Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) meminta agar habitat dan populasi kera khas dan langka (endemik) di kawasan Taman Kars Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel), diperhatikan, khususnya oleh Pemkab Maros. Walhi menilai habitat dan populasi kera endemik setempat mulai terancam.
Dilansir Antara, Jumat (5/11/2021), Walhi menyebut kawanan kera berekor pendek itu berkeliaran di jalan raya untuk mencari makanan dari belas kasihan pengendara yang melintas di kawasan jalan berkelok-kelok di Camba, Maros. Direktur Eksekutif Walhi Sulsel Muhammad Al Amin menyampaikan hal itu terjadi sejak 2016.
Keluarnya kera endemik ke jalan raya itu diyakini karena habitatnya sudah tidak nyaman dan sumber makanannya terus berkurang. Dia menduga hal itu disebabkan pembukaan lahan menjadi ladang atau perkebunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keprihatinan serupa dikemukakan oleh Guru Besar Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas), Ngakan Putu Oka. Dia mengatakan intensnya interaksi kera dan manusia, khususnya memberikan makanan, akan memberikan dampak besar pada kawanan kera itu.
Dalam situasi pandemi COVID-19, lanjut dia, interaksi yang makin sering itu akan membahayakan satwa langka itu jika tertular oleh manusia. Alasannya, saat satu satwa tertular COVID-19 di alam akan menyebarkan ke kawanan kera lainnya dan itu dinilai sangat fatal.
Oka mengatakan kawasan Karaenta menjadi tempat jelajah kelompok Macaca Maura dan jalur perlintasan utama adalah bagian Maros, atau sekitar 25 kilometer dari pusat kabupaten. Sebenarnya sudah ada imbauan untuk tidak memberikan makanan atau jajanan kepada kera endemik di wilayah Karaenta.
Namun imbauan itu tidak diindahkan oleh pengendara atau yang melintasi jalan itu. Karena itu, menurut Oka, Pemkab Maros harus bertindak tegas kepada pengemudi ataupun penumpang kendaraan roda dua dan empat yang melintas di daerah itu.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Taman Nasional Bantah Populasi Kera Terancam
Pihak Taman Nasional (TN) Bantimurung-Bulusaraung menepis kabar populasi kera ini berkurang. Namun memang dibenarkan soal terganggunya habitat kera Macaca maura.
"Populasi tidak berkurang, kami punya laporannya di kantor. Namun saya tidak tahu jumlah pastinya," kata Kepala TN Bantimurung-Bulusaraung wilayah Maros, Alias, saat dimintai konfirmasi detikcom, Jumat (5/11/2021).
Habitat kera Macaca maura terganggu, sambung Alias, oleh aktivitas warga yang kerap memberi mereka makanan ketika melintas di wilayah sekitar jalan raya. Bahkan pihaknya sering kali mengingatkan bahaya penyakit, semisal rabies yang bisa ditimbulkan jika terkena gigitan kera ini.
"Saat ini ada rabiesnya, itu kalau dikhawatirkan kalau menggigit orang atau anak-anak di situ itu bahaya," sebutnya.
"Nanti komplainnya ke kami. Ini bahaya. Kami tugaskan anggota saya untuk menghalau satwa, artinya disuruh masuk ke habitat tapi keluar lagi. Tapi ada jam-jam tertentu," pungkas dia.