Pihak keluarga dari dokter R Moehiman Kromoatmodjo menemui Bupati Kebumen Arif Sugiyanto. Kedatangan mereka tidak lain untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada Bupati yang telah menggunakan nama eyang mereka sebagai salah satu nama jalan di Kebumen.
Mereka diterima di rumah dinas Bupati Kebumen, Minggu (19/12/2021). Dalam kesempatan itu, dokter Kungky Muryono SpAn, cucu dr Eyang dr. Moehiman, mewakili keluarga besar menyampaikan rasa terima kasih sekaligus rasa hormat kepada pemerintah kabupaten Kebumen, khususnya Bupati, yang mau mengabadikan kakeknya sebagai nama jalan di Kebumen.
"Kedatangan kami tentunya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Bupati dan pemerintah kabupaten yang sudah bersedia menjadikan kakek kami sebagai nama jalan. Tentu kami merasa terhormat, karena ada pengakuan dari pemerintah tentang kiprah Eyang Moehiman sebagai dokter pertama di Kebumen," kata dokter Kungky.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokter Kungky yang merupakan pensiunan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto menceritakan tentang kiprah kakeknya di dunia kedokteran. Ia menyebut dr. Moehiman adalah putra asli Kebumen yang menjadi dokter pertama pada masa kolonial Belanda.
Pada saat Indonesia masih dalam kekuasaan pemerintahan Hindia-Belanda, ada beberapa orang pribumi Jawa yang diberikan kesempatan oleh Belanda untuk menempuh sekolah kedokteran milik Belanda. Dari Kebumen, satu-satunya yang diberangkatkan untuk sekolah kedokteran waktu itu adalah dr. Moehiman.
"Beliau dr. Moehiman sekolah kedokteran di STOVIA, itu sekolah tinggi kedokteran zaman Belanda dulu, tepatnya sekarang ada di belakang RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Ia lulus tahun 1890 pada usia 20 tahun, istrinya seorang bidan," jelasnya.
Setelah lulus menjadi dokter, Eyang Moehiman kemudian ditugaskan Belanda untuk bekerja di hampir seluruh wilayah Indonesia, dari Bengkulu, Riau, Kalimantan, Sulawesi, sampai Papua. Ia juga tercatat sebagai dokter yang membantu kelahiran seorang ekonom dari Kebumen, Soemitro Djojohadikoesoemo, ayah dari Prabowo Subianto.
"Dokter Moehiman itu rumah aslinya di Jalan HM Sarbini. Dia sempat ditugaskan di Karanganyar Kebumen untuk menjadi dokter rakyat. Namun pada agresi militer II Belanda, rumah dr. Moehiman dihancurkan, kemudian ia pindah di Magelang, dan menghabiskan masa pensiun sebagai dokter di Semarang, sekarang yang jadi RSUP Dr. Kariadi," imbuhnya.
Dokter Moehiman meninggal di usia 81 tahun, dan dimakamkan di Desa Candi, Karanganyar, Kebumen bersama keluarga besarnya. Dari sekian banyak anaknya, yang menjadi dokter hanya satu, yakni Prof. dr Muhardi yang kini usianya sudah 96 tahun dann masih hidup serta tinggal di Jakarta.
"Satu-satunya putra beliau yang menjadi dokter adalah dokter Muhardi. Saya putra dari kakaknya dr. Muhardi. Jadi beliau itu paman saya. Memang putra eyang Moehiman itu cuman satu yang jadi dokter, tapi sekarang cucu dan keturunannya banyak, rata-rata dokter," terangnya.
Dengan diberikannya nama jalan dr. Moehiman, pihaknya berharap ini bisa menjadi semangat atau motivasi bagi generasi muda anak-anak Kebumen untuk terus belajar menjadi orang yang hebat di bidangnya masing-masing. Ia menyebut Kebumen itu banyak melahirkan orang-orang hebat, maka berbanggalah menjadi orang Kebumen.
"Setidaknya dengan pemberian nama jalan ini bisa menjadi penyemangat atau motivasi bagi generasi muda agar tidak kalah semangat dengan para pendahulunya. Pada saat zaman dulu yang serba terbatas, orang tua kita saja semangat belajar. Harusnya zaman yang sudah modern ini, harus lebih banyak lagi melahirkan tokoh-tokoh hebat dari Kebumen," lanjutnya.
Sementara itu, Bupati Kebumen Arif Sugiyanto menyampaikan, nama jalan dr. R Moehiman Kromoatmodjo sengaja diberikan sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan pengabdiannya menjadi seorang dokter pertama di Kebumen. Tokoh-tokoh seperti dokter Moehiman perlu diabadikan namanya agar masyarakat bisa selalu mengenang perjuangannya.
"Kalau Belanda saja mengakui beliau ini orang hebat. Maka sudah sepantasnya kita orang Kebumen juga harus mengakuinya. Kita harus bangga Kebumen telah banyak melahirkan tokoh-tokoh hebat. Seperti dokter Moehiman dan juga tokoh-tokoh lain, Sarbini, ekonom Soemitro dan lain-lain," paparnya.
"Dokter Moehiman saya kira luar biasa, dia dokter rakyat yang pekerjaannya mengobati masyarakat di zaman yang masih sulit. Kalau dulu pembayarannya barang kali bukan pakai uang, tapi dibayar dari hasil bumi, pisang, padi, buah-buahan. Bahkan siap untuk tidak dibayar, niatnya menolong," kata Arif menambahkan.
Arif menegaskan, perubahan nama jalan tersebut adalah untuk mengenang jasa-jasa pahlawan, seperti Soekarno-Hatta, pendiri NU KH. Hasyim Asya'ri, pendiri Muhammdiyah KH. Ahmad Dahlan dan juga memberi penghormatan kepada Bupati Pertama Kebumen, yakni Ki Ageng Bodronolo, tokoh Kebumen yang membantu kesiapan logistik dan tentara Sultan Agung Mataram dalam penyerangan ke VOC di Batavia.
Diketahui, Jalan dr. R. Moehiman Kromoatmodjo, merupakan jalan baru yang letaknya di antara Simpang Empat pada jalan Sarbini sampai ke arah Stadion sampai dengan Simpang Tiga Jalan Arungbinang.
(ega/ega)