Sebagai penghasil timah di Indonesia, Provinsi Bangka Belitung (Babel) menjadi tempatnya para perajin timah atau yang biasa disebut pewter. Kerajinan ini kerap dijadikan souvenir dan dijual dengan harga yang bevariatif hingga menyentuh angka fantastis.
Salah satu tempat kerajinan timah ini adalah Pangkal Pewter yang dipimpin oleh seorang pria paruh baya bernama Budi (65). Ia adalah seorang pensiunan PT Timah yang dilatih untuk belajar membuat kerajinan di Jakarta yang terbuat dari timah. Ia belajar membuat berbagai bentuk miniatur mulai dari gantungan kunci hingga kapal pinisi.
detikcom pun berkesempatan mendatangi workshop tempat Budi berkreasi yang berada di Kota Pangkal Pinang. Di tempat bekas mess PT Timah ini, Budi bersama perajin lainnya membuka sebuah tempat kerajinan timah, plus tempat memamerkan hasil produksi mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka tampak lihai membentuk detail-detail seperti tangga kapal hingga tiang-tiang layar kapal yang berukuran mini. Wajar saja jika banyak orang yang ingin membeli karya Budi dan koleganya bahkan hingga puluhan juta rupiah.
"Misal patung itu kena Rp 11 juta, paling mahal ada yang kena Rp 20 juta ukuran besar, ada juga bentuk kapal yang harganya Rp 8 juta, paling murah ya gantungan kunci Rp 30 ribu," kata Budi kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.
Harga tertinggi yang pernah Budi jual kepada pelanggannya adalah Rp 20 juta. Ia mengatakan kerajinan tersebut berbentuk kapal pinisi yang dipesan oleh seseorang dari PT Timah.
"Untuk kerajinan yang berharga Rp 20 juta butuh sekitar 10 kg timah bersihnya. Itu yang beli orang dari PT Timah," imbuh Budi.
![]() |
Ia mengatakan yang membuat kerajinan timah tersebut memiliki harga fantastis adalah proses pembuatan yang terbilang rumit. Ia harus membuat master atau blueprint dari cetakannya terlebih dahulu. Kemudian kandungannya yang 97% timah murni, serta detail pada pengerjaannya yang sangat kompleks.
"Komposisinya 97% timah putih, timah Bangka asli, 2%-nya logam antimoni, 1%-nya tembaga. Sekarang kan juga harga 1 kg timah batangan ratusan ribu lebih," kata Budi.
Kesulitan dalam membuat kerajinan tersebut adalah detailnya yang benar-benar harus diperhatikan. Seperti contohnya kerajinan yang berbentuk kapal pinisi harus benar-benar diperhatikan agar sambungan dan juga soldernya tepat agar tidak rusak dan hancur.
"Di penyambungannya, disolder, harus banyak-banyak latihannya, kalau soldernya kurang bagus ya ini semua akan hancur lumer dan rusak, jadi perlu banyak latihan karena kesulitannya tinggi ya, detailnya lengkap di luar dan dalam kapalnya itu sendiri," tuturnya.
Walau begitu, ia mengaku tak sulit mencari bahan baku timah mengingat Bangka Belitung adalah penghasil timah di Indonesia. Mereka juga diberikan kemudahan dalam hal stok bahan dan juga dukungan pemasaran.
PT Timah membekali Budi dengan workshop hingga modal tambahan. Ia juga kerap diajak berkeliling pameran hingga dibantu pemasaran hingga pemesanan cinderamata.
![]() |
"Awalnya PT Timah membantu kita dalam bentuk modal kerja seperti kita beli bahan baku, dan kami merasa sangat terbantu karena memudahkan, kita juga sering diajak ikut pameran untuk melihat kerajinan-kerajinan yang lain untuk studi banding lah, untuk pemasaran juga lah," tutur Budi.
Budi pun berharap kerajinan yang dibuatnya dan kolega dapat diproduksi lebih massal. Bahkan ia bermimpi bisa membuat pabrik pewter seperti yang ada di Selangor, Malaysia.
"Mudah-mudahan PT Timah bisa membantu kami para pengrajin agar bisa jadi lebih besar lagi paling tidak seperti Selangor Pewter pabrik yang terkenal di Bangka Belitung," pungkas Budi.
Sebagai informasi, detikcom bersama MIND ID mengadakan program Jelajah Tambang berisi ekspedisi ke daerah pertambangan Indonesia. detikcom menyambangi kota-kota industri tambang di Indonesia untuk memotret secara lengkap bagaimana kehidupan masyarakat dan daerah penghasil mineral serta bagaimana pengolahannya.
Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/jelajahtambang.
(prf/ega)