Seorang netizen membagikan bukti adanya ancaman setelah mencuit 'bisakah polisi se-Indonesia diganti satpam bank'. Anggota DPR memberi saran kepada polisi-polisi.
"Tidak perlu tipis kuping, kritik itu biasa, tidak perlu dibalas ancaman. Lebih baik ditempuh jalur persuasif bila dirasa kritiknya tidak benar dan menjurus ke fitnah. Jika kritik dibalas ancaman malah yang muncul kesan arogan, dan bikin kegaduhan," kata Anggota Komisi III DPR Fraksi PKB, Jazilul Fawaid, kepada wartawan, Minggu (17/10/2021).
Jazilul menyebut Polri hari ini spiritnya harus presisi. Maka, kata dia, Polri harus mengedepankan sikap yang profesional, proporsional dan humanis, apalagi menanggapi cuitan di medsos.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami juga berharap agar publik menggunakan medsos untuk kebaikan, bukan menyebar fitnah," ucapnya.
Dihubungi terpisah, anggota Komisi III DPR RI Fraksi PPP Arsul Sani menyebut ungkapan netizen dicuitannya itu perlu dilihat oleh Polri sebagai bentuk keinginan dan harapan masyarakat agar Polri benar-benar bisa melindungi dan mengayomi. Menurutnya, kritik itu jangan dipandang sebagai ekspresi kebencian kepada Polri.
"Terutama ketika kehadiran atau respon polisi dibutuhkan dengan cepat untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh warga tersebut. Jadi jangan dipandang sebagai ekspresi kebencian terhadap Polri," ujar Waketum PPP itu.
Pria Diancam Gegara Cuitan Viral di Medsos
Seperti diketahui, netizen yang mengaku mendapat ancaman setelah mencuitkan pertanyaan 'bisakah polisi se-Indonesia diganti satpam bank' itu telah me-mention SAFEnet, Perkumpulan Pembela Kebebasan Berekspresi Asia Tenggara. SAFEnet mengaku telah menerima pengaduan terkait hal itu dan tengah berkoordinasi untuk mengambil langkah lebih lanjut. SAFEnet menyayangkan adanya ancaman tersebut.
Ketua Divisi Akses Atas Informasi SAFEnet, Unggul Sagena, mengatakan ancaman terus berlanjut justru akan merugikan instansi. Dia meminta polisi mengusut kasus itu.
"Jadi jelas-jelas merugikan kepolisian itu sendiri. Kepolisian sebaliknya harus mengusut karena justru kejadian tersebut termasuk kejahatan siber," katanya.
SAFEnet membantu dalam hal mitigasi keamanan dan langkah advokasi. Unggul mengatakan pihaknya berfokus pada upaya peretasan dan ancaman.
"Kita masih belum tahu pihak mana yang melakukan teror walau katanya ada yang serang adalah akun oknum polisi juga, tapi fokus pada upaya peretasan dan ancaman. Artinya, upaya-upaya menekan kebebasan ekspresi dengan teror masih menjadi cara utama merespons kritik," ujarnya.
"Aparat hukum sebagai pengguna medsos pun merespons dengan sikap antikirik. Padahal banyak juga akun yang melakukan twit terkait. Jadi akun-akun yang menyerang inilah yang malah blunder ke nama baik institusi kepolisian itu sendiri," lanjut Unggul.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya:
Tonton juga Video: Polisi Gagalkan Penyelundupan Ribuan Benur untuk Ekspor di Sukabumi
Unggul menyebut media sebagai pilar demokrasi. Jika terjadi ancaman terhadap pengkritik, dia khawatir masyarakat akan takut berekspresi.
Lebih lanjut Unggul meminta aparat kepolisian mengusut kasus ini. Jika tidak, menurutnya, publik akan berasumsi bahwa serangan itu bersumber dari pihak yang dikritik, dalam hal ini kepolisian.
"Harus tuntas diusut karena, jika tidak, pukulan berat bagi polisi itu sendiri. Menyebabkan hilangnya trust. Jika polisi/penegak hukum sendiri tidak jelas tindakannya (malah asumsinya menjadi penggerak peretasan/ancaman), maka media sosial masih tidak aman dan artinya hak digital warga untuk mendapatkan jaminan rasa aman di internet masih jadi PR besar. Ini yang selalu ditekankan SAFEnet, selain soal ekspresi, adalah soal jaminan keamanan," ungkapnya.
Unggul juga menyarankan pentingnya edukasi di institusi Polri, sehingga bijak bermedia sosial dan tidak melakukan hal-hal yang justru melanggar tugas Polri untuk mengayomi warga.
Respons Polri
Seorang netizen membagikan bukti adanya ancaman setelah mencuit 'bisakah polisi se-Indonesia diganti satpam bank'. Terkait hal ini, Polri menegaskan tak antikritik.
"Polri tidak anti terhadap kritik-kritik yang disampaikan oleh masyarakat," kata Kabag Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan kepada detikcom, Minggu (17/10).
Ramadhan mengatakan kritik akan kinerja polisi merupakan bentuk kepedulian dari masyarakat. Ramadhan menyebut, jika kerja Polri dikritik, artinya warga mau Polri lebih baik lagi.
"Itu menunjukkan masyarakat yang peduli terhadap kinerja kepolisian, menginginkan kinerja kepolisian dengan lebih baik," ucap Ramadhan.
Ramadhan menuturkan polisi akan menindaklanjuti bila ada pengaduan dugaan tindak pengancaman tersebut. Dia menyebut penanganan laporan akan dilakukan secara profesional.
"Untuk itu, kepolisian merespons dengan menindaklanjuti laporan atau pengaduan secara profesional, transparan, dan akuntabel," ujar dia.