Nasrun mengatakan infrastruktur jalan di Kualuh Leidong berpuluh tahun belum pernah tersentuh perbaikan oleh pemerintah. Menurutnya, perawatan jalan selama ini hanya dari swadaya masyarakat. Itulah sebabnya jalan yang rusak, masih merupakan jalan tanah yang dikeraskan dengan batu. Jika musim hujan, jalanan ini akan menjadi becek dan berlumpur.
"Dulu ada dibuat palang (portal). Jadi setiap motor (truk pengangkut komoditi) yang lewat dikutip lah, entah limpul (50) atau entah berapa lah. Uang itulah yang nanti dibelikan batu atau petrun untuk yang berlubang," kata Nasrun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun belakangan penjaga palangnya rupanya nggak jujur, banyak uang yang dimakannya, sampai marah masyarakat. Akhirnya tak ada lagi lah palang, tak ada uang untuk perbaikan. Akibatnya ini lah, jalan rusak," tambahnya.
Jalan yang kondisinya memprihatinkan itu terdapat di Desa Teluk Pulai Luar, Sunge Dua, Air Hitam dan Kelapa Sebatang. Menurut Nasrun, di daerah ini satu titik kerusakan jalan bisa mencapai berkilo-kilo meter panjangnya.
"Dia di Teluk Pulai Luar ada 3 kilometer, terus Kelapa Sebatang-Sunge Dua sekitar ada 7 kilometer. Belum lagi Air Hitam," ujarnya.
Nasrun berharap agar pemerintah mau memperhatikan daerah mereka. Baik itu pemerintah kabupaten, provinsi maupun pemerintah pusat.
"Rasanya sedih kalau mendengar Presiden Jokowi bangun jalan dimana-mana, sementara jalan di kampung kami berpuluh tahun kayak kubangan kerbau," ucapnya.
Upaya konfirmasi telah dilakukan kepada Pemerintah Kabupaten Labura. Namun Bupati Hendriyanto Sitorus dan Sekretaris daerah Muhammad Suib belum menjawab pertanyaan yang diajukan.
(fas/fas)