Siswa di Alor Dianiaya Guru hingga Tewas Gegara Absen Tanpa Keterangan

ADVERTISEMENT

Siswa di Alor Dianiaya Guru hingga Tewas Gegara Absen Tanpa Keterangan

Audrey Santoso - detikNews
Kamis, 11 Nov 2021 14:56 WIB
Ilustrasi kekerasan pada anak
Ilustrasi kekerasan anak (Getty Images/Imgorthand)
kUPANG -

MM (13), siswa SMPN di Alor Timur, Alor, NTT, menjadi korban penganiayaan hingga tewas oleh guru bahasa Inggrisnya, SK (33). Kekerasan dilakukan sebanyak tiga kali di kompleks sekolah.

"Tersangka melakukan penganiayaan terhadap korban sebanyak tiga kali dengan cara mengetuk kepala korban dengan tangan kanan mengepal," kata Kabid Humas Polda NTT Kombes Rishian Krisna dalam keterangan tertulis, Kamis (11/11/2021).

"Penganiayaan kedua dengan cara tersangka menendang korban menggunakan kaki kanan sebanyak sekali, mengenai punggung belakang," sambung Krisna.

Selanjutnya penganiayaan ketiga, sambung Krisna, pelaku memukul MM dengan batang bambu ke bagian tangan hingga mengenai betis. Krisna mengungkapkan alasan korban berulang kali dianiaya si guru.

"Alasan tersangka menganiaya korban tersebut yakni pada penganiayaan pertama, tersangka marah dan tidak terima dengan korban karena tak membawa fotokopi modul bahasa Inggris," beber Krisna.

Setelah itu, pada kejadian kedua, tersangka marah karena korban tak bisa memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. Dan terakhir, pelaku kesal karena korban tak masuk sekolah dan tak ada kabar.

"Tersangka tak hanya melakukan kekerasan kepada korban, tapi juga pada murid lainnya," pungkas Krisna.

Sebelumnya, diberitakan MM, siswa SMPN di Alor, meninggal setelah dianiaya gurunya. Keluarga MM melaporkan kasus ini ke polisi.

"Pada 25 Oktober 2021, diterima laporan tindak pidana kekerasan terhadap anak oleh Polsek Alor Timur, Alor," kata Kombes Krisna sebelumnya.

Krisna menjelaskan guru berinisial SK itu dilaporkan oleh paman korban. Setelah menerima laporan itu, penyidik memeriksa sembilan saksi, termasuk pelapor.

"Setelah itu, pelaku diamankan, diamankan di Polres Alor saat pertama kali ditangkap," ujar Krisna.

Krisna menjelaskan SK adalah guru bahasa Inggris di sekolah korban. Terhadap korban, SK sudah tiga kali melakukan penganiayaan.

"Kekerasan fisik yang pertama dan kedua terjadi di lantai depan kelas pada 4 dan 11 Oktober, dan kejadian ketiga di teras depan lapangan upacara pada 18 Oktober," jelas Krisna.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.



ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT