Presiden Joko Widodo (Jokowi) bicara soal keterbatasan akses negara berkembang terhadap vaksin dan obat-obatan. Dia mengatakan hal ini sangat terasa ketikapandemi Corona melanda.
"Dampak disrupsi lebih terasa bagi negara berkembang. Pada masa pandemi, kita saksikan terbatasnya akses negara berkembang pada vaksin, alat kesehatan dan obat-obatan. Tugas kita semua adalah mewujudkan ekosistem rantai pasok global yang tangguh, diversified dan berkelanjutan, tidak hanya berdimensi ekonomi, namun juga pembangunan," kata Jokowi saat menyampaikan pandangannya pada KTT Rantai Pasok Global, seperti dalam keterangan tertulis dari Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Senin (1/11/2021).
Baca juga: Beragam Tafsir Soal Kode Panglima TNI |
Untuk jangka pendek, kata Jokowi, ada dua hal yang harus dipastikan. Pertama, perlu ada reaktivasi konektivitas global, termasuk mobilitas pelaku usaha dan tenaga kerja.
"Kita perlu memastikan pengakuan dan keberterimaan vaksin secara universal, sesuai standar WHO, sekaligus memfasilitasi pemulihan perjalanan internasional yang nondiskriminatif," ujar Jokowi.
Kedua, Jokowi mendorong peningkatan kapasitas dan kesempatan sektor swasta dalam mengakses rantai pasok global. Terkait hal tersebut, Jokowi mengatakan Indonesia telah melakukan pembenahan regulasi dan peningkatan iklim usaha, antara lain melalui UU Cipta Kerja.
"Kami juga terus mendorong dan mempercepat transformasi digital dan otomatisasi untuk meningkatkan ketelusuran rantai pasokan serta memperluas akses para pelaku usaha pada rantai pasok, termasuk UMKM," imbuh Jokowi
Sementara itu, untuk jangka panjang, Jokowi memandang perlu kolaborasi setiap negara untuk tiga hal lainnya. Pertama, kata Jokowi, perlu ada penguatan infrastruktur logistik.
Menurut Jokowi, semua negara perlu mendukung investasi dan kerja sama teknologi guna memperkuat kapasitas dan sebaran infrastruktur logistik, terutama bagi negara berkembang.
"Melalui kemitraan swasta dan pemerintah, Indonesia sedang membangun dan memperbaharui 30 pelabuhan di seluruh wilayah kami," katanya.
Kedua, diversifikasi sumber pasokan. Jokowi meyakini kerja sama investasi dan industri antarnegara serta penguatan arus perdagangan yang saling menguntungkan adalah kunci.
Ketiga, risiko terbesar di jangka panjang adalah proteksionisme perdagangan yang berpotensi merusak rantai pasok global.
"Kita harus bekerja sama dengan semangat saling mendukung, bukan saling membatasi, mendorong kebijakan yang konstruktif dan tidak diskriminatif, sesuai dengan prinsip hukum internasional, sekaligus menghormati konteks nasional dan hak berdaulat tiap negara," papar Jokowi.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
(knv/haf)