Ada apa dengan kaki kiri AH Nasution?
Soal kaki kiri AH Nasution yang digambarkan sakit dan naik meja, Soeharto sempat menceritakannya. Cerita Soeharto ada di buku 'Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya', dieditori G Dwipayana dan Ramadhan KH.
AH Nasution sudah ada di markas Kostrad sejak pukul 17.30 WIB sore, atau sebelum Sarwo Edhie datang. Kakinya mengalami cedera karena ditembak pasukan PKI yang dipimpin Djahurup. Penembakan itu terjadi saat pasukan PKI menyerang rumahnya. Nasution bisa melarikan diri. Kostrad adalah tempat aman bagi Nasution untuk menyelamatkan diri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari buku 'Kegagalan Kudeta G30S PKI: Berdamai dengan Sejarah' karya M Fuad Nasar, pasukan Cakrabirawa menyerang rumah Nasution pada malam 30 September 1965. Pada momen dua atau tiga menit itu, Nasution ditembaki di pintu dari jarak 1 meter, kemudian dia meloncat tembok di bawah tembakan-tembakan. Dia melihat putrinya, Ade Irma Suryani berlumuran darah. Nasution dapat menyelamatkan diri meski kaki mengalami luka tembak.
Ada pula cerita soal cedera kaki AH Nasution, sebagaimana dikutip dari buku 'Kehormatan Bagi Yang Berhak: Bung Karno Tidak Terlibat G30S/PKI' karya Manal Sophiaan. Diceritakan, AH Nasution menyelamatkan diri dari rumahnya yang disambangi Cakrabirawa, bahkan sebelum Cakrabirawa mencapai rumahnya. Dia disuruh istrinya melarikan diri. AH Nasution keluar rumah lewat lubang angin dan terjun ke pekarangan Kedutaan Besar Irak yang berdampingan dengan rumahnya. Kaki AH Nasution terkilir sewaktu melompat ke tanah. Di lokasi itu, Nasution masih bisa mendengar suara tembakan yang ternyata mengenai putrinya, Ade Irma Suryani.
"Saya sudah mendengar apa yang telah terjadi dengan beliau dan saya pun sudah memerintahkan untuk mencari keterangan lebih jauh tentangnya. Saya sambut waktu Jenderal Nas sampai. Saya memapahnya sampai masuk ruangan. Maklumlah, kakinya cedera," kata Soeharto sebagaimana ditulis di buku 'Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya'.
Singkat cerita, petang berganti malam. Soeharto berpikir keras soal strategi mengamankan situasi dari PKI. Begini petikan dalam buku itu:
Saya sedang mondar-mandir, berjalan sambil berfikir, "Apa Selanjutnya?". Jenderal Nasution duduk di kursi sambil meletakkan kakinya yang satu, yang sakit, di atas meja.
Tiba-tiba Sarwo Edhie muncul dan lapor. 'Pak Harto, apa jadi kita melaksanakan rencana menguasai Halim? Agar gerakan pasukan jangan kesiangan dan untuk menghindari pertempuran."
(dnu/fjp)