Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia kunjungi Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) dalam acara MPR RI Menyapa Sahabat Kebangsaan di Kota Semarang. Acara tersebut bertujuan untuk mengajak dan mendiskusikan tema acara yakni 'Peran Mahasiswa Dalam Menyambut Indonesia Emas 2045'.
Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR Budi Muliawan mengatakan Indonesia di masa depan harus menjadi sebuah negara yang maju dan mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
"Indonesia yang merdeka, berdaulat adil dan makmur. Cita-cita besar itu, saat ini makin terlihat jelas saat pemerintah merancang sebuah gagasan luar biasa yakni visi Indonesia Emas 2045 dengan jargon 'Berdaulat, Maju, Adil dan Makmur'," kata Budi dalam keterangannya, Minggu (12/12/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi Muliawan menjelaskan, gagasan tersebut sangatlah tepat mengingat pada tahun 2045, Indonesia genap berusia 100 tahun. Pada saat itu, Indonesia diprediksi telah memasuki bonus demografi. Bonus demografi adalah suatu kondisi saat penduduk yang masuk ke dalam usia produktif di rentang usia 15 sampai 64 tahun, jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif.
Menurutnya, kondisi tersebut harus disikapi dengan bijak dan hati-hati. Jika bonus demografi dapat dikelola dengan baik maka akan memberikan efek positif. Namun sebaliknya, jika tidak dikelola secara kurang baik maka akan menimbulkan permasalahan tersendiri.
"Lalu di mana peran pemuda? peran pemuda dan mahasiswa untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045 sangat besar. Sebab, pemuda dan mahasiswa yang saat ini baru berusia 18-23 tahun, di tahun 2045 akan berusia 42 dan 47 tahun, usia yang sudah matang untuk mengisi bidang-bidang strategis dan membuat kebijakan," tambahnya.
Oleh karena itu begitu penting bagi para pemuda untuk segera bangkit meningkatkan kualitas diri dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Budi Muliawan juga menjelaskan, para pemuda mesti mampu menjawab berbagai tantangan zaman salah satunya terkait dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
"Persaingan ini bukan hanya antar manusia saja, tapi tidak menutup kemungkinan di masa depan, manusia akan bersaing dengan artificial intelligence (AI), akibat pesat dan masifnya perkembangan teknologi. Apalagi, saat ini Indonesia sudah memasuki era Revolusi Industri 4.0 dan akan menuju 5.0," ungkapnya.
Revolusi Industri adalah perubahan besar terhadap cara manusia dalam mengolah sumber daya dan memproduksi barang. "Dalam perkembangannya, dunia termasuk Indonesia sudah mengalami empat era revolusi industri," katanya.
Pertama, Revolusi Industri 1.0. Ini adalah revolusi yang pertama, dan terjadi pada abad ke-18 ditandai dengan penemuan mesin uap. Penemuan ini membuat tahap produksi barang hingga pengiriman menjadi lebih efisien.
Kedua, Revolusi Industri 2.0. Revolusi ini terjadi di awal abad 20, ditandai dengan penemuan tenaga listrik yang menggantikan mesin uap. Tenaga listrik membuat produksi berjalan dengan lebih efisien dan menghemat biaya. Sebab, tenaga listrik jauh lebih murah dibandingkan uap.
Ketiga, Revolusi Industri 3.0. Revolusi ini ditandai dengan terciptanya komputer dan robot. Ia menjelaskan, teknologi komputer makin modern dengan terciptanya Integrated Chip (IC). Teknologi ini membuat sosok komputer yang awalnya besar, menjadi lebih kecil dan ringkas sehingga bisa dipasang di mesin-mesin industri.
Keempat, Revolusi Industri 4.0. Era revolusi ini ditandai dengan muncul atau terciptanya internet, teknologi digital dan informasi serta penggunaannya secara luas yang mempengaruhi hampir seluruh bidang kehidupan masyarakat.
"Sekarang kita sedang menuju era yang lebih tinggi lagi, yakni Era Revolusi 5.0. Di mana, teknologi digital semakin luar biasa canggihnya, seperti pengembangan dan penciptaan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan," tambah Budi Muliawan.
Budi Muliawan menekankan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi global sangat cepat tak terbendung. Oleh karena itu, generasi muda dituntut untuk mampu cepat beradaptasi agar tidak kalah dengan persaingan di global.
Wakil Rektor III Unissula M. Qomaruddin menambahkan visi Indonesia Emas 2045 sebenarnya sudah menjadi cita-cita para pendiri bangsa Indonesia. Dan 100 tahun Indonesia merdeka adalah momen yang tepat untuk mewujudkannya.
"Apalagi, pemahaman dan pengembangan IPTEK oleh bangsa Indonesia di era modernisasi ini sudah sedemikian maju, jadi harapan kita bersama visi Indonesia Emas itu bisa terwujud," kata Qomaruddin.
Qomaruddin menambahkan, hal tersebut dapat terwujud jika generasi muda memanfaatkan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan agar bisa menjawab berbagai tantangan zaman.
"Hal itulah yang harus disadari para mahasiswa. Jangan sampai generasi milenial kita menjadi generasi rebahan. Itu sangat berbahaya untuk keberlangsungan perwujudan visi Indonesia Emas 2045. Saya berharap mahasiswa dan seluruh elemen masyarakat, untuk bersama-sama bersinergi serta bekerja keras agar Indonesia di masa depan muncul sebagai negara maju dan mampu bersaing dengan negara lain," tutup Qomaruddin.
Acara tersebut juga turut dihadiri oleh Kepala Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR RI Siti Fauziah, Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR, Budi Muliawan, Wakil Rektor III Unissula M. Qomaruddin, Wakil Dekan I FH Unissula Widayat, dan para mahasiswa.
(fhs/fhs)