Kisah Dedengkot Gurandil di Pongkor Hijrah Jadi Pahlawan Lingkungan

Kisah Dedengkot Gurandil di Pongkor Hijrah Jadi Pahlawan Lingkungan

Alfi Kholisdinuka - detikNews
Senin, 25 Okt 2021 12:29 WIB
Kisah Dedengkot Gurandil di Pongkor Hijrah Jadi Pahlawan Lingkungan
Foto: Dok. Dhiky Sasra/detikcom
Jakarta -

Nama Gunung Pongkor di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Kabupaten Bogor, Jawa Barat sudah menjadi legenda tempat penambangan emas di Jawa. Kawasan yang dikelola PT Aneka Tambang Tbk (Antam) ini dulu seperti madu yang mengundang lebah.

Pasalnya, cadangan emas yang besar di Gunung Pongkor yang ditemukan dan dikelola oleh Antam kala itu menarik hasrat para masyarakat untuk ikut menambang dengan cara tradisional atau Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) di luar Antam. Para penambang yang sebagian besar merupakan pendatang itu juga dikenal dengan sebutan gurandil.

Hal ini diakui oleh Mantan Dedengkot Gurandil di Kampung Ciguha, Desa Bantar Karet, Willy Suhendi. Willy yang diakui sebagai salah satu eks pengendali PETI kala itu mengatakan dulu dari tahun 1995-2000-an ada sekitar 70 ribu gurandil dari Sabang hingga Merauke tumpah ruah menambang emas tanpa izin di wilayah milik Antam tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun 95 termasuk saya salah satu orangnya, dari hilir sampai hulu (Sungai Cikaniki) sana sudah penuh dengan tenda biru, dari mulai orang yang berwarna kulitnya hitam, sampai orang kulitnya putih di sini ada," ungkapnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Willy mengaku saat itu terjun ke dunia gurandil karena terbawa situasi dan kondisi. Banyaknya pendatang yang menetap dan menjadi PETI, membuat dirinya tidak ingin menjadi penonton dan ikut terlibat dan mengendalikan penambangan emas tersebut.

ADVERTISEMENT

"Karena kami orang sini, apakah harus jadi penonton, kan gak mungkin, dan tentunya kami punya akal ingin tahu. Setelah tahu, ingin mencoba, setelah mencoba ada rasanya, setelah ada rasanya, oh menguntungkan, jadi di situlah mulanya dikerjakan," jelasnya.

Dia pun menilai secara ekonomi penghasilan penambang ilegal tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan para pekerja maupun Pegawai Negeri Sipil (PNS). Rata-rata dalam sehari di tahun 2000-an para gurandil bisa mendapat lebih dari Rp 10 juta dari hasil pertambangan tersebut.

"Kalau saya sendiri hampir nggak terhitung ya, tapi malu mengatakannya, karena tidak layak, gaji apa, karena itu nggak berkah, karena pemanfaatannya, hanyalah judi, perempuan dan narkoba di situ," tuturnya.

"Jadi itulah sifat gurandil, karena uang mudah didapat, tetapi dibuangnya pun mudah, karena berpikir besoknya bisa dapat lagi, tetapi jawabannya sekarang apa ada yang kaya raya, tidak ada, semuanya tetap mengeluh dalam kehidupan," imbuhnya.

Lebih lanjut, kata dia, tahun demi tahun bergulir aktivitas ilegal gurandil tersebut mengakibatkan kerusakan di mana-mana. Menurut Willy, alam di sekitar Kampung Ciguha tidak lagi hijau, bahkan sumber air di sungai pun ikut tercemar karena tumpahan sianida untuk memisahkan material tanah dengan bebatuan yang mengandung emas sebanyak 1.600 kg setiap harinya oleh gurandil.

"Ketika masyarakat penambang liar lagi mengolah bebatuan berwarna coklat atau hitam, maka air di Sungai Cikaniki pun ikut tercemar. Kalau ada orang iseng misalnya, ambil gelas minum di air itu, seketika bisa langsung mati," terangnya.

Selain itu, peradaban masyarakat juga tidak terkendali. "Dari mulai narkoba kelas yang berat, sampai narkoba kelasnya ringan di sini ada. Maka dijulukilah kartel, mau tidak mau kami terima. Di sini dijuluki sebagai kampung kartel," jelasnya.

Hijrah Selamatkan Lingkungan

Menyadari hal tersebut, hatinya pun terketuk, ia bersama masyarakat asli Ciguha, Desa Bantarkaret akhirnya mencoba bersinergi dengan PT Aneka Tambang Tbk, TNI/Polri dan Pemerintah setempat untuk melakukan pembersihan total aktivitas gurandil pada 2015.

"Alhamdulillah saya bisa ditemukan dengan orang-orang hebat (dari Antam) seperti Pak Haji Shobirin, Pak Haji Hafid, Pak Agus, Mas Yandi dan Pak Rohiyan. Lima berkawan, selalu mengajak saya untuk berkomunikasi, dalam rangka memberikan sebuah pencerahan yang positif-positif," tuturnya.

"Pada saat itu siapapun tidak ada yang bisa menggoyahkan keputusan saya, untuk membersihkan kali Cikaniki dari hulu kali Ciguha. Karena saya harus mengembalikan, hak-hak yang telah dianiaya atas penggunaan air, karena air ini adalah sumber kehidupan," akunya.

Hal ini juga sejalan dengan misi Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Antam Pongkor untuk membangkitkan 'ghiroh' atau semangat masyarakat untuk menjadi pejuang dan pahlawan lingkungan. Akhirnya setelah pembubaran itu, Antam bersama Willy dan melibatkan elemen masyarakat Ciguha memprakarsai gerakan Save Cikaniki, untuk menumbuhkan kesadaran dalam menjaga ekosistem lingkungan.

Normalisasi Sungai Cikaniki yang dulu digunakan sebagai tempat memisahkan material tanah dengan bebatuan yang mengandung emas itu terus dilakukan hingga tahun 2020. Sejak 25 tahun sungai yang tadinya keruh dan berbau dan penuh racun itu pun kini berubah 360 derajat di tangan Dedengkot Gurandil dan Antam Pongkor.

Corporate Social Responsibility Manager UBPE Pongkor Shobirin Sukian mengatakan penyelamatan lingkungan ini diharapkan bisa bisa bermanfaat untuk hajat hidup orang banyak. Sebab, hal ini menjadi salah satu tujuan dari UBPE Antam Pongkor agar masyarakat di lingkar tambang mandiri.

Setelah setahun berselang, tepatnya di 2021 sebagian Sungai Cikaniki tersebut sudah memiliki wajah baru untuk menjadi tempat wisata. Sungai tersebut ke depan direncanakan akan dijadikan area edukasi wisata lokal dan terbuka untuk umum yang dipastikan dapat mendongkrak perekonomian warga untuk masa depan.

Ini nanti menjawab tantangan kita, bahwa di program CSR ini, masyarakat itu ke depannya bisa mandiri, tanpa bergantung pada perusahaan lagi, artinya mereka sudah bisa berjalan sukses dengan adanya kemandirian masyarakat, itulah tujuan dan harapan kita semuanya," pungkasnya.

Sebagai informasi, detikcom bersama MIND ID mengadakan program Jelajah Tambang berisi ekspedisi ke daerah pertambangan Indonesia. detikcom menyambangi kota-kota industri tambang di Indonesia untuk memotret secara lengkap bagaimana kehidupan masyarakat dan daerah penghasil mineral serta bagaimana pengolahannya. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/jelajahtambang

Halaman 2 dari 2
(akd/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads