Sekuriti Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, curhat kepada anggota DPR RI Dapil Bali, I Nyoman Parta. Mereka mengeluh soal aturan sekuriti tak boleh bertato dan bertindik.
Sebanyak 300 petugas sekuriti Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali mengaku terancam dipecat karena memiliki tato dan tindik. Mereka menyebut PT Angkasa Pura Supports telah mengeluarkan aturan melarang dan akan memberhentikan sekuriti yang memiliki tato dan tindik.
"Kalau saya sekarang yang bisa saya kumpulkan, artinya yang satu visi dan misi kira-kira 130 (orang). Tapi rencana perusahaan itu ada efisiensi hampir 300-an," kata perwakilan sekuriti, Agus Amik Santosa, saat dimintai konfirmasi detikcom, Selasa (23/1/2021).
Amik PT Angkasa Pura Supports telah mengeluarkan surat edaran. Isinya, bakal melakukan seleksi ulang bagi para pegawainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam surat edaran itu, terdapat dua kriteria yang dianggap memberatkan para sekuriti. Pertama, tidak boleh bertato dan bertindik. Kemudian yang kedua, batas umur maksimal 45 tahun.
"Nah di sisi lain kami yang sudah bekerja cukup lama, antara 13 sampai 20 tahun, ada juga yang di atas yang lebih senior ada, otomatis juga kena dari garis (aturan) tersebut. Jadi secara administrasi kami gugur," terang Amik.
"Sayang sekali, jadi kami sudah belasan tahun mengabdi, akhirnya dirasionalisasi seperti ini. Akhirnya inisiatif dari kami semua untuk mengeluarkan aspirasi kami kepada Bapak Nyoman Parta. Jadi itu keresahan kami, keluhan kami," ungkapnya.
Amik bersama ratusan sekuriti berharap kepada pimpinan PT Angkasa Pura Supports agar kontraknya bisa diperpanjang dan bisa bekerja kembali tanpa terkecuali.
"Harapan kami bisa bekerja tanpa terkecuali lah, perjuangan kami belasan tahun mengabdi, bahkan ada yang puluhan (tahun). Semoga menjadi bahan pertimbangan juga untuk pimpinan-pimpinan kami. Yang sangat disayangkan karena dua kategori ini bertato dan bertindik; dan batas umur ini kami harus tidak perpanjang kontrak," kata dia.
Penjelasan AP I
PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, mengklarifikasi curhatan sekuriti yang mengaku terancam dipecat karena memiliki tato dan tindik. Para sekuriti itu bukan dipecat atau diberhentikan, melainkan kontrak mereka akan habis pada Desember mendatang.
"Sebenarnya itu bukan dipecat atau diberhentikan, tapi kontrak mereka itu sebenarnya habis di akhir Desember ini, 31 Desember mereka habis masa kontraknya," kata Stakeholder Relation Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Taufan Yudhistira, saat dihubungi detikcom, Selasa (23/11/2021).
Karena kontrak kerja para sekuriti tersebut habis pada 31 Desember 2021, mereka harus melakukan seleksi ulang untuk mendapatkan kontrak baru mulai 1 Januari 2022.
Adapun soal syarat bertato dan bertindik bukan untuk seleksi ulang bagi karyawan yang ada saat ini, melainkan untuk seleksi baru jika PT Angkasa Pura Supports membuka lowongan pekerjaan baru.
"Mereka tidak bisa (langsung) lanjut. Mereka harus seleksi ulang. Dan bertato dan bertindik itu bukan kepada mereka yang seleksi ulang, tetapi kepada calon pegawai baru ketika nanti kami membuka lowongan pekerjaan atau membuka rekrutmen baru. Bukan kepada mereka yang saat ini akan melakukan seleksi ulang," terang Taufan.
Meskipun bertato dan bertindik, para petugas sekuriti tersebut tetap bisa mengikuti seleksi ulang. Namun masalah hasil seleksi ulang nantinya kembali lagi bergantung pada hasil tes mereka masing-masing.
Taufan menjelaskan, seleksi ulang dilakukan karena kebutuhan operasional dan kondisi perusahaan sudah menurun. Dia mengakui bahwa perusahaan juga terdampak pandemi COVID-19.
"Jadi karena kebutuhan operasional kami sudah turun, dan karena kemampuan perusahaan kami (dalam) kondisi seperti sekarang, makanya kami harus melakukan seleksi ulang," terang Taufan.
Menurutnya, jumlah keberadaan karyawan saat ini sudah tidak sebanding kebutuhan perusahaan. Karena itu, dalam seleksi ulang nanti harus ada yang gugur. Mereka yang direkrut kembali nantinya harus lolos dalam seleksi ulang.
Sebelumnya, para petugas sekuriti Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, menyayangkan adanya pengurangan karyawan di tengah kondisi penerbangan yang membaik, terutama domestik.
Menjawab hak tersebut, Taufan juga mengakui bahwa dari segi trafik penerbangan domestik memang sudah ada peningkatan walaupun belum maksimal. Hanya, jika dilihat dari berbagai kondisi yang lainnya, pihaknya belum sanggup menampung seluruh karyawan yang ada.
"Memang orang melihat dari sisi penumpang, penumpang (memang) naik. Tapi dari sisi yang lain, belum bisa kami," jelas Taufan.
Oleh karena itu, pihaknya harus tetap melakukan pengurangan karena jumlah karyawan yang ada saat ini sudah tidak sebanding dengan kebutuhan operasional dan kondisi perusahaan. Taufan mengakui bahwa pihaknya juga merasa kasihan kepada karyawan nantinya yang tidak bisa melanjutkan bekerja di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
"Bagaimana juga kalau kita melihat dari sisi yang lain, dari sisi kemanusiaan, sama kita juga merasa kasihan. Tapi kembali lagi, kebutuhan operasional kami sudah turun terus kondisi perusahaan juga masih seperti ini. Ya mau enggak mau ada beberapa hal yang harus kami lakukan penyesuaian," ungkapnya.