaitu Anwar Abbas dan Marsudi Syuhud. Namun belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai posisi Ketum MUI tersebut.