Laporan soal varian Corona Delmicron yang disebut gabungan dari varian Delta dan Omicron membuat geger. Padahal laporan keberadaan varian baru ini belum terbukti keberadaannya berdasarkan data.
WHO dan Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) belum berkomentar soal laporan keberadaan Delmicron. Sementara itu, epidemiolog dari Unair Surabaya, Dr dr Windhu Purnomo, mengatakan bahwa kabar soal Delmicron ini baru dilontarkan oleh Satgas COVID-19 India. Jadi baru sebuah kekhawatiran saja.
"Betul (kabar dari India). Sebetulnya masih sebuah kekhawatiran, belum ada bukti dari data," kata Windhu kepada wartawan, Minggu (26/12/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun menjelaskan bahwa bentuk infeksi virus ganda seperti laporan keberadaan Delmicron ini memang ada. Namun yang penting ialah soal pengaruh infeksi ganda ini.
"Selama berbagai agent (termasuk virus dengan varian-variannya) masih ada, maka selalu ada risiko infeksi baik secara tunggal maupun ganda (terinfeksi dua agent sekaligus). Yang paling penting adalah bagaimana pengaruh infeksi ganda ini terhadap perkembangan klinis (yang mempengaruhi hospitalisasi dan mortalitas). Kalau ternyata pengaruhnya kecil, tentu tidak perlu dikhawatirkan berlebihan," jelasnya.
Awal Mula Muncul Isu Delmicron
Kabar soal Delmicron ini datang dari seorang anggota gugus tugas COVID-19 Maharashta, Negara Bagian India, Dr Shashank Joshi. Ia saat itu berbicara dalam acara debat di News18.
"Delmicron, lonjakan kembar Delta dan Omicron, di Eropa dan AS, telah menyebabkan tsunami kecil kasus," ujarnya.
Sementara beberapa laporan juga menyebutkan bahwa ada varian baru bernama Delmicron. Namun pernyataan Dr Joshi sepertinya tidak merujuk ke sana.
Dr Joshi dilaporkan menyinggung situasi di mana varian Delta dan Omicron menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 di wilayah tertentu. Sederhananya, ini bukan varian baru COVID-19 tetapi situasi di mana varian Delta dan Omicron ditemukan muncul pada pasien COVID-19 yang sama atau menyebar dengan cepat di wilayah yang sama.
(rdp/gbr)